37

1K 77 7
                                    

Kini aku dengan Chef Jonathan tengah berada di dalam mobil menuju ke sebuah tempat dimana kita bisa mengobrol satu sama lain secara empat mata, katanya tidak jauh jadi aku menyetujui ajakkan Chef Jonathan. Pada kenyataanya tidak lebih dari 10 menit, aku dan Chef Jonathan sudah sampai di sebuah rumah dengan nuansa klasik yang entah milik siapa karena jika dibandingkan dengan rumah Mr.Rayn rumah ini terlalu kecil untuk dimiliki mereka.

Saat Chef Jonathan dengan mudahnya membuka pintu, aku terkejut. "Tidakkah seharusnya kita mengetuk pintu?" tanyaku kepada Chef Jonathan.

"Aku pemiliknya, untuk apa mengetuk pintu." ucap Chef Jonathan.

Aku mengerenyitkan dahiku, "Milikmu?" tanyaku memastikan.

Chef Jonathan mengangguk seraya berjalan kearah dapur dan membawakanku segelas air, "Aku membelinya saat kamu dibawa pulang kesini." ucap Chef Jonathan dengan mudahnya, aku yang mendengarnya hanya bisa bertanya-tanya tentang kekayaan yang Chef Jonathan milikki.

"Alasannya?" tanyaku, aku tidak ingin terlalu percaya diri untuk mengatakan bahwa alasan dia membeli rumah karena aku.

Chef Jonathan menatapku, "Kamu." ucapnya seperti tidak ada beban, membuatku terus menerus merasa senang dan terbawa perasaan.

"Aku?" tanyaku memastikan.

"Iya kamu Sa, saya ingin memastikan keadaan kamu dan saya ingin berada disekitar kamu tanpa mengganggu kamu yang tidak mau bertemu saya." ucapan Chef Jonathan sedikit mengetuk pintu hatiku, aku terbayang bagaimana menjadi Chef Jonathan yang tidak bersalah namun aku salahkan.

Suara ketukan pintu dan gagang pintu yang bergerak entah mengapa membuatku sangat-sangat terkejut, bayangan saat sutradara memaksa masuk terpintas begitu saja dan membuatku amat ketakutan sekarang tentang siapa yang akan menerobos masuk dan menyakitiku lagi.

Chef Jonathan terdengar beranjak dari tempatnya seperti akan menghampiri pintu dan aku menahan tangannya, aku takut bahwa seseorang yang jahat akan melukaiku lagi dan aku membutuhkan Chef Jonathan untuk menjagaku.

Aku menggelengkan kepalaku pertanda bahwa aku tidak mengizinkan Chef Jonathan pergi, "Tetaplah disini, aku takut seseorang menerobos lagi." ucapku tersedu-sedu, suara pintu yang diketuk diawal tadi sudah membuatku menangis.

"Sa kita ada di lingkungan yang aman, jadi tenanglah." ucap Chef Jonathan, bagaimana bisa dia tau bahwa lingkungan disini aman sedangkan dia baru tinggal disini kurang dari sebulan?

Namun aku tetap menahan Chef Jonathan untuk berada disisiku dan dengan itu Chef Jonathan tiba-tiba menyuruh seseorang itu masuk, aku tidak berani melihatnya dan aku hanya bisa bersembunyi dibalik tubuh Chef Jonathan.

"Sayangku Lisa, akhirnya aku bisa melihatmu lagi nak." suara tante Melinda memenuhi ruangan ini dan membuatku tidak ketakutan lagi, aku tidak bersembunyi lagi dibelakang tubuh Chef Jonathan melainkan bergerak memeluk tante Melinda yang menghampiriku.

"Mom setidaknya kabari aku, kami sedang ingin membicarakan hal yang penting." ucap Chef Jonathan kepada tante Melinda.

"Aku kesini hanya sebentar untuk melihat Lisa, mengertilah Jonathan Mommy tidak pernah meminta maaf secara langsung kepadanya." ucap tante Melinda seraya menatapku.

Aku mengangguk, "Aku sudah mendengarnya dari ibuku, pasti berat bagimu untuk melalui masa-masa itu." ucapku tak sadar bahwa air mataku mengalir saat mengingat cerita perihal tante Melinda.

Tante Melinda ikut meneteskan air mata, "Aku tau betapa sulitnya mengalami hal itu dan aku sangat terpukul kamu juga mengalami dampak dari masalalu ku, maafkan tante ya nak?" ucap tante Melinda sangat tulus.

"Tidak apa tante, itu hanyalah sebuah kecelakaan dan aku sudah menerimanya." ucapku menenangkannya.

Chef Jonathan bergerak menghampiriku, "Aku akan berbicara dengannya sebentar ya?" ucap Chef Jonathan meminta izin untuk berbicara berdua dengan tante Melinda, aku mengangguk dan mereka kemudian beranjak pergi.

Samar-samar aku dengar Chef Jonathan membahasku, aku bergerak sedikit demi sedikit mendekati keduanya. Aku ingin tahu apa yang tengah mereka bicarakan, "Bilang kepada Dad bahwa Lisa membutuhkan psikiater keluarga kita, sepertinya Lisa mengalami trauma." ucap Chef Jonathan kepada tante Melinda, aku kemudian kembali ke tempatku lagi.

Aku terdiam memikirkan apa yang dikatakan Chef Jonathan, apakah aku memang benar-benar mengalami trauma?

🥢

Seorang psikiater datang setelah kepergian tante Melinda beberapa jam yang lalu, aku sedikit berbincang dengan Chef Jonathan perihal apa yang aku alami waktu itu dan Chef Jonathan juga menceritakan kembali apa yang terjadi diantara Olivia dan dirinya waktu itu yang kemudian dipahami oleh psikiater.

"Kamu mengalami trauma atas kejadian ini, saya akan membantu menyembuhkan trauma kamu dengan menjalani terapi disetiap pertemuannya. Bukan hanya kamu yang yakin bahwa tubuhmu tidak dijamah, saya juga yakin bahwa kamu aman dan izinkan saya memberitahu kebenaran bahwa saya ditugaskan oleh keluarga Mr.Rayn untuk mencetak visum." ucap psikiater lalu memberikan sebuah kertas berisikan bukti visum tubuhku, perlahan aku mengeluarkan dan membacanya.

Aku terbukti tidak dijamah lebih jauh oleh sutradara itu, foto luka dan keterangan ada disana. Aku lega, setidaknya ini membantuku untuk menghilangkan pemikiranku perihal tubuhku yang telah dilecehkan.

"Terimakasih." ucap Chef Jonathan kepada psikiater, ia terlihat beranjak dan akan segera pergi. Aku juga mengucapkan terimakasih, kami akan bertemu lagi di pertemuan selanjutnya.

Selepas kepergian psikiater, Chef Jonathan melirik kearahku dan tersenyum. "Kamu baik-baik saja Sa, jangan khawatir lagi ya?" ucap Chef Jonathan lemah lembut seperti takut membuatku terluka.

Mataku mengembun begitu memikirkan bagaimana sakitnya aku memikirkan diriku sendiri, melihat aku dalam keadaan itu membuat Chef Jonathan bergerak menghampiriku dan ia seperti akan memelukku namun ia menahannya.

"Bolehkah saya memeluk-" ucapan Chef Jonathan terhenti olehku yang tiba-tiba memeluknya, aku membutuhkan ini.

Chef Jonathan hanya terdiam tidak mengucapkan sepatah katapun dan membiarkanku melepaskan kesedihanku, setelah aku berhenti menangis Chef Jonathan melepaskan pelukan dan beralih menatap mataku.

"Saya pastikan kamu selalu dalam keadaan baik-baik saja Sa." ucap Chef Jonathan kemudian mendekatkan wajahnya padaku, membuatku terkejut dan menutup mata. Aku sebenarnya tidak siap dengan sebuah ciuman, aku tidak menginginkannya. Namun tunggu..

Ia ternyata mencium dahiku cukup lama, menurut orang ciuman yang dilakukan di kening merupakan ciuman untuk menunjukkan kasih sayang dan aku merasa sangat nyaman untuk mendapatkan ciuman itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia ternyata mencium dahiku cukup lama, menurut orang ciuman yang dilakukan di kening merupakan ciuman untuk menunjukkan kasih sayang dan aku merasa sangat nyaman untuk mendapatkan ciuman itu. Chef Jonathan melepaskannya dan mengelus pipiku lalu berkata, "Saya menyayangimu, Lisa." ucap Chef Jonathan.



-🫕-

Yeay My favorite chef update dua kali! Kita menuju 10k, makanya jangan lupa vote and comment okayyyyy?!!!😍

with love
author A

My Favorite ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang