Elvio berlari tergesa-tesa di lorong sekolah yang sudah sangat sepi, tidak ada satupun siswa yang berkeliaran. Bagaimana tidak? Ini sudah lewat pukul 7 pagi, dimana bel masuk berbunyi. Elvio telat, seperti biasa.
Hingga ia melambatkan larinya setelah melihat pintu kelasnya yang sudah tertutup rapat. Elvio mengumpat.
" Sialan! Hari ini jadwal si guru killer ". Elvio melirik ke dalam kelasnya melalui kaca jendela walaupun haru berjinjit.
Disana, Elvio melihat guru killer itu sedang menulis di papan tulis. Elvio menghela nafas kasar, mau tidak mau dia harus masuk ke kelasnya. Sebenarnya ia ingin bolos saja namun dia sedang tidak mau berurusan dengan guru BK karena membolos pelajaran.
Guru itu-sebut saja Pak Rahman. Dia selalu mengadukan Elvio ketika anak itu membolos,berbuat kenakalan dan hal-hal lainnya.
" Baiklah anak-anak apakah ada yang mau ditanyakan dari materi----
" Permisi pak ". Akhirnya Elvio masuk dengan menundukkan kepalanya. Malu karena ditatap oleh semua murid di kelasnya.
" Waduh anak paling rajin udah berangkat ". Ucap Pak Rahman dengan nada santainya.
Nada santai itu yang paling Elvio benci. Karena di balik nadanya itu terdapat pikiran licik. Bukan pemikiran licik yang gimana-gimana ya.
" Hahaha iya pak saya bangun kesiangan ". Menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Pak Rahman memperhatikan Elvio dengan sangat lekat, tangannya terlipat di depan dada.
" Duduk sana di bangku kamu ". Ucapnya mengode dengan dagu agar Elvio pergi ke bangku.
Anak itu mengangkat kepalanya menatap gurunya dengan binar bahagia karena tidak di hukum oleh gurunya itu.
" Saya beneran boleh duduk? Bapak gak hukum saya? Makasih banget pak ". Pekik Elvio senang lalu berjalan menuju tempat duduknya yang berada di belakang.
Elvio menghentikan langkahnya ketika melihat seseorang yang ia kenal duduk di kursi miliknya. Seketika emosinya membuncah teringat kejadian kemarin pagi. Malu ples marah.
Reyvan, yah lelaki itu yang duduk tenang di kursi milik Elvio. Jangan lupakan ekspresi wajahnya yang datar dan dingin. Mungkin hanya ekspresi itu saja yang ia punya.
" Lo? Kok lo duduk di bangku gue sih? Sono pindah, ini punya gue! ". Usir Elvio dengan nada yang tidak santai, terkesan membentak. Bahkan dirinya lupa jika masih ada Pak Rahman di kelasnya.
" Gak ".
" Pindah! Ini tuh tempat duduk gue ya anjing! ".
" Elvio ".
Suara Pak Rahman membuat Elvio menoleh ke arah gurunya.
" Pak dia duduk di kursi saya, gimana saya mau duduk. Gak ada kursi lain yang kosong, lagian kenapa dia ada di sini sih ". Menatap penuh permusuhan ke arah Reyvan yang masih tenang.
Pak Rahman mendekati Elvio yang masih berdiri di sebelah Reyvan yang duduk di kursinya itu. Menepuk pelan pundak Elvio, membuatnya menoleh ke arah gurunya.
" Dia murid baru di sini. Jadi...karena engga ada kursi kosong, kamu harus keluar dari kelas ini. Setelah pelajaran saya kamu boleh masuk dan bawa meja serta kursinya di gudang sekolah. Itu hukuman kamu ". Jelas pak Rahman membuat Elvio membelalak tidak setuju.
" Kenapa harus saya yang ambil itu? Kan dia murid barunya, bukan saya! ".
Elvio sedikit membentak, dia marah. Bagaimana tidak marah? Bayangkan saja tempat duduk yang sudah ia duduki selama berbulan-bulan di kelas ini harus di duduki orang lain. Dan lagi, dia yang harus pindah dan membawa kursi beserta mejanya ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BL Lokal | Awalnya Tantangan [✔]
Roman pour Adolescents" Jadi pacar gue? " " Gak, maksudnya gue gak bakal nolak tapi...... " Lo engga bakal pernah lepas dari gue, you're mine ". " Anjing! " Awalnya karena tantangan yang di berikan oleh teman Elvio. Sehingga sekarang ia terikat hubungan dengan Reyvan-ora...