31. Kebun Teh
🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰
Menggunakan celana selutut dan tubuh dalam keadaan topless, Ali menggosok rambut basah setelah mandi dengan handuknya. Berjalan kearah jendela guna melihat pemandangan dari dalam kamar.
"Indah," ucapnya dengan wajah datar.
Sesaat kemudian wajah itu berubah menjadi mimik sendu. "Andai saja Illy menjadi milikku, mungkin saat ini kami tengah bahagia menikmati pemandangan ini," ucapnya dengan penuh harapan.
Ya. Ali membayangkan seandainya saat ini Illy menjadi istrinya. Duduk pada sofa menikmati pemandangan perkebunan melalui jendela kamar. Dengan Illy yang duduk mesra di atas pangkuan, tidak lupa juga pelukan posesif yang ia daratkan pada perut perempuan itu. Juga dagu yang ia tumpukan pada pundak mulusnya.
"Hufffh." Ali mengembuskan napas secara kasar setelah ia menghirupnya dalam. Pria itu menggelengkan kepala keras untuk menghalau pikirannya. "Cuma membayangkannya saja percuma, Li. Kau harus bekerja ekstra jika ingin mendapatkannya," ucapnya pada diri sendiri memberi semangat.
Ali kembali menggosok rambutnya yang basah karena tidak ingin masuk angin dalam liburannya kali ini. Akan tetapi, tangannya terhenti kala ia melihat seorang wanita yang berjalan keluar meninggalkan villa. Ali menunggu beberapa saat, setelah diyakininya tidak ada yang mengikuti wanita itu, sebuah senyuman pun terbit dari bibirnya.
Dan di sinilah ia. Berjalan dengan langkah pelan di belakang wanita yang saat ini tampak sedang menikmati pemandangan perkebunan. Ali sengaja menjaga jarak agar wanita itu tidak mengetahui jika dirinya kini tengah mengikutinya.
Memandang lekat pada sosok itu, tidak pernah mengalihkan sedikit pun pandangannya dari wanita cantik itu. Tingkahnya sungguh-sungguh membuat Ali gemas. Ingin sekali ia memeluk dan membawa tubuhnya berputar-putar.
Ali menghentikan langkah saat wanita yang ia ikuti telah berhenti. Semakin memandang gemas saat wanita itu berputar dengan mata terpejamnya. Pria itu mendesis, tidak ingin membuang waktu, Ali pun berjalan mendekati sosok yang saat ini membelakanginya. Mendaratkan sebuah pelukan pada perut ramping itu.
Untuk sesaat, ia merasakan tubuh wanita itu yang menegang. Mungkin, karena merasa terkejut. Senyum bibir Ali pun terbit tidak kala wanita yang tengah dipeluk saat ini mendaratkan kepalanya pada dada bidangnya.
Merasa dirinya mendapatkan lampu hijau. Apalagi saat wanita itu meletakkan kedua tangannya di atas tangan Ali yang saat ini memeluk mesra perut wanita itu, semakin membuat perasaan pria itu membuncah.
"Kamu mengejutkan aku, Mas." Hening sesaat, setelahnya bibir tipis itu kembali terbuka. "Katanya kamu enggak mau ikut?" Oke. Ali tahu jika saat ini wanita itu tengah salah paham akan siapa dirinya.
Pasti saat ini dirinya dikira adalah suami dari wanita ini. Sempat hilang senyum tipis di bibir Ali. Namun, itu tidak berlangsung lama karena yang ada dalam pikiran Ali saat ini. Toh aku ini yang ada saat ini.
"Indah bukan?" Mendengar wanita yang ia peluk melontarkan pertanyaan, Ali semakin mengeratkan pelukannya. Dan dengan beraninya ia mendaratkan satu kecupan di pipi wanita itu.
Hingga saat ia mengeluarkan suaranya, "Bagiku, lebih indah dirimu dari segalanya." Dapat Ali rasakan tubuh rileks itu kini menegang seketika.
Senyum iblis pun terukir dari bibir Ali. Wanita yang ada di pelukannya tiba-tiba saja memutar tubuh, jadilah saat ini jarak wajah keduanya sangat dekat. "Hai Illy, Sayang," panggil Ali dengan suara serak.
"A-Ali," Baru saja Illy ingin melepaskan diri dari dirinya. Akan tetapi, pergerakan itu dapat dibaca olehnya, dan dengan sigap ia pun kembali menahannya.
"Eitss. Mau ke mana?" Illy meronta untuk berusaha melepaskan cekalan tanganna. Akan tetapi ia tidak akan membiarkannya. Malahan, Ali semaki memegangnya erat.
"Ali. Lepas," ucap Illy masih dengan meronta pada cekalan Ali.
"Tidak bisa, Sayang. Aku sudah sangat merindukanmu. Bagaimana mungkin aku akan melepaskanmu begitu saja," ucap Ali dengan seringai.
Oh tidak. Seharusnya tadi Illy tidak jalan-jalan seorang diri.
Melihat Illy yang termenung, Ali pun secara spontan menariknya sedikit kasar, hingga membuat keterlaluan yang dia cintai sudah dalam dekapannya. "Kenapa melamun, Sayang?" tanya Ali yang mengangkat tangan bermaksud untuk membelai wajah cantik itu.
Namun, sayang. Illy malah menjauhkan wajah dari tangan Ali. Bukannya marah, ia malah tersenyum melihat itu. Percayalah. Itu terlihat lucu dan menggemaskan.
"Jangan jual mahal, Sayang." Ucapan itu dibarengi dengan sebuah kekehan.
"Ali. Lepaskan. Jika yang lain tahu, mereka akan marah padamu," ucap Illy. Bola mata hazle itu sesekali menatap arah belakang tubuhnya.
Peduli? Tidak. Lagi-lagi Ali mana peduli akan hal itu? Ia semakin mengeraskan cengkeramannya kala rontaan Illy semakin cepat. Tidak mungkin ia membiarkan wanita itu lolos seketika.
"Biarkan mereka tahu. Biarkan Rasya tahu aku mencintaimu. Siapa tahu dia bisa melepaskanmu dengan mudah untuk aku miliki," ucapnya dengan nada yang begitu santai.
"Gila," desis Illy yang masih didengar Ali. Lagi-lagi senyuman ia ukir. Mendekatkan wajahnya pada Illy, bermaksud untuk membisikkan sesuatu.
Namun, sepertinya Ava salah paham. "Ali. Aku kakak iparmu. Istri kakakmu. Hormatilah aku sebagai kakakmu."
Gerakan Ali terhenti, mendengar ucapan itu ia sempat termenung sesaat. Menghentikan aksinya yang ingin berbisik. Bola matanya melirik mimik wajah Illy, terlihat ada kelegaan. Mungkinkah wanita itu mengira dirinya luluh?
Sebuah seringai tercetak di wajahnya. Ali malah mencengkeram kedua lengan Illy semakin keras. Menatap nyalang kedua mata Illy tepat pada sorotan mata tajamnya.
"Tidakkah kau merasakan betapa besarnya cintaku ini, Ly?" tanya Ali dengan penuh penekanan dan desisan amarah.
Pergerakan Illy yang semakin tidak karuan menandakan perlawanan yang keras. Tenang saja, ia pun tidak akan berhenti.
"Tapi aku tidak mencintaimu!" teriak Illy, kali ini ucapannya bernada tinggi. Lagi-lagi mampu membuat Ali membisu. Akan tetapi, ada kemarahan yang terpancar dari matanya. Ia siap menusuk bola mata terdalam wanita itu.
"Kenapa?" tanya Ali lirih. "Kenapa?" Kali ini bernada tinggi. Suara giginya saling gemeretuk menandakan emosi pria itu tidak lagi terkontrol.
"Kenapa kamu tidak mencintaiku. Dulu-"
"Berhenti, Li. Aku tidak mau lagi mendengar ucapan kamu." Keduanya sama-sama berteriak. Seolah tidak peduli jika teriakan itu akan membuat penghuni villa mendengarnya.
Sebuah seringai pun terbit dari bibir Ali, ia tidak peduli mimik pucat yang kini tercetak jelas di wajah Illy. Baginya, adalah sedikit pelajaran untuk wanita ini agar tahu betapa dirinya sangat mencintai.
"Baik," ucap Ali. "Jangan salahkan aku kalau terjadi sesuatu padamu."🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰
37. Horeeee. Aku update dua bab😘😘😘😘
Hope you enjoy with this chapter, yes?
Jangan lupa kasih bintangnya😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadikanmu Milikku (APL)
RomanceTidak ada yang bisa Ali lakukan selain merelakan Illy untuk kakaknya saat melihat dua orang yang disayanginya akan menikah. Namun, semua berubah karena ketidaksengajaan di malam pertama sang kakak dan kakak iparnya. Bagaimana mungkin malam itu bisa...