🐰 Teman Lama 🐰

672 47 0
                                    

4. Teman lama

🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰


"O, jadi Tasya ini teman SMA kamu? Kok Mama enggak pernah tahu, ya?" Desi bertanya dengan antusias ketika baru saja mengetahui sebuah fakta.

Saat ini, Rasya, Desi beserta tamunya tengah berkumpul di ruang keluarga, berbincang ringan tentunya.

Illy? Seperti biasa, ia akan menghindari obrolan ringan dengan sang mertua untuk menyelamatkan hatinya. Kalian pasti mengerti bukan?

Sedangkan Ali, pria itu mengikuti papa dan temannya memasuki ruang kerja Papanya-membahas pekerjaan yang akan ia tangani.

"Cantik ya, Sya? Kenapa kamu dulu tidak pacaran sama dia?" Wanita yang bernama Tasya hanya tersenyum simpul mendengar penuturan dari Desi. Merasa tidak enak karena ia pun tahu Rasya memiliki seorang istri.

"Mama tidak tahu saja. Tasya itu murid paling cantik di sekolah. Banyak yang menyukai, mana mau sama Rasya?" Rasya berucap dengan kekehan.

"Oh ya?" Pandangan Desi menelisik Tasya. "Tidak meragukan sih memang. Kamu kuliah di mana, Sayang?"

"Dulu satu kampus sama Rasya, Tante. Cuma, pas waktu semester dua, saya harus ikut Papa pindah ke Belanda," jelas Tasya.

Desi hanya mengangguk. "Coba saja saya kenal kamu dari lama, pasti kamu sekarang sudah jadi menantu saya." Tasya semakin merasa tidak enak dengan perkataan itu. Takut-takut kalau istri Rasya mendengarnya.

Sebuah ide terbersit di otak cantik Desi. Ia menatap putranya Rasya. "Rasya. Ajak keliling rumah gih, Tasya. Siapa tahu dia merindukan lingkungan Indonesia." Tasya sempat melotot mendengar hal demikian.

"Betul, Tante," timpal Zizi yang semakin membuat mata Tasya membeliak.

Namun, tidak dengan Rasya. Pria itu terlihat biasa saja. Buktinya dia bangkit dan mengulurkan tangan padanya. Tasya menatap ragu itu.

"Sudah. Ayo!" Mau tidak mau Tasya pun menerima uluran tangan Rasya.

Desi tersenyum melihat dua orang itu berlalu. "Zizi menunggu Ali saja, ya?" Perempuan dengan dress warna peach pun mengangguk.

***

Illy masih berada di dapur membantu Bi Rumi yang sedang mencuci piring. Seperti biasanya.

"Kenapa Neng Illy tidak ikut kumpul sama yang lain saja?" Bi Rumi yang sedari tadi diam kini bertanya. Meski sudah biasa, tetapi kali ini merupakan hal yang berbeda.

"Bukannya memang seperti ini, ya, Bi jika Illy ke sini?" Illy melirik Bi Rumi dengan tangan yang masih berkutat dengan busa dan piring kotor.

"Iya sih, Neng. Tapi, kan hari ini Tuan Ali pulang, ada tamunya ibu juga memang Neng Illy tidak berkenalan dengan mereka?" Illy mengerti maksud dari perempuan paruh baya yang telah mengabdi puluhan tahun pada keluarga ini.

"Itu tidak mungkin, Bi. Bibi, kan tahu Mama seperti apa sama Illy?" Raut kesedihan kini muncul dari wajah Illy. Menerawang sikap mertuanya yang berbeda dengan dulu.

Bi' Rumi yang mengerti pun mengelus pundak Illy. "Yang sabar, ya, Neng."

Illy tersenyum dan melanjutkan cuci piringnya. Setelah selesai ia mengeringkan tangan menggunakan sebuah kain bersih.

Illy berpamitan pada Bi Rumi untuk menemui suaminya. Masih ingat kalau mereka berkumpul di ruang keluarga. Sosok perempuan bernama Zizi tidak salah dengar akan dijodohkan dengan Ali. Mengingat hal itu ia bahagia jika sahabatnya akan segera melepas masa lajangnya.

Menjadikanmu Milikku (APL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang