11. Kebetulan
🔥🔥🔥🔥🔥🐰🐰🐰🔥🔥🔥🔥🔥
"Kamu?" Suara terkejut yang mengalun merdu itu mengembangkan senyum Rasya.Perasaan marah dan kecewa yang beberapa saat lalu dirasa telah menguap seketika saat mendapati senyum manis dari sosok cantik yang kini tengah berada di hadapannya. Tidak hanya itu. Rasa penasaran pun kini turut hadir dalam benaknya.
"Tasya? Kamu ngapain di sini?" Kini Rasya mulai dapat mengontrol rasa terkejutnya. Memulai pembicaraan yang membuat suasana menjadi terasa lebih santai. Ya. Wanita yang kini di hadapan Rasya bukan lain adalah Tasya.
"Aku mau ketemu klien atasan aku. Tadi tiba-tiba saja atasan aku ada keperluan mendadak. Jadi, aku yang harus menggantikan dia," jelasnya.
"Atasan kamu?" Rasya tampak berpikir. "Pak Rudi bukan?
"Iya," jawab Tasya dengan senyuman.
Sesaat kemudian, bola mata perempuan itu membulat sempurna. "Apa jangan-jangan ... kamu kliennya Pak Rudi?" Tangan kanan terangkat menunjuk ke arah Rasya.
Terkekeh pelan Rasya pun mengangguk. "Ya ampun. Maaf sekali Pak Rasya. Karena urusan Pak Rudi yang mendadak, pertemuannya jadi terlambat. Dan maaf sudah membuat Anda menunggu." Tasya meminta maaf dengan ucapan formal, pergerakannya terlihat buru-buru membuka berkas yang ia bawa.
Merutuki diri karena memanggil Rasya tanpa embel-embel "Pak". Tentu saja Tasya tidak ingin kerja sama yang ditugaskan padanya akan gagal hanya gara-gara sikapnya tadi.
Akan tetapi, lain hal dengan Rasya. Mendengar ucapan Tasya beberapa saat lalu, membuat ia tidak dapat menahan tawanya. Memancing perempuan di hadapannya menarik alisnya.
"Kenapa Bapak tertawa? Apa ada yang salah dengan saya?" tanya Tasya dengan meneliti keadaan dirinya. Serasa tidak mendapati yang aneh, Tasya menautkan kedua alisnya tanda tidak mengerti.
"Tidak. Cara bicara kamu lucu Tasya," ucap Rasya dengan berusaha menahan tawanya.
"Maksudnya?"
"Eh, duduk dulu, Sya. Tidak enak kalau kita berbicara sambil berdiri," ujar Rasya seraya menarik satu buah kursi di sampingnya dan mempersilahkan Tasya untuk duduk.
"Sudahlah. Kita bicara santai saja. Jangan terlalu formal. Panggil aku seperti biasa saja. Jangan pakai embel-embel Bapak segala." Rasya berbicara santai.
"Tapi—"
"Sudah. Lebih baik kita bicarakan yang memang harus kita bicarakan." Keduanya pun mulai melanjutkan niatan pertemuan ini, meeting sebuah proyek yang akan dikerjakan bersama oleh mereka.
***
Setelah acara buntut membuntuti telah ia lakukan sedari tadi, di sinilah Ali berada saat ini. Di depan sebuah toko yang baru saja dimasuki oleh wanita cantik. Hingga tidak peduli adanya wanita lain yang saat ini juga tengah menunggunya di tempat lain.
Ah, mengingat wanita itu, Ali tidak peduli. Yang penting, wanita yang baru saja ia buntuti. Merasa rindu tidak pernah habis singgah di hatinya tertuang untuk seseorang tadi, tanpa ragu pun Ali turut memasuki toko itu.
Satu langkah kaki Ali memasuki bangunan persegi itu, aroma wangi kue menyeruak penciumannya. Membuat pria itu merasa penasaran akan cita rasa yang didapatkan dari kue dengan aroma sewangi ini.
Hampir saja Ali tergoda untuk mencicipi rasa kue yang dibuat oleh toko ini dan melupakan tujuan awalnya. Akan tetapi, keberadaan wanita cantik yang tengah berbicara dengan seorang pelayan menyadarkan Ali akan itu semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadikanmu Milikku (APL)
RomanceTidak ada yang bisa Ali lakukan selain merelakan Illy untuk kakaknya saat melihat dua orang yang disayanginya akan menikah. Namun, semua berubah karena ketidaksengajaan di malam pertama sang kakak dan kakak iparnya. Bagaimana mungkin malam itu bisa...