🐰 41. Kebahagiaan Ali 🐰

1K 95 23
                                    

51. Kebahagiaan Ali



🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰



Selepas kepergian Illy, Ali bangkit dari tempat tidurnya. Wajah yang sebelumnya ia pasang sendu, kini menampakkan sinarnya. Ia menunduk, memandang bukti keperkasaan dirinya yang layu. "Bagaimana, Little Ali? Kau baru saja memenuhi sangkarmu setelah lama berpuasa. Kau puas sekarang?" tanyanya dengan mimik wajah jenaka.



"Ya. Aku tahu kau sangat puas. Aku pun merasakannya." Pria itu melipat tangan di belakang kepala, menyandar pada kepala ranjang dengan wajah penuh dengan senyuman. Lihatlah lebih jelas maka kalian akan mendapati senyum kemenangan di sana.



Ali mulai membayangkan bagaimana kejadian semalam begitu mudah didapatkan. Tanpa ada paksaan untuk Illy. Bahkan perempuan itu seperti sangat menerimanya. "Kapan kita bisa seperti semalam lagi, Sayang?" tanyanya pada diri sendiri.



Ah. Ia harus memikirkan cara lain lagi nanti.



Kening Ali mengerut, ia menoleh ke arah jam yang ada di dinding sudut kiri kamarnya. Ia ada janji, kenapa bisa lupa? "Ah. Mungkin karena aku terlalu menikmati momen semalam," ucapnya.



Mulai beranjak, Ali meraih handuk di gantungan baju. Sembari bersiul, ia memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket dan ... bau.



Bau? Asal kalian tahu kalau bau itu adalah aroma yang begitu Ali nikmati. Aroma cairan seorang wanita yang sangat ia cintai-Illy.



Menjijikkan bagi yang mendengar, tetapi tidak bagi Ali. Mengenakan celana dan kaus hitam bertuliskan black devil, ia melapisinya dengan jaket levis hitam. Segera berlalu dari apartemen menuju ke suatu tempat.



Beberapa menit ia lewati hingga sampai di tempat tujuan. Tanpa mengetuk pintu, Ali memasuki sebuah apartemen seseorang. Sudah ada lima orang yang duduk pada sofa. Saling terpisah dengan satu di sofa paling ujung, tiga orang di sofa panjang. Sisanya berdiri.



Satu orang dari mereka ia kenal dengan baik. Ia terkekeh ketika mendapati wajah pria itu yang tampak masam. Juga suara decakan dan ucapan kekesalan setelahnya. Percayalah. Bola matanya yang diputar membuat ia ingin mencolokkan kedua jarinya.



"Dari mana saja kau? Mereka sudah menunggu dari tadi. Lelet," gerutunya. Pria itu melipat tangan di depan dada dan menyandarkan tubuh. Memandang dirinya dengan malas.



"Apa-apaan kau ini. Temanmu datang bukannya menyambut dengan pelukan malah ucapan ketus yang kudengar." Hanya berdecih. Itulah yang Ziqry lakukan.



Ali duduk pada sofa di seberang tiga orang, mimik wajahnya kini menunjukkan datar dan tegas. Tanpa kata ia mengeluarkan empat amplop berwarna cokelat dan melemparkan begitu saja di atas meja di hadapannya.



"Ambil," ucapnya dingin. Ia menyandarkan punggung pada sofa, satu tangan terangkat pada bahu sofa. Memandang wajah rakus pria-pria di hadapannya. Senyum miring pun tercetak di sudut bibirnya.



"Terima kasih, Bos." Sontak saja keempat orang yang berada di hadapan Ali meraih amplop itu. Satu orang, satu amplop. Binar bahagia dan kepuasan tidak bisa dihilangkan.



Salah satunya mencium amplop itu dan menatap Ali. "Kalau Bos ada kerjaan lagi, kami siap menerimanya, Bos," ucap salah satunya yang mana langsung diangguki oleh yang lain.



Ali mendengus, ia hanya menggerakkan tangan kanannya pada keempat orang itu tanpa membalas ucapan salah satu dari mereka. Menandakan pengusiran dari Ali untuk mereka. Tidak ada kata tersinggung dari pria-pria akan sikapnya. Yang terpenting, mereka bekerja, dan bayaran didapat sesuai perjanjian.

Menjadikanmu Milikku (APL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang