63

552 31 0
                                    

"Beri saya waktu untuk memenuhi keinginanmu Sa, secepatnya saya akan buktikan." ucap Chef Jonathan

Itulah yang dikatakan Chef Jonathan tiga hari lalu, kini ia menjemputku entah untuk pergi kemana namun sepertinya ia ingin membicarakan perihal permintaanku. Mobil ini melaju dengan cepat menuju ke arah pusat kota New York, hari mulai sore dan kami masih belum sampai di tempat tujuan yang entah dimana.

Beberapa menit kemudian mobil berbelok masuk ke sebuah kawasan gedung tinggi di New York, kemudian Chef Jonathan turun dari mobil dan membukakkan pintu untukku. Aku kemudian menggandeng tangannya, setelah kunci mobil miliknya diberikan kepada seseorang kami langsung melangkah masuk. Suasana sangat tenang dan sepi, aku tidak pernah masuk kesini sehingga aku baru tahu bahwa gedung tinggi di NYC ini ternyata tidak banyak orang yang datang.

"Aku takut ketinggian." ucapku bergitu kami masuk ke dalam lift dan aku melihat nomor yang tertera pada lift berjumlah 102 lantai

"Damn." ucap Chef Jonathan pelan seperti menyesali sesuatu, apakah ada yang salah dengan perkataanku?

Aku kemudian beralih menatapnya dan memberikan mimik wajah bingung, "Are you ok?" tanyaku

"Wait." ucap Chef Jonathan lalu meraih ponsel di jasnya, ia mencoba menghubungi seseorang namun sinyal di dalam lift memang sulit dijangkau. Chef Jonathan terlihat cemas namun tetap menggandeng pinggangku dengan gentle, namun kembali Chef Jonathan mengatakan kata sumpah serapahnya.

"Kenapa?" tanyaku

"Can we just go to this place?" ucap Chef Jonathan memencet tombol dengan nomor acak, kami belum sampai di lantai 102 dimana Chef Jonathan mengajakku untuk kesana

Aku hanya bisa mengangguk dan menuruti apa yang dikatakannya karena jujur saja aku tidak mengerti alasan kenapa Chef Jonathan mengajakku kesini, pintu lift terbuka dan Chef Jonathan meminta izin padaku untuk menelpon seseorang lalu aku hanya bisa mengangguk mengizinkannya.

Beberapa menit kemudian ia kembali menghampiriku dengan senyumannya, aku membalas senyuman Chef Jonathan dan kami kembali memasuki lift. Siapa yang dia telpon sampai harus keluar dari lift terlebih dahulu?

Aku menyimpan pertanyaan itu karena lift ini mulai berjalan naik terus dan aku mulai gelisah perihal itu, saat lift terbuka di lantai 102. Aku bisa melihat bagaimana keindahan langit sore hari diatas sini, sungguh indah dan tidak bisa aku dapatkan jika aku tidak berada di tempat yang tinggi ini. Awan yang putih bercampur dengan sinar matahari yang hampir tenggelam, aku tidak melihat adanya burung yang berlalu lalang namun aku melihat dengan jelas pergerakan awan yang ada dihadapanku sekarang. Gedung-gedung sudah menyalakan lampunya seiring dengan mulai gelapnya hari, pemandangan seindah ini membuatku menginginkan kehidupan disini.

Chef Jonathan merangkul pinggangku membawaku melangkah memasuki sebuah ruangan besar dengan pemandangan yang sangat indah.

Chef Jonathan merangkul pinggangku membawaku melangkah memasuki sebuah ruangan besar dengan pemandangan yang sangat indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Disana, Duepo mendirikan markasnya dulu." ucap Chef Jonathan membuatku terkejut, apakah ia benar-benar menceritakan Duepo kepadaku? Aku tahu bagaimana mereka dengan sangat hati-hati dan bersikeras menjaga rahasia perihal organisasi Duepo.

Aku membalikkan tubuhku dan menatap Chef Jonathan, "Saya lahir dari keluarga yang merupakan anggota Duepo, tidak dapat dipungkiri bahwa saya mendapat banyak hal sebagai anak dari anggota mereka. Mungkin kamu bertanya-tanya bagaimana bisa keluarga Nelson tidak pernah terpublikasi, atau bagaimana saya yang bisa dengan mudah pergi kemana dengan keamanan yang dengan mudah juga saya dapatkan, mungkin kamu juga bertanya-tanya kenapa keluarga Nelson dengan mudahnya menyingkirkan orang-orang." lanjut Chef Jonathan

Chef Jonathan menggenggam tanganku, "Ketua Duepo merupakan orang yang kami hormati Sa, saya memberanikan diri untuk pergi menemui mereka dengan serangkaian keamanan yang sulit dilakukan hingga akhirnya saya berada disini dan membawa jawaban atas pertanyaan yang ada di kepalamu. Duepo tidak ada kaitannya dengan penyerangan yang terjadi pada kita, mereka justru menjaga keluarga saya dan orang-orang disekitar kami. Sa, saya tau kekhawatiran dan kepercayaanmu sedang tidak stabil sekarang... Saya hanya ingin kamu tau bahwa apapun yang terjadi selanjutnya, mari kita jalani bersama-sama namun jika kamu memang tidak menerima keberadaan saya dengan latar belakang yang sudah saya katakan tadi dengan senang hati saya akan melepasmu." ucap Chef Jonathan lirih, aku tidak pernah melihatnya sesedih ini.

"Melepasku?" tanyaku, sudah terlambat bagiku untuk pergi dari kehidupannya.

"Saya ingin menua bersamamu dan keinginan itu membuat saya bersikeras akan menjagamu, selalu." ucap Chef Jonathan, aku mengangguk dan tersenyum padanya.

Aku tersenyum, "Menualah bersamaku." ucapku

Chef Jonathan mengecup bibirku, "Itu kalimat saya Sa, apa kamu ingin menua bersama saya?" tanya Chef Jonathan

Aku terkekeh seraya menatapnya, apakah dia sedang melamarku? "Aku seperti sedang dilamar." ucapku sambil terkekeh

Chef Jonathan memegang kedua bahuku dan mengarahkannya kembali ke pemandangan yang indah ini, wait a damn fucking minutes! Sebuah tulisan di langit Newyork dengan namaku disana, "Chef Jonathan." panggilku begitu tulisan itu bertambah dengan gerakan pesawat yang kemudian muncul sebuah tulisan.

"Stop calling me Chef Jonathan, if you accept my engangement proposal you should call me fiancé. Will you marry me Mona Lisa?" perlahan Chef Jonathan menurunkan tubuhnya dan bersiap dengan posisi melamarku, aku terlalu shock untuk apa yang terjadi saat ini

Air mataku tidak bisa ditahan begitu aku melihat Chef Jonathan membukakan kotak berisikan cincin yang sangat indah, "I will." ucapku kemudian Chef Jonathan memasangkan cincin itu di tanganku, aku dipeluk olehnya dengan sangat erat. Kami kemudian mencium satu sama lain sebelum kembali berpelukan, suara letupan terdengar samar-samar seiring dengan kembang api yang besar di langit kota New York dengan wajahku yang terpampang disana.

"Tidak ada foto Chef Jonathan disana?" tanyaku

Chef Jonathan menggelengkan kepalanya, "Bukankah hubungan kita harus dirahasiakan?" tanya Chef Jonathan, aku memang beberapa kali ditawari olehnya untuk segera mempublikasikan hubungan kami namun nyatanya aku belum siap dengan itu. Aku sudah biasa menolak tawarannya, namun kali ini ketika ia mengatakan hal itu aku merasa bersedih.

"Mari kita bergegas, kita harus merayakan hari ini." ucap Chef Jonathan, kami kemudian masuk ke dalam lift. Aku tidak henti bersentuhan dengannya, ini merupakan hari yang sangat membahagiakan untukku dan untuk Chef Jonathan.

"Kita akan pergi kemana?" tanyaku

"Tidak jauh dari sini, sekitar lima menit jika berjalan kaki." ucap Chef Jonathan

Aku mengangguk, ia merangkul pinggangku dan saat lift terbuka kami melangkah keluar gedung. Dengan cepat mobil Chef Jonathan sudah siap pergi, namun aku diam di tempatku sehingga membuat Chef Jonathan yang tadinya akan segera membawaku masuk ke mobil ikut berhenti juga.

"Aku ingin jalan kaki." ucapku

"No babe, it's too dangerous and you know you're famous. Everyone talking about you right now, cmon love." ucap Chef Jonathan mengajakku untuk segera pergi masuk ke dalam mobil sebelum ada yang melihat kami.

Aku menggelengkan kepalaku, "That's the reason why i want to walk, you are my fiance and everyone should know about us." ucapku membuat Chef Jonathan bergeming, ia terdiam sebentar sebelum mendekat dan aku teriak begitu ia menggendongku berjalan ke arah lain

My Favorite ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang