🐰 46. Kebenaran 🐰

778 123 95
                                    

46. Kebenaran.



🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰




"Ayo a." Ali mengarahkan sendok yang berisikan bubur ke mulut Illy. Sedari tadi ia begitu telaten menyuapi Illy yang susah untuk memasukkan makanan ke dalam perutnya.



"Sudah Ali. Aku sudah kenyang." Illy menyingkirkan tangan Ali yang ada di hadapannya pelan.



Ali menghela napas. "Kamu baru makan beberapa suap saja. Kamu itu butuh asupan banyak, Sayang! Buat kamu, dan anak kita." Tangan Ali mendarat pada perut rata Illy dan membelainya sayang.



Illy hanya diam tanpa kata. Entah apa yang terjadi dalam hidupnya saat ini. Semua ini begitu rumit baginya. "Kamu mikirin apa, sih? Hem?" Telapak tangan Ali kini membelai rambut Illy dan turun ke pipinya, perempuan itu hanya menggelengkan kepalanya.



Suara pintu terbuka mengalihkan atensi mereka. Desi memasuki ruang rawat Illy dengan senyuman lebar. "Mantu Mama!" Perempuan dengan rambut disanggul itu menghampiri Illy dan memeluknya.



Melihat itu, Ali dan Illy diliputi perasaan bingung. "Mama," panggil Ali.



Desi melepaskan pelukan dari Illy dan memberikan senyuman manis pada putra bungsu dan menantunya. "Gimana keadaan cucu Mama?" Desi mengarahkan tangan pada perut Illy.



Saat itulah perempuan bermata hazzle itu menyadari sesuatu. Bahwa semua perhatian sang mertua terhadap dirinya hanyalah karena bayi yang ada di dalam perutnya. Hanya saja tetap, itu membuat dirinya merasa asing.



"Baik, Ma!" Bukan Illy yang menjawab melainkan Ali. "Mama ke sini sendirian? Papa mana?"



"Papa lagi nunggu kakak kamu. Ada yang mau dibicarakan katanya." Ali menerbitkan senyumnya. Sedangkan Illy meremas jari tangannya.



"Kamu sudah makan, Sayang?" Illy mengangguk untuk menjawab pertanyaan Desi. "Kalau begitu, Mama kupasin jeruk, ya!" Desi meraih jeruk yang sebelumnya ia bawa dan segera mengupas kulitnya. Illy pun hanya diam menerima perlakuan Mama mertuanya. Setidaknya saat ini, Desi masih menjadi Mama mertuanya. Entah nanti.



"Memangnya Papa mau bicara apa sama Kak Rasya, Ma?" tanya Ali yang merasa ingin tahu.



"Ya masalah rumah tangga kakak kamulah." Desi menyuapkan jeruk yang sudah ia kupas kepada Illy.



"Papa mau memperbaiki hubungan Rasya dan Illy," ucap Desi dengan senyum bahagia. Namun, Ali menatap sang Mama terkejut, tidak percaya akan apa yang barusan ia dengar. Pun dengan Illy yang bola matanya sudah membola.



Desi meraih tangan Illy dan menggenggamnya. "Illy, kamu, kan lagi hamil, masalah perselingkuhan Rasya kemarin tolong dilupakan, ya! Mungkin, Rasya sudah terlalu ingin punya anak. Makanya dia seperti itu. Tapi sekarang, kan kamu sudah hamil, maafin, ya. Anggap saja kemarin Rasya khilaf." Seolah Illy tidak mempunyai perasaan, Desi mengucapkan kata-katanya begitu mudah.



Jangan tanyakan perasaan Illy. Sungguh ia pun tidak merasa habis pikir. Ia kecewa. Kecewa akan perselingkuhan suaminya dan sang sahabat, tetapi ini-semuanya terasa buntu.



Sedangkan Ali mengepalkan kedua tangannya menahan amarah. "Ma. Ali mau pulang. Mau ganti baju. Tolong jagain Illy," ucapnya dengan mimik wajah datar. Illy tahu apa yang dirasakan Ali.


Sekuat tenaga pria bermata tajam itu menahan emosi. Namun, tidak bisa. Ia segera keluar dari ruang rawat Illy, melampiaskan kemarahan yang tidak mampu lagi dibendungnya. Rasa marah dan kecewa melebur menjadi satu.



Mempercepat langkah terdengar napas Ali yang memburu. "Papa sudah berbohong. Aku tidak akan membiarkan Papa memperbaiki hubungan Illy dan kak Rasya."

Menjadikanmu Milikku (APL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang