44 - Eksekusi

21.9K 2.2K 138
                                    

Seluruh keluarga Reyvan berkumpul di ruang keluarga, tanpa Reyvan tentunya. Pemuda itu masih menjalani hukuman di kamar bawah tanah yang gelap.

Mereka tengah membahas permasalahan antara Reyvan, Elvio dan Eliz sebagai orang ketiga dalam hubungan manis mereka.

Alditto yang baru pulang dari perjalanan bisnis sangat terkejut saat mengetahui Reyvan di kurung di bawah tanah. Lalu Vanesa menjelaskan semuanya.

Alditto langsung menghubungi Juna yang saat itu masih berada di rumah mertuanya. Juna beserta istrinya langsung datang, bagaimanapun masalah ini menyangkut keluarga mereka kan.

" Daddy rasa hukuman yang kau berikan terlalu berat, Havin ". Ucap Alditto. Bayangkan saja di hukum 2 minggu kurungan dan hanya di beri makan roti dua bungkus beserta air putih setiap harinya.

Namun Havin tetap dalam pendiriannya, ia menganggap hukuman ini sebagai pelajaran untuk Reyvan. Agar jika ada masalah dia harus menceritakannya kepada keluarga atau pasangannya agar tidak ada salah paham.

Selama ini masalah tentang Eliz, dia pendam sendiri. Akhirnya semuanya kacau, Eliz yang sekarang dengan tidak malunya malah sering mengunjungi kantor sembari mengumumkan bahwa dirinya sedang hamil anak Reyvan. Dan Elvio yang pergi dari rumah.

" Biarkan Dad, itu agar dia jera. Dia tetap bungkam meskipun tau caranya bisa menyakiti orang tersayangnya. Harusnya dia bercerita, tidak bungkam terus menerus. Jika sudah begini masalahnya malah semakin rumit. Tapi untung saja kita tau ternyata El ada di rumah Mervin ". Jelas Havin panjang lebar.

Alditto menghela nafasnya, membujuk Havin itu sia-sia. Putra keduanya itu lebih tegas dari dirinya.

" Setidaknya kurangi waktu hukumannya, Vin. Itu terlalu berlebihan, 2 minggu hanya makan roti dan 1 bulan tidak boleh bertemu El. Itu terlalu lama, kau tau sendiri seperti apa Rey mencintai bocah itu ". Kali ini Juan yang angkat bicara.

Ia berharap Havin mau mendengarkan kakaknya itu.

" Tidak kak, keputusannya sudah bulat. Biarkan saja dia, ada urusan yang lebih penting dari ini. Aku akan menyingkirkan hama sialan itu ". Ucap Havin masih mempertahankan keputusannya itu.

" Apa kau akan membunuh si Eliz itu? ". Tanya Liora istrinya Juan.

" Tanpa menjawab pun kau tau jawabannya kakak ipar ". Havin memutar matanya malas.

" Tapi Havin----

" Tidak Mom, ini yang terbaik. Karena kembalinya jalang itu membuat masalah ini bisa terjadi. Jadi sebaiknya singkirkan dia sebelum dia menyebabkan masalah lain "

Baiklah, semuanya hanya bisa menyetujui keputusan Havin. Biarkan saja apa yang akan dia lakukan pada Eliz. Lagipula itu juga kesalahan Eliz yang tiba-tiba datang merusuh.

" Aku akan ke markas ". Havin berdiri, lalu tanpa berkata-kata lagi dia langsung pergi.

Setelah kepergian Havin, mereka semua menghela nafas.

" Mom, apa sebaiknya kita keluarkan kak Rey saja? Kasihan dia di sana sendirian ". Ucap Irina.

Vanesa menggeleng. " Tidak Irina. Jika kita melakukan itu maka Havin akan menambah waktu hukumannya. Biarkan saja "

Irina cemberut, dia merasa kasian dengan kakaknya. Bagaimana kakaknya itu bisa satu bulan lebih tanpa melihat kekasihnya. Pasti sangat berat.

" Aku akan menyusul Havin ke markasnya ". Ucap Alditto. Vanesa hanya bisa mengangguk.

Ia biarkan suaminya itu mengawasi Havin. Jika menyangkut bunuh-bunuhan Havin itu sangat brutal. Agak kasian juga ke korbannya.

***

BL Lokal | Awalnya Tantangan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang