chapter 43

1.9K 212 13
                                    

Happy reading ✨
[][][][][]

Acara berjalan lancar tanpa ada hambatan, kini Aldebaran dan Andin berniat akan langsung pulang saja. Bukan Andin yang meminta, namun Aldebaran yang meminta untuk pulang karena takut Andin kelelahan.

Berlebihan? Memang. Tapi semua dia lakukan demi Andin dan calon buah hatinya.

Aldebaran, Andin, kiana dan mama Rosa kini sudah duduk di dalam mobil. Namun, sebelum pulang seperti biasa mereka akan makan siang terlebih dahulu baru kemudian pulang kerumah.

Sesampainya mereka di resto, mereka langsung memesan makanan yang mereka mau.

"Mba, saya pengen udang goreng sama nasi satu. Minumannya teh manis aja." Ucap Andin kepada pelayan tersebut.

"Saya spaghetti bolognese sama minumannya Macchiato."

"Aku ayam goreng sama jus mangga."

"Saya steak daging sama minumannya fruit tea."

Pelayan tersebut mengangguk, "baik di tunggu pesanannya tiba. Saya permisi."

Mereka mengangguk.

Aldebaran menatap Andin yang sibuk sendiri dengan ponselnya. Beberapa menit kemudian akhirnya pesanan yang mereka pesan sudah berada di atas meja.

"Ada yang mau di tambah bapak ibu?" Sahut pelayan tersebut.

"Udah mba gaada lagi, terimakasih ya."

"Sama sama ibu, kalau begitu saya pamit. Jangan sungkan untuk memanggil kita ya Bu, kami siap melayani kalian."

Pelayan tersebut lalu berjalan meninggalkan meja Alfahri. Aldebaran mulai memakan makanannya, namun pandangannya tak lepas dari Andin yang sedari tadi masih sibuk dengan ponselnya.

"Ndin, makan dulu baru main hp."

Andin tak mengindahkan peringatan Aldebaran, Aldebaran menggeram kesal lalu mengambil ponsel Andin sedikit kasar.

"Ih mas, aku lagi kirim pesan sama papa kok malah kamu ambil sih hp nya." Kesal Andin.

"Makan atau saya yang suapin?"

Andin menggerutu dalam hatinya, mengutuk Aldebaran yang membuat dirinya kesal dengan tingkah laku Aldebaran.

Mama Rosa hanya dapat mengukir senyum melihat tingkah anak dan juga menantunya. Berbeda dengan kiana yang sudah melahap makanan tersebut tanpa henti.

"Al, kalian pulang duluan saja nanti. Mama ada janji dengan teman mama di sini, gapapa kan Al?"

Aldebaran mengangguk, "gapapa mah, nanti kalau mau pulang telepon Rendy aja ya mah biar Rendy jemput."

"Oke."

•••

Kamar Aldebaran

Andin berjalan menuju balkon kamarnya, menghirup udara sore hari yang terasa sangat sejuk.

Sebuah tangan kekar seketika melingkar di perut Andin yang masih terlihat rata, mengelusnya perlahan membuat Andin terkekeh pelan.

"Makasih ndin."

"Buat?"

"Makasih karena sudah menghadirkan penerus keluarga kecil kita."

Andin tersenyum, "kamu gausah berterima kasih sama aku mas, tapi berterima kasihlah sama tuhan yang udah ngasih kita kepercayaan untuk menjaga anak kita." Aldebaran tersenyum menanggapi perkataan Andin.

"Iya ndin."

•••

5 bulan kemudian.

Andin membuka matanya, pandangan yang pertama dirinya lihat adalah wajah tampan milik Aldebaran yang tengah memeluknya erat.

MY HUSBAND IS MY DREAM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang