🐰 35. Menyerah 🐰

622 65 13
                                    

Menyerah

🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰


Mimik lelah begitu kentara dari raut wajah Ali. Siapa pun yang melihat pasti bisa membacanya. Namun, karena suatu hal membuat pria itu mengenyahkan rasa lelahnya. Tidak memedulikan kaki yang mulai terasa kaku, tetap berusaha menapaki bumi di setiap langkah-perlangkah.



Menyusuri setapak Tanah dengan taburan dedaunan kering, sesekali meringis kala tidak sengaja menginjak batu atau pun kayu. Tangannya masih setia akan sosok yang ia dekap dalam gendongan. Berusaha melindungi tubuh terlelap itu dalam dekapan hangatnya.



Buliran-buliran peluh tidak ia hiraukan saat mulai meleleh menyelusuri lekukan wajah hingga rahang kokoh. Sesekali ia membenarkan posisi wanita yang ada dalam gendongannya. Menarik napas dalam hanya untuk sekedar menambah kekuatan.



"Di mana ini?" tanyanya pada diri sendiri. Pandangan selalu awas, menelisik setiap tempat.



Rasa keram pada pergelangan tangan mulai terasa, tetapi tidak membuatnya menyerah untuk tetap menopang tubuh wanita yang ia cintai. Wajah dengan mata terpejam itu masih terlihat cantik di gendongannya meski penuh dengan coretan-coretan tanah. Tidak berbeda jauh dengan dirinya.



garis bibirnya melengkung membentuk senyuman, karena sesekali wajah terlelap itu memberikannya semangat untuk tetap menyusuri hutan mencari jalan. Berusaha sekuat tenaga agar tidak terjadi apa-apa pada orang yang ia cintai.



"Ke mana lagi ini?" tanyanya pada dirinya sendiri. Mengamati sekeliling untuk menentukan jalan mana yang akan ia lewati.



Dengan pasrah, ia mulai melangkah ke arah yang dituju. Terus berjalan dengan harapan agar bisa menemukan jalan. Berharap agar keduanya tak bertemu dengan langit yang berselimut bintang kembali.



"Ali, Illy." Samar-samar suara teriakan yang memanggil namanya dan Illy terdengar. Senyum pun mengembang dan perasaan lega dirasa.



Mengikuti asal suara, Ali mulai melangkah lebih cepat. Semakin bersemangat kala mata tajamnya mulai melihat padang perkebunan teh dari balik pepohonan meski secara samar. Semakin cepat ia melangkah, menyibak tumbuhan dengan bahunya.



Embusan napas lega terdengar kala tubuhnya tertimpa hangat sinar matahari. Bisa ia lihat kini beberapa orang yang sepertinya tengah mencari keberadaan dirinya. Rasa lega dan lelah bercampur menjadi satu. Membuatnya tidak dapat menggerakkan kakinya. Hanya bisa diam berdiri hingga seseorang menyadari kehadirannya.



"Illy, Ali." Rasya memanggil namanya dan juga Illy, ia menampilkan senyum samar saat sang kakak berlari ke arahnya.



"Li." Ali mengikuti pandangan Raysa.



"Sayang," panggil Rasya dengan membelai wajah Illy. Illy yang sedari tadi tidur kini langsung membuka mata.



"Rasya," panggil Illy lirih.



"Iya, Sayang. Kamu nggak papa?" tanya Rasya yang saat ini tengah mengambil alih Illy dari gendongannya.



"Rasya." Illy melingkarkan lengannya pada leher Rasya, menyembunyikan wajah pada ceruk leher sang suami. "Aku takut," cicit Ava yang masih bisa didengar Ali.



"Ssttts. Udah nggak papa. Ada aku sekarang," ucap Rasya menenangkan sembari mengelus punggung Illy. Bola mata Ali terpejam, menyembunyikan gemuruh sakit di dada.



Pandangannya kini bertemu dengan Rasya.



"Thanks, Li," ucap Rasya disertai senyuman. Ali hanya bisa mengangguk dengan menyelipkan sedikit senyuman untuk membalasnya.

Menjadikanmu Milikku (APL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang