🐰 42. Curiga 🐰

777 85 16
                                    

42. Curiga.

🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰


"Kalian?"

Dua orang yang tengah asyik dengan dunianya sendiri itu menoleh saat mendengar suara Illy. Keduanya tersenyum melihat perempuan bermata hazzle itu yang tengah berdiri di depan pintu pembatas antara ruang tengah dan kolam renang.

Namun, terselip kelegaan dalam senyuman itu. Kelegaan karena keduanya menyelesaikan adegan panas mereka beberapa menit yang lalu sebelum kedatangan Illy yang bisa saja memergoki mereka.

"Sayang, kamu sudah pulang?" Rasya bangkit, ia menghampiri Illy sembari merentangkan tangan bersiap untuk merangkul sang istri. Satu kecupan sayang ia daratkan setelah menggapai tubuh Illy. Drama yang sangat bagus Rasya.

"Ya," jawabnya. Illy memejamkan mata sejenak menikmati ciuman sang suami di keningnya. Berulang kali meminta maaf karena pengkhianatannya semalam.
Perempuan bermata hazzle itu mendongak. "Kamu sendiri? Sudah pulang? Cepat sekali?" tanya Illy penasaran. Keningnya terlipat saat mendapati wajah kesal pada Rasya.

"Aku tidak ingin menceritakan hal yang membuatku jengkel, Sayang." Sesaat kemudian Rasya memasang wajah masam seolah ia tengah merajuk. Membuat Illy mengerutkan keningnya. Namun, ia lebih memilih memberikan elusan ketenangan pada lengan sang suami.

"Sayang. Aku rindu." Ucapan Rasya bukannya mendapatkan balasan, malah mendapat tepukan pada bahunya. Siapa lagi jika bukan Illy pelakunya?

"Malu ah ...." Illy menyembunyikan wajah di dada bidang suaminya. Ia melirik keberadaan temannya yang malah membuat Rasya terkekeh.

"Illy." Suara seseorang mengucapkan salam dan ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka. Illy melepaskan pelukan dan segera berlalu untuk membuka pintu utama.

Sepeninggal Illy, satu kedipan mata Rasya berikan pada wanita yang tengah berdiri di sana sebelum ia mengikuti langkah sang istri. Seperti mengisyaratkan sebuah kata hampir saja.

Illy membuka pintu, Rasya yang sedari tadi membuntuti kini berdiri di belakangnya. Terlihatlah Tuan Yarendra yang tengah berdiri dengan gagah di depan sana.

"Papa." Keduanya menyambut tangan Yarendra dan menciumnya. Satu senyuman terbit dari Yarendra melihat betapa harmonisnya kondisi rumah tangga Rasya dan Illy.

"Papa tumben kemari?" Pertanyaan itu beriringan dengan langkah mereka yang memasuki rumah.

"Papa membawakan oleh-oleh dari Belanda." Satu tangan Yarendra terangkat menampakkan beberapa paperbag yang ia bawa.

"Papa. Kenapa pakai repot datang kemari. Seharusnya papa televon saja kami," ucap Rasya pada papanya. Sedangkan Illy mengambil alih paperbag yang dibawa oleh mertuanya.

"Papa ingin menyambangi rumah anak Papa. Apa tidak boleh?" Ia menatap kedua anaknya dengan tatapan jahil.

"Papa ini ada-ada saja. Tentu bolehlah, Pa. Oh iya, Mama mana, Pa?"

"Mama kecapean. Jadi dia tidak ikut." Illy dan Rasya mengangguk.

"Oh, iya. Papa mau minum apa?" Belum sempat Yarendra menjawab, perhatiannya teralihkan pada seorang perempuan yang baru datang di antara obrolan mereka.

"Siapa?" tanya Yarendra dengan menunjuk perempuan itu.

"Oh, ini teman Illy, Pa. Kenalkan. Namanya Clara." Yarendra mengulurkan tangan untuk menjabat tangan seseorang yang dikatakan teman dari menantunya itu.

"Yarendra. Papanya Illy."

"Clara, Om. Temannya Illy." Clara melihat adanya tatapan tuan Yarendra yang ditujukan padanya seolah menatapnya tidak suka. Yang membuat Clara ingin segera berlalu dari ruang itu.

Menjadikanmu Milikku (APL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang