"Sorry ma'm, setidaknya berikan aku waktu untuk mempersiapkan penampilanku." ucapku kepada Margaretha
"Tentu, kita akan pergi ke sebuah salon kecantikan sebelum kau melakukan audisi. Kau akan membawa nama kampus, aku akan mempersiapkan yang terbaik untukmu." ucap Margaretha
Aku menghela nafas, permintaan itu hanya akal-akalan ku saja untuk membatalkan audisi ini. Namun jika audisi ini benar-benar harus aku jalani, setidaknya penampilanku tidak buruk untuk dilihat para juri dan untuk direkam dalam sebuah cuplikan. Aku sangat yakin bahwa aku akan direkam dan rekaman itu akan tersebar luas dipenjuru kampus, seperti alumni-alumni sebelumnya.
Kayla mengirim pesan padaku.
Dan ini aku.
~🫕~Margareth menyemangatiku terus menerus karena setelah ini aku akan masuk ke dalam ruang audisi, perasaanku saat ini tidak karuan. Aku akan membuat dessert yang aku hidangkan saat memenuhi tugas terakhir, dessert itu dipuji habis-habisan oleh para dosen dan aku cukup yakin bahwa itu juga bisa meloloskanku ditahap audisi ini.
Kayla temanku lolos, dia menyajikkan daging sapi tenderloin dengan beberapa sentuhan paprika bersama dengan saus spesial racikannya. Ketiga juri menyukainya, hidangan Kayla bersih tidak bersisa. Kayla tidak hanya bercerita tentang bagaimana bersemangatnya dia saat audisi tadi, namun ia juga bercerita tentang bagaimana tampannya Jonathan Nelson ketika berhadapan langsung dengannya.
Namaku dipanggil beberapa detik lalu, detak jantungku bertambah cepat seiring dengan langkahku. Aku langsung menyapa juri ketika aku masuk ke dalam ruangan, benar kata Kayla, Jonathan sangat tampan.
"Aku bertanya namamu, nona?" ucap Reynald, juri lelaki yang berada disebelah chef Nata.
"Maaf, aku terganggu dengan ketampanan-" ucapanku terpotong oleh kesadaranku sendiri.
"Sepertinya kehadiranmu mengganggu konsentrasi para peserta, Jo." ucap Reynald
Jonathan tersenyum kecil, ekspresi itu membuat aku kembali tertegun dengan wajahnya.
Chef Nata kemudian terkekeh, "Lihatlah Jo, dia kembali terpesona karenamu."
"Perkenalkan diri." ucap Jonathan, bagiku itu terdengar seperti ajakkan untuk memperkenalkan diri lebih dekat lagi.
"Aku Mona Lisa, umurku 22 tahun baru selesai pendidikan dijurusan Baking dan Bakery di The Unversity of culinary America." ucapku percaya diri.
"Oh?!" ucap Chef Reynald seraya menganggukan kepalanya, ia tahu bahwa Universitasku beberapa kali menjuarai lomba ini.
"Baik waktumu 5 menit, dimulai dari sekarang." kali ini Chef Nata yang berbicara
"Lisa, kamu akan masak apa hari ini?" lanjutnya.
"Choclate Mousse with peanut." ucapku
"In jar?"
"Bukan chef, aku platting."
"Okay, waktu kamu tinggal 1 menit." ucap Chef Nata
Hanya tinggal platting, aku memilih piring berwarna putih agar kontras dengan warna dessertku. Kemudian hitung mundur dari 10 detik dimulai, kini aku tengah merapihkannya. Waktu habis dan aku mengangkat tangan, aku tersenyum lega.
Chef Nata beranjak dari kursinya kemudian ia menghampiri hidanganku, "Kamu puas dengan hasilnya?" tanyanya
Aku mengangguk, "Puas Chef."
"Dessert tercantik selama audisi hari ini, bukan begitu chef?" tanya Chef Nata kepada kedua Chef dibelakangnya.
Chef Nata kemudian mencicipinya, ia terlihat serius sebelum kembali duduk di kursinya. Kini giliran Chef Jonathan, jantungku berdegup kencang kala ia melangkahkan kakinya.
"Cantik." ucap Chef Jonathan, aku sedikit membelakan mataku sebelum kembali bersikap santai seperti tidak ada apa-apa.
Ia mengambil sendok kecilnya kemudian membelah hidanganku, aku memperhatikan setiap gerakan tangannya dan terkesima saat sendok itu masuk kedalam bibirnya. Aku menelan ludah, pemandangan yang membuat darahku mengalir deras.
"Dessertnya, cantik." ucapnya, aku disadarkan bahwa ia hanya memuji dessert buatanku bukan diriku.
Kini Chef Reynald yang mendatangi hidanganku, ia kemudian melihat kearahku seraya terkekeh-kekeh. Sepertinya ia memang seperti apa yang aku lihat di televisi, ceria. Setelah berhasil mencicipi hidanganku, mereka berunding untuk menentukkan hasil audisiku.
Akan sangat memalukan jika aku tidak lolos, aku membawa nama kampus. Namun kemampuanku memang diakui mereka, aku lolos dan aku bisa mendapatkan toque blanches atau topi yang identik dengan topi koki. Topi itu melambangkan lolosnya peserta dalam audisi memasak Find A Chef, aku menghampiri mereka dan mengucapkan terimakasih.
"Aku ingin Chef Jonathan memakaikan toque itu kepadaku, boleh?" tanyaku
Chef Jonathan kemudian mengangkat bahunya acuh, "Sure." ucapnya
Aku mendekat padanya, kemudian aku menundukkan tubuhku dan ia memakaikan toque blanches dikepalaku. Wangi, karena tubuhnya sangat dekat denganku.
"Cantik." ucapnya sekali lagi, pipiku memerah dan aku tidak dapat menyembunyikan rasa senang ini. Kali ini dia tidak memuji dessertku, tapi aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite Chef
Fanfictioncreate in [6 mei 2022] #1 agency [30 mei 2022] #1 disappointed [22 aug 2022] #1 model [17 sept 2022] #1 audition [1 july 2022] #1 Jonathan [27 januari 2023] #1 televisi [26 februari 2023] DISCLAIMER Karena cerita ini terinspirasi dari mci 5 dan den...