🐰 18. Salah Minum 🐰

902 64 5
                                    

18. Salah Minum.

🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰


"Ali," panggil Illy tidak terlalu keras namun masih bisa didengar oleh orang yang ia lihat.

Sosok itu berbalik menghadapnya. Illy tersenyum kala yang ia lihat tidaklah salah.

Dapat Illy lihat wajah terkejut dari sosok yang baru saja ia panggil. Illy mendekati orang itu dengan senyumnya. "Illy," panggil orang itu yang tidak lain memanglah Ali.

"Ali. Kamu kenapa bisa ada di sini?" tanya Illy dengan senyumnya.

"Aku mengantar klien yang sakit." Jawaban Ali membuat Illy memicingkan matanya.

"Baik banget kamu?"

Ali terkekeh. "Tadinya kita rapat. Tiba-tiba saja dia mengeluh sakit. Jadinya aku antar saja ke rumah sakit. Kebetulan juga rumah sakit ini yang paling dekat dengan tempat kami meeting." Illy hanya menganggukkan kepalanya tanda ia menerima jawaban dari Ali.

"Kamu sendiri, kenapa bisa ada di sini?" tanya Ali pura-pura tidak mengerti. "Kamu sakit?" Nada bicara Ali kini berubah menjadi kekhawatiran.

Pria itu mulai meneliti tubuh Illy. Memeriksa apakah ada sesuatu yang salah.

Illy tampak memutar bola matanya jengah akan sikap Ali. Huh, Ali dan segala keposesifannya. "Enggak, Li."

"Lalu?" Illy menunjuk pintu tempat ia keluar beberapa waktu lalu. Saat Kafka mengikuti pandangannya, mata hitam legam itu berubah menjadi cerah.

"Kamu hamil?" tanyanya antusias. Oh, benarkah wajahmu itu Ali?

Wajah biasa Illy kini berubah menjadi sendu. Dengan muka sedihnya ia menundukkan kepala menghindari tatapan dari Ali.

Perubahan sikap Illy disadari oleh Ali. Dengan satu telunjuknya, pria itu mengangkat dagu perempuan yang ada di hadapannya. "Hei. kenapa?" tanyanya penuh dengan kelembutan.

Tidak Illy sadari akan senyum kemenangan yang tercetak di bibir Ali sebelumnya.

"Aku tidak hamil. Aku, hanya mau tes kesehatan saja," ucap Illy dengan suara lirih. Oh, betapa sedihnya Illy. Pikir Ali. Kedua tangan Ali menggenggam tangan Ilyy lembut.

"Tenang saja, jangan sedih. Sebentar lagi, dia pasti hadir di dalam sini," ucap Ali dengan mengelus lembut perut Illy.

Desiran hangat tiba-tiba saja hadir dalam diri Illy. Seakan tertular, senyum Ali kini juga terbit pada wajah Illy. Ah, Alinya memang selalu mengerti kondisinya. Alinya?

Melihat Illy yang sudah menerbitkan senyum, tangan Ali terangkat untuk membelai pipi Illy "pulang?" Perempuan itu mengangguk mengiyakan ucapan sang sahabat. "Kalau begitu, ayo aku antar."

Keduanya mulai sama-sama melangkah meninggalkan lorong rumah sakit dengan senyuman. Illy dengan senyuman kehangatan yang baru ia dapat dari Ali.

Sedangkan Ali, melangkah dengan senyuman smirk tak terbacanya. Seolah dalam pikiran Ali sudah ada sesuatu yang harus ia lakukan.

"Sebentar lagi," ucapnya lagi-lagi di dalam hati.

***

"Nih." Ali memberikan kemejanya pada Illy.

Kemeja? Ya. Saat ini keduanya berada di apartemen milik Ali. Entah kenapa, saat keduanya keluar dari rumah sakit tadi, hujan sudah turun dengan deras.

Alhasil, keduanya sempat terkena hujan saat mereka berlari menuju mobil Ali. Dikarenakan hujan yang terlalu besar, Ali lebih memilih untuk singgah di apartemennya terlebih dahulu.

Ini semua dikarenakan jarak rumah Illy lebih jauh dari pada apartemen Ali. Kadang Illy berpikir untuk apa adik iparnya itu memiliki apartemen jika kediaman utama sebesar itu.

"Kamu bisa mandi di kamar ini. Biar aku mandi di kamar lain," jelas Ali pada Illy setelah memberikan kemejanya.

"Terima kasih, Li." Setelah Ali meninggalkan kamar itu, Illy segera beranjak untuk mandi. Tidak perlu lama kali ini ia membersihkan dirinya.

Akibat hawa dingin yang merasuk, ia memutuskan untuk membersihkan tubuhnya sebentar.

Illy tidak mendapati keberadaan Ali ketika ia keluar dari kamar. "Sepertinya, Ali masih mandi." Perempuan dengan kemeja itu berjalan menuju lemari pendingin milik Ali. Ingin membasahi tenggorokannya yang kering meski tubuh baru saja terguyur air hujan.

Illy meneguk begitu saja air minum dari botolnya yang baru diambil. Begitu terasa kering tenggorokannya hingga satu botol kecil itu tandas begitu saja oleh Illy.

Tiba-tiba saja, perut Illy terasa lapar. Ia mencoba memeriksa isi dapur Ali. Mungkin, mie instan cukup untuk menghangatkannya dan Ali.

Namun, kekecewaan Illy hadir ketika ia tidak mendapati satu pun yang dicari. Merasa tidak ada makanan, Illy mendesah pasrah. Ia memutuskan untuk rebahan pada sofa, memilih untuk menunggu si pemilik hunian menyelesaikan kegiatannya agar ia bisa meminta untuk memesankan makanan.

Beberapa menit berselang, Illy merasa aneh akan kondisi tubuhnya. Di cuaca yang dingin ini, tiba-tiba saja ia merasa panas pada tubuhnya.

Illy mulai bergerak-gerak gelisah. Seakan semua posisinya tidak nyaman. Dua kancing kemeja Ali yang ia kenakan bagian atas telah dibuka. Mencari kesejukan akan hal itu. Namun tetap, perasaan panas itu tidak kunjung jua datang.

***

Rasa segar itu begitu terasa bagi Ali. Mandinya bisa menghilangkan rasa penat dari aktivitasnya tadi. Dengan hanya mengenakan celana pendek, pria Ali keluar dari kamar mandi dengan rambut basah.

Menyisirnya dengan santai dan menikmati kesegaran tubuhnya. Tidak menyadari jika ada seseorang yang menelan saliva susah payah akibat melihat tetesan air yang jatuh pada perut absnya.

Tidak berselang lama, Ali mulai menyadari keberadaan Illy. Dengan senyum menawannya ia menghampiri kakak iparnya. Keningnya terlipat kala menangkap keanehan dalam diri Illy.

Matanya memicing melihat kelakuan Illy. Kenapa Illy seperti terlihat gelisah? "Kamu kenapa, Ly?"

Illy hanya menggelengkan kepalanya dalam keadaan gelisah.

Ali yang masih merasa aneh pun mencoba mengamati tubuh Illy. Mencari tahu apa yang telah terjadi dengan istri kakaknya. Setelah ia menyadari sesuatu, Ali segera berlari menuju lemari pendingin, membukanya secara kasar dan memeriksa sesuatu.

"Shitt." Ali mengumpat begitu keras setelah ia menggenggam sebuah botol.

Oh Illy, polosnya kamu. Batin Ali berteriak. Asal Illy tahu. Minuman yang baru saja ditenggak adalah minuman yang sudah Ali campur dengan obat perangsang. Biasa ia gunakan pada jalang-jalang yang disewa.

"Ya Tuhan," ucap Ali frustrasi dengan mengusap kasar wajahnya.

"Ali. Panas." Keluhan Illy terdengar oleh Ali.

Ali mulai menghampiri Illy setelah ia meletakkan botol yang ada dalam genggamannya. Illy, bergerak semakin gelisah.

Ali menatap bingung Illy. Kasihan sekali wanitanya jika dibiarkan seperti ini. Sungguh. Dosis obat itu besar sekali. Haruskah ia melakukannya? Haruskah ia melakukan di saat Illy tidak sadar lagi?

"Ali panas." Illy mulai terlihat semakin gelisah. Tangannya mulai meraba kancing yang tersisa pada kemeja Ali. Sepertinya—

Sesaat kemudian, senyum terbit di bibir Ali. Ia mendekatkan diri pada Illy, merengkuh tubuh seksi itu.

Pelukan Ali disambut hangat oleh Illy dengan mengalungkan kedua tangannya pada leher Ali. Pria itu tahu Illy sudah diselubungi kabut gairah akan obat. Tentu saja, ia tidak akan menyia-nyiakannya.

Dalam dekapannya Illy masih tetap bergerak gelisah. Menciptakan gerakan-gerakan yang terlihat eksotis bagi Ali. Gesekan yang tercipta antara tubuh mereka menimbulkan sengatan listrik yang kuat.

Percayalah. Itu membuat kepala bagian bawah bergerak gelisah. Ohh. Ali mulai tersulut gairah. Ia memejamkan mata untuk menikmati rasa pening yang mulai dirasakan.

"You want a baby. Lest Make it," ucap Ali serak.

Menjadikanmu Milikku (APL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang