Happy reading ✨
[][][][][]"ANDIN!"
"KAK ANDIN!"
•••
Rendy menatap jam tangannya, sudah menunjukkan pukul 19.44. hari ini dirinya tidak mendapatkan lembur dan akan pulang cepat.
Namun, itu tidak berlangsung lama sebelum akhirnya ponselnya berdering keras. Dirinya merongoh ponsel dalam jas nya, matanya memicing saat melihat nama yang tertera di ponselnya tersebut.
"Hal-"
"Rendy, jemput kiana di pasar malam dekat rumah saya. Saya mau mengantar Andin ke rumah sakit."
"Ba-baik pa. Di tung-"
Telepon di matikan sepihak oleh aldebaran, Rendy langsung bergegas menghampiri mobilnya nya yang terparkir lalu melajukannya dengan kecepatan tinggi.
Beralih pada Aldebaran, kini Aldebaran tengah menatap bayangan dirinya yang di pantulkan oleh dinding rumah sakit.
Hampir 15 menit dokter belum keluar dari dalam ruangan yang membuat perasaan Aldebaran semakin gelisah.
Pintu di buka menampakkan dokter dengan pakaian lengkapnya. Aldebaran langsung menghampiri dokter tersebut untuk menanyakan keadaan Andin.
"Bagaimana dok istri saya? Dia tidak apa apa kan?" Ucap Aldebaran bertubi-tubi membuat dokter sedikit bingun harus menjawab pertanyaan yang mana terlebih dahulu.
"Mohon maaf, bapak siapa nya pasien?"
"Saya suaminya, bagaimana kondisi istri saya!" Sarkas Aldebaran masih bersikeras untuk mengetahui kondisi andin.
Dokternya tersebut mengangguk, "pasien baik baik saja, mungkin itu efek karena terlalu banyak beraktivitas yang berlebih."
Aldebaran berucap syukur saat mengetahui hal tersebut, ia takut terjadi apa apa tadi sehingga memutuskan untuk membawa Andin ke rumah sakit.
"Baik saya pamit terlebih dahulu."
Aldebaran mengangguk, "terimakasih."
•••
Berpindah pada Andin, kini Andin tengah menatap langit langit atap rumah sakit dengan tatapan sendu nya. Rasanya sangat lemas walaupun hany sekedar untuk menoleh.
"Ndin."
Andin menoleh perlahan, menatap Aldebaran. Ia mengernyit saat tidak melihat keberadaan kiana.
"Loh mas, kiana nya mana?"
Aldebaran mendudukkan dirinya di samping brankar yang Andin tiduri. "Tadi di jemput sama Rendy."
Andin terdiam, ia lega saat mengetahui bahwa kiana sudah bersama Rendy.
"Udah jangan banyak pikiran ya, saya gamau kamu pingsan pingsan lagi."
Andin mengangguk lemas.
"Mas."
"Hmm."
"Pulang yuk, aku gabetah di sini."
Aldebaran menggeleng keras, "gak gak gak, kamu masih lemas. Saya gamau ada sesuatu yang terjadi kalau kita pulang." Ucap Aldebaran sedikit meninggikan suaranya.
"Tapi mas, di sini aku gabisa tidur. Bau obat obatan,"
Namun, lelaki itu terus menggelengkan kepalanya. "Saya bilang enggak ya enggak ndin, paham gak sih!" Tanpa sadar, Aldebaran membentak Andin dengan ucapannya. Andin menunduk lalu mengangguk lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND IS MY DREAM (END)
Любовные романы⚠️ PLAGIAT MENJAUH⚠️ ❗Karya sendiri ❗ ⚠️No copas⚠️ ⚠️ Hargai penulis ⚠️ Sebelumnya perkenalkan saya Keisha Nurul azni biasa di panggil Caca atau Keisha. Ini cerita haluan saya dan saya buat ini dengan hasil pemikiran sendiri. Cerita ini juga pernah...