Happy reading ✨🥀
[][][][][]"Anak saya kenapa lagi dok?" Ucap pak Surya.
Kini semuanya sudah berkumpul di luar ruangan. Semuanya syok karena Andin tiba tiba pingsan kembali, bahkan membuat semuanya takut.
"Mohon pak. Anak bapak baru saja sadar tapi anak bapak sudah di tontonkan lagi dengan adegan kekerasan yang membuatnya kembali syok berat seperti tadi, saya pernah bilang kan." Jelas dokter tersebut. Pak Surya mengangguk, ini semua salahnya karena tidak dapat mengendalikan emosi nya.
"Kini Bu Andin sudah saya beri obat penenang agar jika beliau sadar dia tidak ketakutan lagi atau syok"
Semuanya mengangguk paham. Dokter tersebut pun pergi meninggalkan ruangan Andin, sisa Aldebaran, pak Surya, mama Rosa, dan mama Sarah.
"Pah. Udah mama bilang jaga emosi kamu, di sini siapa yang rugi? Bukan kita pah tapi Andin" kata Mama Sarah.
Pak Surya mengangguk. Ia menatap Aldebaran yang hanya diam di tempat, ia lalu menghampiri aldebaran.
"Keputusan ada di tangan Andin. Jika Andin memilih untuk pergi dari kehidupan kamu, kamu harus ikhlas dengan lapang dada"
Dada Aldebaran bergemuruh tangan nya mengepal kuat sehingga urat urat nya terlihat.
"Dan jika Andin memilih kamu, saya harap kamu bisa menjaga Andin dan merawat Andin dengan baik. Ingat kata kata saya!" Tanpa sadar Aldebaran mengangguk.
*****
3 hari kemudian...
Andin sudah pulih. Bahkan hari ini dirinya sudah bisa pulang ke rumah pak Surya.
Andin memutuskan untuk tinggal sementara waktu di rumah pak Surya, ya walaupun Aldebaran menolak keras namun akhirnya lelaki itu luluh dan menerima nya.
Kini Andin tengah berjalan di koridor rumah sakit. Ia memakai kursi roda karena pinggang nya yang masih sedikit perih, di samping nya ada mama Sarah dan juga pak Surya.
Aldebaran? Pria itu belum menunjukkan batang hidungnya hari ini, entah lelaki itu kemana Andin tidak peduli.
[Skip sampai rumah. (Biar gak berbelit Belit dan berujung pembaca bosan).]
Andin membaringkan tubuhnya di atas kasur, sudah lama ia tak berkunjung ke sini lagi. Ia sangat merindukan kamar ini.
Matanya memicing saat menemukan foto prewedding nya dengan Aldebaran, ia memang sempat menyimpan foto nya di sini ya dulu ia pikir sebagai kenangan saja.
Ia mengambil foto tersebut. Ia melihat dengan jelas lewat foto ini dimana waktu Aldebaran bersikap manis dan romantis.
Flashback on.
"1,2,3"
Cekrek...
"Oke"
Aldebaran dan Andin mengangguk, mereka lalu melepaskan rangkulan nya masing masing. Aldebaran menatap Andin lekat.
"Kamu pasti cape, nih minum dulu" ucap Aldebaran sembari mengulurkan tangannya yang menggenggam botol minum.
Ia memang sengaja membawanya, jaga jaga jika haus. Andin mengambil nya dengan pelan, memang sedikit ragu namun tetap ia minum.
"Kita istirahat di sana dulu saja" ucap Aldebaran sembari menunjuk ke arah kursi taman. Andin mengangguk lalu bersama menghampiri kursi tersebut.
Di sana mereka duduk dengan Canggung. Mata Andin tak henti hentinya menatap wajah Aldebaran yang jika di lihat dari dekat sangat lah tampan.
"Saya tahu saya memang tampan" seperti cenayang, Aldebaran menjawab nya dengan santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND IS MY DREAM (END)
Romansa⚠️ PLAGIAT MENJAUH⚠️ ❗Karya sendiri ❗ ⚠️No copas⚠️ ⚠️ Hargai penulis ⚠️ Sebelumnya perkenalkan saya Keisha Nurul azni biasa di panggil Caca atau Keisha. Ini cerita haluan saya dan saya buat ini dengan hasil pemikiran sendiri. Cerita ini juga pernah...