chapter 29

2.4K 212 20
                                    

Happy reading ✨🥀
[][][][][]

Tak terasa Haris udah semakin siang. Jam menunjukkan pukul 15.08 yang artinya sudah tiga jam mereka berada di taman.

Andin dan kiana sedari tadi tak henti hentinya tertawa karena gurauan yang Aldebaran ciptakan. Mulai dari bercerita,bernyanyi, hingga tebak tebakan pun mereka lakukan.

Dan kini, mereka memutuskan untuk pulang saja karena sudah terlalu lama di sini. Pengunjung yang tadinya ramai pun menjadi sedikit.

Di dalam mobil, Andin sibuk mendampingi kiana yang tertidur di pelukannya. Saking tidak ingin Andin pergi, kiana semakin mengeratkan pelukannya pada leher Andin.

Andin hanya bisa pasrah, Entahlah apa yang akan terjadi setelah ini. Suasana canggung terjadi antara Andin dan Aldebaran, andin juga sedari tadi belum membuka ucapannya sejak kiana tertidur.

Setelah 15 menit kemudian, akhirnya Andin dan Aldebaran sampai di pekarangan rumah Aldebaran. Ia lalu turun dari mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk Andin.

"Makasih" ucap Andin singkat, lalu ia berlalu jalan menuju dalam untuk menidurkan kiana.

Aldebaran tersenyum tipis, walaupun perkataannya singkat namun mampu membangunkan senyumannya.

"Sama sama"

*****
Andin sampai di kamar kiana. Kamar dimana kiana tinggal dan tidur, sebenarnya kamar ini adalah kamar tamu. Namun, karena waktu itu Andin dan Aldebaran bingung untuk tempat tidur kiana dan akhirnya kamar tamu itu di rancang dan menjadi kamar penuh hiasan serta bercat pink dan putih.

Menurunkan kiana pelan, dan penuh telaten. Menarik selimut kiana dan menyelimuti kiana, Andin tersenyum ia lalu mengecup kening kiana lembut.

"Maafin kakak ya, Kaka belum bisa pulang ke sini. Tapi, kakak akan selalu ada saat kiana perlu" ujarnya pelan. Andin mengusap air mata yang tadi hampir terjatuh.

Ia lalu pergi perlahan meninggalkan kamar kiana dan berlalu pergi. Saat sedang berjalan ia malah bertemu dengan mama mertuanya. Mama Rosa.

"Loh Andin? Sejak kapan kamu kesini? Sama siapa?" Ujar mama Rosa penuh pertanyaan. Andin tersenyum canggung, "tadi di taman aku ketemu kiana sama mas Al. Trus kiana liat aku dan ngajakin main, udah lama kita di taman trus pada waktu itu juga kiana malah ketiduran di pelukan aku dan kita pun memutuskan untuk pulang dan nidurin kiana" jelas Andin. Mama Rosa mengangguk paham, ia lalu tersenyum.

"Sekarang kamu mau kemana?"

"Aku mau pulang mah, gaenak aku ninggalin papah udah lama takutnya papa khawatir" jawab Andin. Mama Rosa mengernyit, "tapi kan kamu ada hp, kamu bisa hubungi pak Surya dan diem di sini sebentar dulu"

Andin terdiam. "Ouh itu, hp aku mati mah kehabisan baterai, jadi aku gak bisa hubungi papa maupun mama Sarah" bohong. Ia hanya ingin cepat cepat pulang agar tidak bertemu Aldebaran.

Mama Rosa mengangguk percaya. Lalu Andin pun izin untuk pergi pulang dengan hati yang tidak enak kepada mama Rosa. Namun, ya sudahlah ia juga penat butuh istirahat.

Di gerbang, ia di pertemukan lagi dengan Aldebaran yang mencekal lengannya. Andin memberontak namun, tenaganya tak sebesar Aldebaran.

"Mau kemana? Ini udah sore, udah mendung juga" sarkas Aldebaran. Andin tak menghiraukan perkataan Aldebaran ia masih memberontak mencoba melepaskan celana Aldebaran.

"Lepasin, saya mau pulang" kata Andin. Bahkan kata katanya menjadi formal, seperti asisten dan bos nya.

"Saya antar"

MY HUSBAND IS MY DREAM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang