🐰 Menemani 🐰

572 45 0
                                    

7. Menemani

🔥🔥🔥🔥🔥🐰🐰🐰🔥🔥🔥🔥🔥


Mobil Ali baru saja sampai di pelataran rumah Illy. Wanita yang menjadi istri sang kakak dan juga wanita yang sangat ia cintai. Ali menengok untuk melihat Illy yang masih tertidur. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman.

Mungkin, wanita ini merasa sangat lelah setelah menangis. Hingga mobil yang berjalan pun tidak mengganggu tidurnya. "Kalau lagi tidur begini, cerewetnya hilang, ya."

Tidak ingin menjadi pengganggu, Ali memilih untuk turun terlebih dahulu, memutari mobil dan membuka pintu bagian Illy duduk. Ia membopong tubuh yang tengah terlelap itu. Ohhh, come on Ali. Tidur Illy tidak ingin kau ganggu? Tapi rumah tangganya ingin kau ganggu?

Ali semakin mengembangkan senyum saat Illy menyamankan posisi dalam gendongan. Suasana rumah yang sepi membuat Ali berani untuk membawa Illy ke dalam kamarnya. Sepi? Bahkan jika ramai pun Ali tidak peduli.

Dengan pelan, Ali meletakkan tubuh cantik itu di atas kasur empuknya. Tidak ada niatan darinya untuk segera beranjak. Yang ada, ia malah memosisikan diri untuk berbaring di samping Illy.

Direngkuh tubuh mungil itu. Illy yang pada dasarnya selalu nyaman dalam dekapan sang sahabat pun tidak merasa terusik, karena itu hal biasa baginya. Hanya saja, setelah menikah ia tidak melakukannya kembali.

Ali merasa bersyukur dengan keadaan Illy yang saat ini terlelap. Membuat kakak iparnya itu tidak menolak dekapannya. Hingga kantuk mulai menyerang, Ali menyerah dan membiarkan kelopak matanya tertutup.

Pria itu turut menyusul Illy dalam mata terpejam, keduanya tidur saling berpelukan, mengarungi mimpi bersama dalam satu pelukan hangat. Bagai suami istri yang saling mencintai.

***

Empat jam telah berlalu, Illy menggeliat di dalam tidurnya hingga kesadaran pun kembali utuh. Ia mengedarkan pandangan pada sekelilingnya. Ah, kamarnya.

Dengan perlahan ia mendudukkan diri dan menyandarkan punggung pada kepala ranjang. Mencoba mengingat apa yang baru saja ia alami.

Sekelebat bayangan sang suami yang berjalan dengan seorang perempuan tergambar jelas dalam benaknya. Yah, dia ingat sekarang. Kejadian yang baginya menyakitkan baru saja terjadi di rumah mertuanya.

Setelahnya, ia pulang dengan menangis, bertemu Ali dan diantarkan pulang oleh sahabatnya itu.

Ali? Kening Illy terlipat saat mengingat pria beriris tajam tersebut. Ia kembali teringat suatu hal. Merasa lelah dengan tangisnya tadi, Illy tertidur dalam mobil Ali.

Apa Ali juga yang membawanya kemari? Ah Ali. Merepotkan saja. Ia kembali mengedarkan pandangannya, tidak mendapati keberadaan pria itu. Mungkin saja sudah pulang setelah meletakkan dirinya di kamar.

Memilih untuk beranjak dari tidurnya, Illy melangkah pelan ke arah kamar mandi untuk mencuci muka. Hingga sebuah bunyi membuat ia terkekeh. Rupanya bangun dari tidur membuat perutnya berdemo meminta diisi.

"Sepertinya perut ini meminta haknya," ucap Illy dengan cekikikan di depan kamar mandi.

Saat ia keluar dari kamar, rumah terlihat masih sepi. Sepertinya Rasya pun juga belum pulang. Illy menghela napas menyadari hal itu. "Segitu bahagianya kamu, Mas bertemu teman lamamu? Hingga jam segini kamu belum juga pulang.”

Menjadikanmu Milikku (APL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang