32 - Sepupu ngeselin

28.7K 2.6K 55
                                    

Sinar matahari masuk melalui celah jendela yang langsung tepat di wajah Elvio. Membuatnya mengernyit terganggu.

Mata bulatnya perlahan terbuka, mengerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya.

Matanya menelisik kamar luas itu, sangat sunyi sepi. Hanya dirinya yang berada di sana.

" Rey ". Panggilnya namun tidak ada sahutan.

Kakinya menginjak di lantai porselen yang terasa dingin. Lalu melangkah ke kamar mandi, membukanya apakah ada Reyvan di dalam sana.

" Ngga ada di sini ". Gumamnya.

Elvio melangkah keluar kamar, langkah kecilnya membawanya turun ke bawah menggunakan tangga. Mukanya masih muka bantal, belum cuci muka tadi.

Sesekali tangannya mengusap mata terasa ada yang mengganjal di sudut matanya.

" Tuan muda, anda mau kemana? "

Elvio sontak berhenti di tengah tangga, karena seorang bodyguard bertanya kepadanya.

" Rey mana? ". Tanya Elvio masih sibuk membersihkan kotoran di matanya. Tidak peduli apakah bodyguard itu akan jijik atau tidak.

" Tuan Rey sedang berada di ruang kerja Tuan Juan. Mari saya antar ke sana ".

Elvio hanya mengangguk saja, ia berjalan di samping bodyguard. Lanjut berjalan menuruni tangga hingga terhenti di lantai 2, Elvio terus mengikuti langkah bodyguard itu sampai mereka berdua tiba di depan pintu yang sedikit terbuka.

" Sudah sampai Tuan ". Ucap bodyguard itu lalu membungkuk hormat.

" Panggil aku Vio aja paman "

Sejujurnya Elvio sungguh sangat risih jika di panggil Tuan. Dia jadi merasa paling di atas derajatnya padahal sesama manusia derajat mereka sama.

Aduh Elvio jadi ngerasa paling alim:)

Bodyguard itu menggeleng, bisa mati nanti kalo Tuannya tau kalo dia manggil Elvio tanpa embel-embel 'Tuan'.

" Ini perintah dari Tuan besar, jadi saya tidak bisa membantah ". Ucapnya dengan sopan.

" Huh terserah paman ". Elvio mendengus sebal.

Menurutnya perintah ada untuk di langgar hehe.

Elvio mengetuk pintu terlebih dahulu sebanyak tiga kali lalu kepalanya menyembul melihat Reyvan dan kakaknya yang menatap ke arahnya.

Elvio nyengir membuat yang di dalam sana ikut tersenyum, merasa gemas dengan Elvio.

" Masuk sini ". Elvio mengangguk, masuk ke dalam ruangan.

Reyvan segera menarik Elvio untuk duduk di pangkuannya, menghadap ke depan. Elvio hanya bisa menahan malu karna di lihat oleh kakak pertama Reyvan beserta istrinya.

" Aku bisa duduk sendiri Rey ". Elvio hendak turun namun Reyvan memeluk perutnya begitu erat. Tidak membiarkannya turun.

" Duduk diem disini ". Elvio hanya bisa pasrah.

" Kalian lagi bahas apa? ". Elvio menatap ketiga orang itu bergantian.

Juan dan Liora saling bertatapan lalu tersenyum.

" Bukan hal yang penting ". Ucap Liora.

Elvio mengangkat bahunya acuh, dia tau ada yang mereka sembunyikan tapi dia tidak peduli. Yang dia pedulikan sekarang hanya perutnya yang sedari tadi minta di isi.

" Rey, aku laper ". Elvio mendongak natap Reyvan yang ikut menatapnya.

" Laper? Kamu turun duluan ya, nanti Rey nyusul ". Reyvan menurunkan Elvio, membiarkan Elvio keluar dari ruang itu.

BL Lokal | Awalnya Tantangan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang