9. Benak Ali
🔥🔥🔥🔥🔥🐰🐰🐰🔥🔥🔥🔥🔥
Dua benda kenyal itu masih saling bersilat. Beradu dalam decapan kepuasan. Saling menggigit kecil memberi kenikmatan melalui tukaran salifa.
Erangan milik sang wanita membuat sang lelaki tersenyum dalam pagutannya. Dengan pasti ia mulai membawa tangan sang wanita melingkari lehernya. Merapatkan duduk di antara keduanya. Meremas pelan pinggang sang wanita.
Terlepasnya tautan yang sedari tadi terpaut, meninggalkan deru napas yang memburu. Pengaturan tarikan yang seolah berlomba menarik oksigen dalam keadaan kening yang masih menyatu.
Kedua sudut bibir mereka tertarik untuk membentuk seutas senyuman di sela deru napas. Kilatan cahaya mata yang menampakkan gairah berkobar seakan sama-sama menginginkan satu sama lain.
"I love you," ucap parau sang lelaki.
"I love you to," balas sang wanita lirih membuat lelaki di hadapannya kembali menarik senyuman di bibir.
Tidak ingin membuang waktu. Ia mulai kembali menyatukan bibirnya, kembali melumat dan mengeksplor setiap tempat dalam mulut. Ciuman itu kini beralih pada leher jenjang nan putih. Memberi hiasan dengan warna keunguan.
Tidak ingin menyia-nyiakan suatu hal, tubuh kokoh itu mulai membopong sosok mungil cantik itu. Membawa tanpa melepas pagutan bibir mereka. Menempatkan pada tempat empuk yang tidak jauh dari keberadaan mereka. Merebahkan daksa bergairah pada sofa.
Masih dengan penyatuan bibir, tangan mulai berlaku nakal. Mulai meneliti setiap kancing yang ada. Membuka satu persatu melepas halangan. Membuang semua serat kain yang menutupi halusnya porselen. Dua tubuh, telah polos.
"May i?" tanya sang lelaki dengan suara parau yang telah bergairah. Meminta perizinan atas jamahan yang akan ia laksanakan.
"Do it." Sebuah senyuman saat mendengar jawaban pasti membuatnya semakin yakin akan hal yang akan dilakukan. Mulai memosisikan diri, mencoba untuk melakukan dengan hati-hati.
“Ali, li Ali!" Kibasan tangan dan panggilan keras menyadarkan lamunan Ali. Membuatnya mengerjapkan mata beberapa kali.
"Sudah bersih belum?" Oh tidak. Apa yang baru saja kamu pikirkan Ali? Kamu baru saja—
Dengan gerakan cepat Ali melepaskan jari dari sudut bibir Illy. "Sudah. Sudah tidak cemong lagi," ucap Ali yang sudah kembali dalam kesadarannya.
Illy yang tidak tahu apa yang terjadi pada Ali kembali memakan spagetinya. Tidak melihat Ali yang dalam keadaan tersiksa.
Ali yang baru saja menyadari hal apa yang terjadi menggeram dalam hatinya. Ia menggelengkan kepala atas khayalan singkat nan panas itu.
Shitt. Membayangkannya saja membuat adik kecilnya benar-benar berdiri. Membuatnya terasa sesak di bawah sana. Kepala Ali benar-benar terasa pusing sekarang.
Penuntasan. Ya. Ia butuh penuntasan. Mencari alasan, Ali melihat jam yang melingkar di tangannya. "Ly. Aku pergi dulu, ya. Kamu tidak papa, kan sendiri di rumah?" Illy mengangguk.
"Kamu yakin?" tanya Ali meminta kepastian. Illy menjawabnya dengan anggukan lagi dan senyuman. "Ya sudah. Sepertinya aku bisa terlambat jika tidak bergegas. Aku harus pergi. Jaga diri baik-baik," wanti Ali terhadap Illy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadikanmu Milikku (APL)
RomanceTidak ada yang bisa Ali lakukan selain merelakan Illy untuk kakaknya saat melihat dua orang yang disayanginya akan menikah. Namun, semua berubah karena ketidaksengajaan di malam pertama sang kakak dan kakak iparnya. Bagaimana mungkin malam itu bisa...