🐰24. Pelukan Ali 🐰

700 67 6
                                    

24. Pelukan Ali

🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰


Pembicaraan beberapa waktu lalu di meja makan yang sempat membuat keduanya bersitegang di pagi hari, kini berlanjut membawa pasangan ini ke rumah sakit. Meski Rasya menampakkan wajah datar, Illy tetap menerbitkan senyum lebar.

Tepat keesokan hari setelah kejadian itu dialaminya, Rasya tiba-tiba saja datang dan mengatakan kalau suaminya itu menyanggupi apa yang sempat Illy utarakan.

Beberapa hari berlalu. Pasangan suami istri ini kembali lagi pada rumah sakit yang sama. Seperti halnya Illy, Rasya pun juga ditangani oleh Dokter Najwa. Selain memang dokter kepercayaannya, ia berpikir agar mudah berkonsultasi dengan apa yang selama ini telah dialami.

Duduk berdampingan pada kursi pasien tentu saja membuat denyut jantung Illy berdetak tidak semestinya. Selain karena menunggu hasil dari pemeriksaan, ia masih memikirkan akan sikap Rasya beberapa hari ini yang tidak lagi hangat.

Bola mata hazzle itu melihat sikap Rasya yang masih banyak diam, dirinya yakin kalau sang suami masih menyimpan sedikit kemarahan dalam hatinya. Akan tetapi, hal itu tidak masalah bagi Illy. Terpenting sekarang, Rasya bersedia melakukan tes kesuburan ini.

Setelah ini, ia berharap mereka bisa mencari solusi akan langkah selanjutnya, demi kelangsungan rumah tangga mereka. Hal ini pula yang berhasil menekan rasa sedih Illy atas kejadian pahit yang sempat ia alami.

Masih duduk dengan menumpu tangan yang saling bertaut di atas pangkuan, Illy menatap Dokter Najwa. Perempuan yang senantiasa memakai jas putih kebesarannya itu tengah duduk di seberang meja dengan sebuah kertas di tangan. Bola mata yang berhias kacamata bening itu menyusuri setiap tulisan di sana.

Dokter Najwa mengangguk beberapa kali, detik kemudian bibirnya melengkungkan senyum. "Semuanya baik. Tidak ada yang perlu diragukan," jelasnya kemudian.

Penjelasan itu tentu saja memancing senyum Illy. "Jadi, kita memang tidak ada halangan dalam memiliki anak, kan, Dok?" tanya Illy yang telah menunjukkan rasa syukurnya atas berita baik mengenai sang suami.

Dokter Najwa mengangguk. "Benar. Kalian bisa memiliki anak, Pak, Bu. Mungkin, Tuhan hanya belum mempercayai kalian dalam masalah momongan. Kalian harus lebih rajin lagi berusaha." Dokter Najwa berucap dengan senyuman manisnya. "Dan yang terlebih, jaga kesehatan dan konsumsilah makanan yang sehat," jawabnya dengan ramah.

"Terima kasih, Dok." Rasya berucap tanpa banyak basa basi. Setelah mengucapkan terima kasihnya, pria itu berlalu begitu saja tanpa kata dan tanpa menunggu sang istri.

Illy menatap bingung. Akan tetapi, ia masih bersikap tenang. Perhatiannya beralih pada Dokter Najwa. "Permisi, Dok. Sekali lagi, terima kasih," pamitnya pada dokter berambut panjang yang terlihat bingung akan sikap pasiennya. Meskipun begitu, ia berusaha menutupi keingintahuannya.

"Mas, Mas, Sayang." Illy memanggil Rasya dengan sedikit berlari agar bisa menyusul suaminya yang sudah berada jauh di depan. Tidak peduli beberapa orang yang berpapasan di koridor menatap dirinya dengan rasa ingin tahu.

"Sayang," panggil Illy lagi saat ia berhasil menggapai tangan Rasya. "Tunggu dong, Mas."

Tampak Rasya yang hanya memandangnya datar. Hati Illy mencelos akan tatapan yang diberikan suaminya. Belum pernah ia melihat Rasya menatap sedemikian rupa. Sakit itu muncul seketika akan pandangan yang tidak lagi diselimuti kehangatan.

"Kamu kenapa sih, Mas?" tanyanya dengan nada lirihnya.

"Sudah puas kamu?" Rasya berucap dengan intonasi tegas. Nada yang dipenuhi emosi dan sentakan. Dan hal itu, berhasil membuat Illy tersentak. "Kamu sudah tahu, kan hasilnya? I am fine. Sehat," tekannya pada Illy.

Menjadikanmu Milikku (APL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang