28. Kekesalan Ali
🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰
Seperti biasa, Ali selalu memasuki apartemen Ziqry tanpa permisi. Apalagi kali ini ia datang dengan membanting pintu secara kasar, membuat si empunya terkejut dan berjingkat di sofa.
Tidak memedulikan tatapan Ziqry yang penuh kebingungan ia membanting tubuh pada sofa tepat di samping sang sahabat. Ziqry berkomentar, "Kau kenapa? Datang-datang membuat orang jantungan saja. Bisa tidak kalau datang dengan cara yang biasa saja?" maki pria dengan celana tanpa kaus itu pada Kafka.
Ali melirik tajam pada keberadaan Ziqry, ia mengembuskan napas dalam sebelum bercerita, "Aku kira Illy dan kakakku akan bercerai karena masalah kemarin. Tapi hari ini, aku melihat Rasya meminta maaf pada Illy yang berakhir mereka di atas ranjang," jelasnya.
“Sialan," umpatnya, "bahkan aku harus melihat pergumulan mereka di sana." Membuang muka, Ali menumpu dagu dengan tangan yang terkepal kuat, gigi yang saling gemeretuk. Terlihat jelas pelampiasan kemarahan itu.
Bukannya ucapan iba atau kasihan, ia malah mendengar suara tawa nyaring dari sampingnya. Siapa lagi pelakunya kalau buka Ziqry?
Melalui ekor mata ia memerhatikan Ziqry yang tertawa lebar, kedua lengan berada di perut. Sepertinya sedikit menekan. Ah, rupanya cerita yang ia bawa membuat pria ini merasa lucu. "Sudah puas tertawanya?" tanya Ali dengan mendesis.
Langsung saja Ziqry mengatupkan mulut, pria itu berdehem sebelum menatap dirinya penuh. "Memangnya masalah apa yang mereka hadapi kemarin?"
Membanting punggung pada sandaran Sofa, Ali mulai bercerita, "Aku melihat mereka bertengkar di rumah sakit. Bukan melihat. Aku memang membuntuti mereka."
"Bertengkar tentang apa?"
Ali mengangkat kedua alisnya. "Soal mereka yang harus melakukan tes kesuburan. Rasya merasa dia dituduh tidak subur oleh Illy."
Ziqry hanya mengangguk. "Begini?" Lihatlah tingkahnya jika akan berbicara sok bijak.
"Menurutku, masalah yang mereka hadapi kemarin itu terlalu biasa. Karena itu hanya salah paham. Apalagi ikatan mereka bukan hanya pacaran. Mungkin membutuhkan masalah yang sedikit besar," jelasnya. "Mungkin." Pria itu mengedikkan bahu, seolah segala prediksi bisa saja salah.
Ali menatap Ziqry hanya dengan diam, tetapi otaknya sedang berputar tentang penjelasan yang baru saja diberikan oleh temannya. Kembali menegakkan tubuh, ia menopang dagu dengan jari mengelusnya.
Ali melirik keberadaan sang sahabat. "Menurutmu masalah apa yang membuat mereka bisa bercerai?"
Ziqry menipiskan bibir, kedua alisnya menukik tajam dan bola matanya melirik atas lalu ke kiri dan kanan. "Seperti perselingkuhan mungkin?"
Kening Ali mengerut, gerakan jarinya pada dagu berhenti, tidak ada kata apa pun yang keluar dari bibirnya. Hanya ada suara pendingin ruangan apartemen Ziqry yang terdengar seolah tidak ada siapa pun dalam ruangan tersebut.
Ali memutar tubuhnya, menghadap ke arah Ziqry sepenuhnya. Kedua tangan terangkat dan bergerak seiring ia menjelaskan sesuatu. "Jadi, menurutmu aku dan Illy harus terlihat berselingkuh begitu? Agar Rasya marah dan mau menceraikan Illy."
Mata Ziqry membulat sempurna, ada mimik terkejut dalam wajahnya. Detik kemudian Ali melihat pria itu mengangguk pelan dan menjawab kaku, "Bo—boleh seperti itu."
Ali mengetikkan jari, senyumnya melebar merasa rencana yang ia pikirkan adalah ide bagus. Ia kembali menghadap ke depan dengan kepala mengangguk beberapa kali. "Baiklah. Besok akan aku lakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadikanmu Milikku (APL)
RomanceTidak ada yang bisa Ali lakukan selain merelakan Illy untuk kakaknya saat melihat dua orang yang disayanginya akan menikah. Namun, semua berubah karena ketidaksengajaan di malam pertama sang kakak dan kakak iparnya. Bagaimana mungkin malam itu bisa...