🐰 Peringatan 🐰

511 41 0
                                    

13. Peringatan

🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰


Rasya mengusap wajahnya kasar sembari mengendarai mobil dengan perasaan penuh penyesalan. Napasnya masih memburu kala mengingat hal yang baru saja terjadi padanya. "Bodoh. Bodoh kau Rasya," makinya tiada henti pada dirinya sendiri. Ya. Makian itu memang pantas ia terima.

Belum pernah ia merasa menjadi seorang pecundang sebelumnya. Namun, kali ini, kelakuannya benar-benar mencerminkan seorang pecundang.

Bahkan bisa disebut dengan lelaki pengecut, brengsek. Bisa-bisanya. Bisa-bisanya ia melakukan hal semenjijikan itu. Ya Tuhan.

Tiada henti Rasya merutuki dirinya sendiri. Benar-benar merasa menjadi seorang suami yang tidak tahu diri. Rasya menghentikan laju mobilnya di salah satu minimarket saat ia melihatnya. Memutuskan untuk membeli sebotol air mineral dingin untuk mendinginkan pikirannya sejenak.

Rasya menyiramkan air mineralnya yang tinggal setengah pada kepala. Berharap kepalanya bisa berpikir dengan normal sejenak. Disandarkan kepala beratnya pada sandaran kursi mobil. Memejamkan mata untuk menetralisir detak jantungnya.

Bayangan kejadian beberapa waktu lalu masih betah berputar di dalam pikirannya. Seolah tidak ingin beranjak dari sana. Masih tergambar dengan jelas semua kejadian itu. Sentuhan, decapan, gerakan natural, kelembutan bibir tipis itu. Sungguh, memang memabukkan.

Tidak. Apa yang kau pikirkan Rasya. Lupakan. Lupakan hal itu.

Untunglah kewarasanmu masih menguasaimu. Sehingga kelakuan bejatmu tidak melebihi batas yang akan bisa merusak segalanya jika itu memang benar-benar terjadi. Jika tidak, apa yang akan kau jelaskan pada istrimu?

Istri? Illy? Oh tidak, Tuhan, bagaimana jika nanti Illy mengetahui kelakuan bejatnya tadi? Apa yang akan kau lakukan Rasya? Bahkan mengingat hal tadi saja kau sudah bisa menggambarkan wajah kecewa dari istrimu.

Tidak. Semua tidak boleh terjadi. Cukup ini dan tidak lagi. Lupakan semua dan anggap semua tidak pernah terjadi. Ya. Seperti itu.

Rasya kembali melajukan mobilnya. Ingin segera sampai di rumahnya. Dan menunggu kedatangan istri tercintanya. Sama seperti yang ia ucapkan saat ia akan berpisah dengan Illy di toko kue milik istrinya itu.

***

Suara hentakan sepatu berhak tinggi itu menggema di seluruh penjuru ruangan. Wanita paruh baya berjalan angkuh dengan mendongakkan dagunya. Seperti tidak ada rasa takut akan semua mata yang menatap dirinya penuh selidik.

Akan tetapi, tatapan itu hanya ia dapat dari beberapa pasang mata yang tengah duduk sembari menikmati hidangan yang ada di depan mereka.

Namun, tatapan takut yang disertai dengan tatapan sinis bahkan  kebencian ia dapat dari beberapa orang yang berada di balik etalase. Mengingat akan siapa sosok yang saat ini tengah berjalan dengan angkuh.

Hentakan sepatu itu kini tidak terdengar kembali kala si pemilik telah berdiri di depan pintu coklat. Tangan angkuh itu kini telah meraih sebuah handle pintu di depannya dan membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Sontak saja wanita cantik yang berada di dalam ruangan itu menjadi terkejut dan mendongakkan kepalanya seketika.

Rasa marah yang baru saja akan meluap kini berubah seketika menjadi perasaan tidak enak. Ah, bukan. Perasaan takutlah yang mendominasi kala matanya menangkap sosok yang baru saja mengganggu pekerjaannya.

Menjadikanmu Milikku (APL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang