49 - Menuju ending

26K 2.3K 36
                                    

" EL SAYANG ANAK KESAYANGAN MAMA "

Semua orang yang di ruang inap Reyvan menoleh ke arah Lia dan Herry yang baru sampai. Mereka baru saja pulang dari perjalanan bisnis di luar negeri. Setelah mendapat kabar Elvio kecelakaan mereka langsung buru-buru pulang.

Di ruangan itu hanya ada Vanesa, dan Alditto yang beberapa menit lalu datang. Havin dan Irina serta teman-teman Elvio sudah pulang.

" Mama!! ".

" Inget kaki kamu Vio". Reyvan menarik perut Elvio saat anak itu hendak turun menghampiri orangtuanya.

Elvio cengengesan sedangkan Reyvan hanya geleng-geleng dengan kelakuan kekasihnya yang selalu lupa jika kakinya itu cidera. Dasar Elvio.

Elvio sedikit terkejut mendengar Reyvan memanggilnya Vio. Itu mengingatkannya pada hari pertama mereka bertemu di sekolah yang sama. Ah..itu memalukan.

Lia dan Herry mendekati bed tempat Elvio selonjoran.

" Mama khawatir banget sama kamu sayang. Kenapa bisa jadi kaya gini sih ". Lia memeluk erat Elvio lalu mengecupi kepala anak semata wayangnya itu.

Hal itu tak luput dari penglihatan Herry yang tajam setajam silet. Dalam hatinya ia cemburu, namun dia juga khawatir pada anaknya itu.

" El udah gapapa kok, Ma. Jangan khawatir "

Herry mendekat ke arah Elvio lalu tanpa aba-aba malah menjewer telinga Elvio hingga anaknya menjerit kesakitan. Jewerannya Herry memang tidak main-main.

" AAAAAAA PAPA SAKIT!! LEPASIN!! ADUHHH MAMA HUAAAA "

Reyvan hanya bisa memejamkan matanya mendengar teriakan Elvio lagi. Sudah berapa kali dia mendengar Elvio teriak hari ini. Entahlah, beruntung telinganya masih baik-baik saja.

" Salah siapa hm? Kamu itu Papa kasih motor bukan buat kebut-kebutan di jalanan, liat akibatnya. Kamu kecelakaan terus itu kaki kamu sampe patah tulang gitu ". Ujar Herry sembari menoel-noel gips di kaki Elvio.

Elvio merengut sebal, inilah alasan kenapa dia tidak suka Papanya. Bukan berarti dia membenci, Papanya itu sangat suka menyiksanya. Huh untung sayang.

" Papa jahat banget sih ". Ucap Elvio, bibirnya bahkan maju beberapa centi.

Jika tidak ada orang di ruangan itu, mungkin Reyvan sudah menyosor bibir yang menggiurkan itu. Oke tunggu saja ketika mereka semua pergi meninggalkan mereka berdua. Ia membuat Elvio sesak nafas di buatnya.

Reyvan tersenyum ketika ia memikirkan hal seperti itu. Elvio yang melihat senyuman itu seketika merinding, Reyvan seperti bukan Reyvan saja. Wajahnya terlihat agak mencurigakan. Entah apa yang ia pikirkan Elvio tidak tau.

" Mama ngga bawa apa-apa. Harusnya kalo njenguk orang sakit itu bawa buah tangan ". Cibir Elvio yang langsung di hadiahi sentilan oleh Herry.

" PAPA KDRT MULU! ". Teriak Elvio lagi.

Reyvan menutup mulut Elvio sebelum anaknya teriak-teriak lagi. Ini sudah cukup untuknya, gendang telinganya benar-benar akan pecah jika Elvio terus di biarkan berteriak seperti itu.

" Ssstt udah jangan teriak-teriak lagi. Nanti tenggorokanmu sakit ". Ucap Reyvan dengan nada lembutnya.

Elvio akhirnya diam dengan wajah yang tertekuk.

" Tuh dengerin pacar kamu ". Ujar Herry dengan wajah mengejeknya.

Elvio hanya bisa menahan kesal, ia sedang sakit. Bukannya di hibur biar cepet sembuh, malah kena KDRT huhu sedih sekali.

Lia yang merasa perang akan segera terjadi langsung menengahi mereka karena Elvio baru saja hendak membuka mulutnya.

" Sudah sudah, jangan berantem. Kalian ngga malu di liatin semuanya, udah lama ngga ketemu pas ketemu malah perang ". Lia duduk di sofa lalu menghela nafasnya lelah.

BL Lokal | Awalnya Tantangan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang