65

627 37 0
                                    

Kemarahan keluarga Nelson bisa aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kemarin, Mr.Rayn mengancam media atas berita kecelakaan  aku dan Chef Jonathan yang tidak boleh tersebar. Keluarga Nelson mengambil alih masalah kami karena serangan yang kami terima sudah bertubi-tubi banyaknya, ibuku tidak lagi marah perihal keselamatan anaknya karena ia tahu bahwa aku merupakan anak dari anggota Duepo yang jauh dari kata aman.

Luka yang diterima Chef Jonathan cukup parah dibanding lukaku, sehingga mungkin ibuku juga bisa sedikit lega saat melihatku baik-baik saja setelah kejadian kemarin. "Tinggalah beberapa hari bersama kami, keadaan sedang tidak kondusif." ucap Tante Melinda kepadaku dan kepada ibuku.

Ibuku mengangguk, "Aku akan sekamar dengannya untuk menghemat ruangan-" ucap ibuku terpotong oleh tante Melinda yang menepuk halus tangan ibuku.

"Besan, banyak kamar kosong di rumah ini dan kami benar-benar senang jika besan mau menempati tempat ini." ucap tante Melinda

Ibuku tersenyum, "Kamu tidak akan memanggilku dengan namaku?" tanya Ibuku

"Aku tau Monica adalah nama yang cantik, namun setelah anakku malamar anakmu sepertinya besan merupakan panggilan yang cocok untuk kita berdua." ucap Tante Melinda

"Baiklah besan." ucap ibuku, mereka kemudian tertawa kecil seraya pergi karena Tante Melinda tengah mengajak ibuku untuk mencari ruangan mana yang cocok untuk ditempati oleh kami selama beberapa hari kedepan.

Kini tinggalah aku sendirian, Chef Jonathan tengah istirahat di kamarnya dengan penanganan intensif untuk membuatnya kembali sehat karena ia harus bekerja tiga hari lagi untuk menutup acara Find A Chef. Kehadirannya tidak bisa diwakilkan karena penutupan acara ini memang sudah sepantasnya dihadiri oleh main Chef, tidak ada perpanjangan waktu lagi karena beberapa kali Chef Jonathan dan Mr.Rayn menunda kegiatan FAC karena kejadian yang terjadi pada kami. Mau tidak mau Chef Jonathan harus segera berada di FAC tiga hari lagi, program itu harus selesai sebelum menimbulkan kecurigaan atas penundaan penyelesaian program.

Aku sudah lama tidak membahas Kayla, kini ia menjadi peserta yang maju ke babak final. Aku snagat berharap bahwa dirinya bisa menang dan kembali membawa kemenangan itu turun temurun di kampusku, Kayla memang sahabatku yang hebat dan tidak berhenti menanyakan kabarku meski ia tengah sibuk berjuang memenangkan perlombaan. Kini malah aku yang sibuk menjalani keseharianku setelah keluar dari FAC, aku harap aku bisa bertemu dengan Kayla lagi karena aku sangat merindukannya.

Tepukan di bahu mengejutkanku, disana ada Chef Jonathan dengan infusan di tangannya dan dengan perban kecil di kepalanya. Aku tersenyum padanya, "Butuh sesuatu?" tanyaku

Chef Jonathan menggelengkan kepalanya, ia kemudian duduk di sampingku. "Sedang memikirkan apa?" tanya Chef Jonathan

"Kayla, aku merindukannya." ucapku

"Meskipun FAC sudah selesai, jangan bertemu dengannya dalam waktu dekat ini ya? Kamu harus berada disini selama beberapa hari." ucap Chef Jonathan, aku mengangguk mengerti.

"Sampai kapan?" tanyaku

"Sampai semua kembali aman, sabar ya sayang?" ucap Chef Jonathan, aku hanya bisa kembali menganggukkan kepalaku menuruti apa yang dikatakan olehnya

🥃

Aku mengendap-ngendap keluar dari kamar setelah terbangun dari mimpi burukku, hal yang aku inginkan sekarang adalah wine untuk setidaknya menenangkan pikiranku. Namun karena aku sedang berada di rumah orang lain, aku tidak bisa menemukan wine dan hanya menemukan minuman kaleng dengan kadar alkohol yang rendah. Aku mengambilnya kemudian menutup kulkas dan terkejut dengan kehadiran tante Melinda yang baru saja memasuki area dapur.

"Oh tante Melinda, aku minta maaf karena telah tidak sopan mengambil minuman ini di kulkasmu." ucapku

Tante Melinda tersenyum, "Don't worry Sa, kamu bisa ambil apapun yang ada di rumah ini jiga kamu mau ya?" ucap tante Melinda

Aku tersenyum padanya, "I had a bad dream so i think i need this." ucapku padanya

"Wanna talk about it?" tawar tante Melinda

Kami kemudian duduk di kursi dengan meja makan yang terasa dingin saat aku menyentuhnya, "Aku melihatnya tergeletak bersimbah darah dengan mata yang menatapku, itu sangat mengerikan." ucapku, tante Melinda mengerti bahwa orang yang ada didalam percakapanku adalah Chef Jonathan.

"Kalian akan baik-baik saja, suamiku sudah turun tangan perihal masalah ini. Tenangkan dirimu sayang, sebentar lagi kalian akan menikah dan aku tidak ingin melihat wajah cantik ini murung." ucap Tante Melinda seraya mengelus pipiku.

Aku memimnum kembali minuman kaleng ini, "Tante terbangun?" tanyaku

"Pelayan memberitahuku bahwa kamu keluar dari kamar, aku ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja Sa." ucap Tante Melinda membuatku terharu

"Aku mengganggu waktu tidurmu?" ucapku, aku merasa bersalah padanya.

"Tentu tidak nak, kami memang memberikan perhatian lebih dan menambah beberapa pelayan untukmu. Ini demi kebaikan kita semua, bagaimanapun anakku tidak hanya Nathan saja tetapi juga kamu sayang." ucap tante Melinda

Aku tersenyum padanya, "Apa aku boleh melihat Chef Jonathan?" tanyaku

Tante Melinda mengangguk, "Apa kamu akan memanggilnya dengan panggilan itu sampai menikah kelak?" tanya Tante Melinda

"Aku bisa memanggilnya Nathan, Jonathan dihadapan orang lain namun tidak dihadapanya. Rasanya tidak nyaman, mungkin aku harus terbiasa memanggilnya Nathan agar bisa lebih nyaman." ucapku

Tante Melinda mengelus rambutku, "Ia bukan juru masakmu nak, dia adalah suamimu kelak yang akan menemanimu sampai tua." ucap Tante Melinda lemah lembut

Aku mengangguk, "Aku akan berusaha lebih keras lagi tante." ucapku

"Dan jangan memanggilku tante, panggil aku mama karena kamu sudah menjadi keluarga Nelson dan kamu menjadi anakku." ucap Tante Melinda membuatku sangat senang.

"Baiklah ma." ucapku membuat Tante Melinda juga terlihat senang, ia bahkan memelukku seraya mengatakan bahwa ia senang sekali.

Aku kemudian melangkahkan kakiku bersama Tante Melinda untuk pergi dari dapur, ia mengantarku sampai ke depan kamar Chef Jonathan. Aku mencoba membuka pintu kamarnya namun ternyata dikunci, aku berbalik menghadap kearah Tante Melinda yang setia menemaniku.

"Sepertinya ia sedang tidak ingin diganggu." ucapku kepada Tante Melinda

Suara pintu terbuka dan Chef Jonathan langsung berkata, "Siapa yang tidak ingin diganggu?" tanya Chef Jonathan membuat tante Melinda dan aku terkekeh.

"Masuklah." ucap Tante Melinda kepadaku, aku melangkah masuk ke dalam kamar Chef Jonathan kemudian Chef Jonathan menutup pintu kamarnya.

"Belum tidur?" tanyaku

Chef Jonathan menggelengkan kepalanya seraya melangkah kearahku, ia memelukku dan mengecup kepalaku membuatku tersenyum merasakan kehangatan tubuhnya. "Senyenyak apapun saya tidur suara sekecil apapun terdengar dan membangunkanku, itulah alasan kenapa mereka menempatkan kamar ini diujung agar saya bisa tidur dengan nyenyak." ucap Chef Jonathan

"Aku membangunkanmu ya?" ucapku, detak jantung Chef Jonathan terdengar di telingaku karena aku memeluknya. Kemudian detak jantuk Chef Jonathan perlahan terdengar lebih kencang daripada sebelumnya, aku menatapnya dan memastikannya baik-baik saja.

"Saya ingin segera menikahimu Sa." ucap Chef Jonathan lantas membuatku semakin mengeratkan pelukan diantara kami.

My Favorite ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang