🐰 50. 🐰

1.4K 87 30
                                    

50. Lamaran

🐰🐰🐰🐰🐰🔥🔥🔥🐰🐰🐰🐰🐰



Ali menatap apa yang ia siapkan dengan perasaan puas. Semua yang ia lakukan seharian ini, terpampang nyata di hadapannya. Sesuai dengan keinginannya. Perasaan bahagia membuncah seketika dalam hati. Sebentar lagi, sebentar lagi apa yang ia inginkan akan segera terwujud.

"Semuanya sudah siap. Tinggal kau membawa Illy datang kemari dan lakukan apa yang mau kau lakukan," ucap Ziqry yang berdiri di samping Ali.

Ali menepuk pundak temannya itu dengan keras, tidak menghiraukan Ziqry yang meringis kesakitan. Pasalnya, ia terlalu bahagia saat ini. "Terima kasih karena sudah mau membantuku mempersiapkan semua ini." Sedikit ditambah remasan pada bahu pria di sampingnya, bukan menyakiti akan tetapi sebagai penyalur rasa bahagianya saat ini.

"Sialan, kau!" Ziqry menepis tangan Ali. Tidak ada kemarahan, hanya ada tawa dari bibir pria bermata tajam itu.

"Kau memang harus banyak-banyak berterima kasih," ucap Ziqry dengan menepuk dadanya. Seperti Bangga atas apa yang telah dilakukannya.

"Cih, membantuku dalam merebut istri orang saja bangga." Ali mengulum senyum kala melihat Ziqry melotot.

"Kalau kau tidak mengancam kehidupanku juga, aku tidak akan mau membantumu. Untung saja kita teman." Ali semakin mengeraskan tawanya ketika Ziqry memukul lengannya. Senang sekali rasanya menggoda sahabatnya ini.

"Tahu begini aku tidak akan membantumu," gerutu Ziqry yang masih bisa didengar oleh Ali.
Suara langkah menghentikan tawa.

Tiba-tiba saja dia menarik Ziqry ke dalam pelukannya. "Terima kasih, Ziq. Terima kasih karena sudah mau membantuku selama ini. Kau memang teman terbaik yang kupunya. Cuma kau yang tahu betapa berartinya Illy bagiku." Ia merasakan benar Ziqry yang kini hanya diam mematung. Memang ia akui. Untuk pertama kalinya, seorang Ali. Seorang Razali Ali Yarendra melakukan hal ini.

Tidak lama ia merasakan sebuah balasan pelukan yang ia tahu milik Ziqry, disertai sebuah tepukan pelan pada punggungnya. "Sudah, sana siap-siap. Sebentar lagi Illy pulang dari tokonya." Rupanya Ziqry ingin membunuh suasana mellow antara mereka.

Hal itu cukup berhasil membuat Ali melepaskan pelukan mereka. Asal kalian tahu, mata hitam pekat itu kini sudah berkaca-kaca, dipenuhi air asin karena terharu.

"Ya sudah. Aku harus pergi dulu. Sekali lagi, thanks."

***

Ziqry yang masih tertegun hanya mampu mengangguk dan melihat kepergian Ali dengan diam. Sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman.

Setelah Ali hilang dari pandangan, Ziqry memasukkan kedua tangan pada saku celana. Ia menunduk dan melebarkan senyumnya. "Apa benar karena cinta bisa membuat orang berubah? Apa aku harus mencoba untuk jatuh cinta dengan sebenarnya agar aku bisa tahu sendiri?" senyum Ziqry kembali terulas tipis.

Menghela napas dalam, Ziqry menggelengkan kepala. Ia pun memilih untuk meninggalkan ruangan ini mencari tempat lain untuk menunggu. Namun, sebuah insiden tidak terduga terjadi saat ia membalikkan tubuh. Secara tidak sengaja, ia menabrak seorang pelayan wanita yang tengah membawa gelas.
Gerakan Ziqry ya refleks mampu membuatnya menahan pinggang pelayan wanita itu. Meski gelas yang dibawa sebelumnya telah tidak berbentuk kembali.

Masih di posisi pelayan wanita itu dalam pelukannya Ziqry tidak mengalihkan tatapan sama sekali dari wajah pelayan itu yang memang ia akui berparas cantik.

Menjadikanmu Milikku (APL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang