Pagi ini Elvio terbangun dengan kondisi giginya yang masih berdenyut sakit. Membuat anak itu lagi-lagi menangis dengan kerasnya sampai orang tua Elvio akhirnya menghampiri anak mereka karena khawatir.
Herry sedang memangku anak itu sambil menepuk punggungnya agar anak itu tenang. Sementara itu Lia mengusap pipi kanan Elvio dengan sangat lembut.
Mereka sudah bilang ingin membawa Elvio ke dokter gigi namun si manis langsung menolaknya sambil berteriak pula dan membuat denyutan di giginya semakin menjadi.
" Sayangnya Mama nurut ya? Kita ke dokter biar giginya di obatin, biar nggak sakit lagi ". Lia terus membujuk anaknya yang sedang dalam mode anak manja itu.
Lagi-lagi Elvio menggeleng membuat mereka berdua menghela nafas sabar. Sudah beberapa kali di bujuk namun anak tiu tetap keras kepala tidak mau pergi ke dokter.
Elvio itu sudah 17 tahun. Namun kenapa dia masih saja takut ke dokter gigi? Seperti anak kecil saja. (Dia masih kecil btw, anak gue itu. Berani sama Elvio langkahi bayangan gue dulu.)
" Hikss sakit gigi El hikss Papa~". Rengeknya sambil menangis.
" Sssttt nggak apa-apa, nanti sembuh kok. Tapi sebelum itu El harus ke dokter gigi dulu, oke? "
" N-nggak mau hikss atut😖"
" El nggak perlu takut. Dulu pernah ke dokter gigi kan? Nggak sakit kan? "
Elvio mengangguk, memang tidak sakit sih. Dokter itu cuma memeriksa giginya, tidak menyuntik atau apapun. Hanya saja giginya di tempeli kapas yang sudah di beri obat.
" Jadi, mau ya ke dokter? "
" Nggak mau "
"..."
Orangtua Elvio pikir anak itu sudah mau ke dokter, namun ternyata sama saja.
Papa sama Mama terus membujuk Elvio agar anak itu mau ke dokter gigi. Sudah di paksa Papa dengan menggendong anak itu keluar kamar namun Elvio memberontak dengan kuat sambil meraung-raung.
Memang susah jika sudah begini. Rewelnya minta ampun.
Kini orangtua Elvio diam sambil masih mengelus punggung serta kepala anak itu dengan lembut. Elvio sendiri masih sesegukan namun tidak ada suara tangisannya lagi.
" Permisi "
Mereka berdua menoleh ke arah pintu kamar Elvio yang terbuka lebar, disana Reyvan datang dengan pakaian serba hitamnya. Habibi~~
Mereka berdua tersenyum lega. Sekarang harapan satu-satunya itu Reyvan. Mungkin saja pemuda itu bisa membujuk Elvio agar mau ke dokter.
" Ah nak Reyvan. Mari masuk aja "
Reyvan langsung masuk, pemuda itu kembali berkunjung karena khawatir dengan pacar kecilnya yang sekarang sedang di pangku oleh Papa Herry.
Isakan Elvio semakin terdengar ketika Reyvan mendekati mereka.
" Nak Reyvan tolong bujuk anak tante supaya mau ke dokter gigi. Kalu ngga nanti giginya tambah parah ". Pinta Mama Lia dengan raut wajah memelas.
Reyvan mengangguk, ia ikut duduk di kasur sebelah Papa Herry. Mama Lia mengode suaminya agar mereka diberikan waktu berdua saja.
" El turun dulu ya, Papa kebelet nih "
Elvio hanya mengangguk, lalu Papa menurunkan Elvio di tempat tidur. Anak manis itu langsung menyembunyikan tubuhnya di dalam selimut. Setelah ortu nya Elvio keluar kamar, barulah Reyvan semakin mendekat ke Elvio.
Ngomong-ngomong dia malu dengan Reyvan. Malu karena wajahnya yang sangat kacau karena terus-terusan menangis. Pasti terlihat sangat jelek.
" Hey, kenapa sembunyi? "
KAMU SEDANG MEMBACA
BL Lokal | Awalnya Tantangan [✔]
Teen Fiction" Jadi pacar gue? " " Gak, maksudnya gue gak bakal nolak tapi...... " Lo engga bakal pernah lepas dari gue, you're mine ". " Anjing! " Awalnya karena tantangan yang di berikan oleh teman Elvio. Sehingga sekarang ia terikat hubungan dengan Reyvan-ora...