19. Panas
🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰
Sebuah gerakan langkah eksotis tercetak dari kaki jenjangnya. Menapaki lantai ruangan yang terasa begitu dingin di pekatnya awan mendung. Menuju tempat halus nan nyaman dan hangat. Mencoba menciptakan alunan yang ingin dimainkan. Menahan beban pada kedua tangan akan sosok cantik dalam gendongannya, raut mata tidak terbaca tidak pernah lepas akan kemolekan tubuh dalam dekapannya.
Bak porselen rapuh, lengan kokoh itu merebahkan siluet nan anggun dengan kemeja. Jari panjang menyusuri setiap sapuan kulit halus nan putih dari lekukan tubuh wanita yang didambanya.
"Ah." Suara merdu itu tercipta begitu saja kala telapak tangan nakal menapaki sebuah kekenyalan yang padat. Belaian-belaian halus ia sapukan pada tubuh seksi yang berada di bawah Kungkungannya.
"Please!" Permohonan itu keluar begitu saja dari bibir seksi si wanita tanpa beban kala ia hanya merasakan sentuhan-sentuhan lembut. Mengisyaratkan bahwa ia membutuhkan lebih dari sekedar itu.
"More." Lagi-lagi nada permintaan itu terdengar. Namun smirk yang tercipta akan tubuh kekar itu mengisyaratkan hal lain. Hingga daging kenyal itu mendarat pada kekenyalan tipis di bawahnya.
"Tenanglah dulu. Izinkan aku menikmati lekukan tubuh dambaanku ini." Ucapan serak itu tercipta setelah dua benda kenyal sempat menyatu. Mengisyaratkan hal lain yang ingin ia lakukan.
Sapuan-sapuan hangat yang tercipta akan bibir dari tubuh kekar itu menjalar bebas pada leher jenjang putih di bawahnya. Mengalirkan desiran desiran erotis pengawal segalanya. Pemanasan dari sebuah perang penyatuan.
Menyusuri tubuh porselen itu secara perlahan. Menjalar hangat pada belakang tengkuk dan telinga. Menyapukan decapan penggugah pada kekenyalan sintal yang menggairahkan. menciptakan lukisan-lukisan indah dengan warna merah darah dan keunguan. Hingga tangan kekar itu tidak diketahui telah menjalar pada lipatan daging penuh kehangatan.
Membelai. Menyentuh. Merangsang dengan gerakan halus dari tangannya. Mengeksplore tempat kehangatan dari segala penjuru. Hanya untuk mencari biji kacang yang memabukkan.
"Ah." Lagi-lagi sebuah alunan merdu tercipta dari bibir milik tubuh gemulai itu. Suara mengisyaratkan akan kenikmatan yang tercipta dari sesuatu yang asing yang telah memasuki lembah kehangatan.
Gerakan nan halus dan hati- hati tercipta pada kelembapan itu. Bergerak erotis berusaha untuk memberikan sebuah kenikmatan.
"Ali." Sebuah nama terucap kala sesuatu telah mencuat ke permukaan. Kepala penuh keringat terpelanting ke belakang kala langit ke tujuh serasa ia dapat. Hingga sebuah tarikan sudut bibir menandakan kepuasan akan hal yang baru ia mulai.
Sapuan napas hangat milik tubuh kecil itu menerpa. Mencoba untuk mengatur pada volume normal. Pandangan yang mengabur akan selimut gairah. Membuat naluri si pemilik kulit halus mengulurkan tangannya. Menyapu Surai hitam pekat milik tubuh kekar di atasnya. Menyapukan belaian hangat pada wajah dan rahang kokohnya.
"Do it, Kaf. I need more." Ucapan itu disertai suara serak yang timbul akan aliran panas yang terjadi pada tubuhnya. Buliran-buliran biji jagung telah menghiasi dua wajah yang bertatapan dalam keremangan cahaya.
Ali. Lelaki itu tampak Memejamkan mata kala tangan halus wanitanya menyapu rahang. Mencoba mencari kenikmatan yang tercipta dari tubuh setengah sadar. Menahan napas dan mengerang dalam. Mencoba menguasai gejolak yang telah terpampang nyata akibatnya di bawah sana.
"Aku akan melakukannya sekarang." Kecupan hangat ia daratkan pada kening wanita cantik bernama Illy. Terus menjalar mengabsen setiap inci wajah cantik itu. Kedua mata, satu hidung, kedua pipi, satu dagu, hingga berakhir dengan sapuan ciuman hangat nan dalam pada bibir tipis nan penuh akan kelembutan.
"Aku akan melakukannya penuh dengan kelembutan," ucapnya tepat di atas bibir yang masih mengatur napas efek dari ciuman singkat namun dalam. "Pelan dan lembut. Sama seperti waktu pertama kali aku melakukannya."
Satu kalimat yang mampu mengungkap semua. Satu kalimat yang mampu mengubah semua. Namun, sayang seribu sayang. Satu kalimat itu hanya akan menjadi sebuah kalimat tidak dimengerti. Karena tubuh yang berada dalam kungkungannya, hanya terfokus pada satu tujuan. Kehangatan, kepuasan, puncak dari segala gairah.
Tangan kokoh itu mulai bekerja. Memegang kendali akan senjata yang telah siap. Berdiri begitu angkuh. Siap untuk melakukan pertempuran. Menuntun senjata tumpul namun memabukkan. Menuju jalan penuh kehangatan.
Suara yang terdengar begitu merdu itu kini kembali terdengar. Keluar begitu saja saat gesekan-gesekan hangat pada pintu kelembapan yang dipengaruhi senjata tumpul sebelumnya.
"Ali."
"Illy." Hingga dua pasang mata sama-sama menutup saat lirik lagu termerdu itu berkumandang. Sama-sama menikmati sesuatu yang telah menyatu. Saling merasa hangat saat lembah menyelimuti tombak keperkasaan.
Tangan kekar mulai meraba. Menyapu buliran keringat pada pelipis nan cantik. Menatap dalam akan wajah yang selalu terpatri dalam hatinya. "I love you Illy. Always, and forever."
"Move." Tiada balasan akan kata yang ia ucapkan. Hanya permintaan yang selalu membuatnya terpacu untuk menyanggupinya. Sebuah senyuman kebahagiaan serta kemenangan tercipta. Menguasai akan situasi pada sosok di bawahnya.
"I Will." Tubuh kekar mulai bergerak. Maju dan mundur. Bergerak teratur penuh irama. Panas dan bergairah. "Illy. Masih sama," ucapnya serak di sela pergerakan.
"Ali ...." Lagi-lagi. Lirik lagu termerdu itu kembali terdengar. Memompa semangat akan sosok tubuh kekar yang tengah bekerja. Memacu semangat yang semakin berkobar.
"Ali. More hard." Lagi dan lagi. Ucapan itu bak cambuk penyemangat. Hingga tubuh yang tengah bekerja itu terpacu. Bak sebuah lomba maraton yang berlari mengejar satu tujuan. Tanpa ada rasa lain ia terus berpacu. Berlomba-lomba akan hal yang ia tunggu.
Suara tepukan tubuh bagian tersensitif yang terdengar, bagaikan tabuhan gendang yang mengiringi lagu dengan lirik yang begitu merdu. Menghiasi kamar yang telah berubah menghangat. Peluh dan panas yang tercipta bukanlah sebuah halangan.
Namun sebuah pacuan penyemangat yang membuatnya semakin memompa aktivitasnya. Bersatu dengan hasrat dan kekuatan. Menciptakan gelenyar hangat bahkan panas yang kian mendera.
Hingga satu hentakan keras yang mengakhiri.
"Ali!"
"Illy." Nada terakhir telah tersuara. Menjadi alunan terakhir yang menjadi penentu kemerduan. Menandakan akhir pada tingkat kemenangan. Hingga aliran hangat yang terasa mengalir pada lembah kelembapan membuat hati terasuki kebahagiaan. Langit ke tujuh, telah terjamah.
"Mmm" Satu nada terakhir penentuan terdengar lirih. Mengiringi pemisahan kehangatan yang sebelumnya melingkupi. Ada satu perasaan tak rela kala keduanya telah terpisah.
Tubuh kekar meluruh. Menyejajarkan wajah kekar pada tubuh yang datar nan halus. Sekali lagi, tangan kekar terulur untuk membelai pada perut rata. "Hadirlah, Baby. Saat itu terjadi, Papa akan membawa mamamu secara paksa. Dan semuanya, seutuhnya menjadi milik Papa."
Satu kecupan hangat mendarat di atasnya. Memberikan sejuta cinta untuk di aliri. Hingga satu kecupan hangat yang mendarat pada bibir, mengakhiri terbukanya mata. Dan satu pelukan hangat membawa mereka menyelami indahnya mimpi. Saat itu. Semuanya. Menjadi milik keduanya.🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰
Subuh-subuh😋😋😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadikanmu Milikku (APL)
Lãng mạnTidak ada yang bisa Ali lakukan selain merelakan Illy untuk kakaknya saat melihat dua orang yang disayanginya akan menikah. Namun, semua berubah karena ketidaksengajaan di malam pertama sang kakak dan kakak iparnya. Bagaimana mungkin malam itu bisa...