Ni

1.1K 160 36
                                    

Jinan tersenyum getir menatap pantulan dirinya di cermin. Hati nya selalu tak siap menanti hari ini. Berharap, mantan kekasih nya bisa kembali lagi ke pelukan nya. Namun nyata nya, itu hanya akan terus menjadi angan nya saja.

"Bang kita mau kemana sih?" tanya Eve yang sudah siap dengan dress selutut berwarna biru dongker, senada dengan pakaian yang Jinan kenakan.

"Kangen cici gak?"

Mata Eve sontak berbinar bahagia. "Kangen!"

"Kita ketemu cici ya?"

Eve menganggukkan kepalanya dengan semangat, membuat Jinan gemas.

Selesai memakai sepatu nya, Jinan menuntun Eve seperti biasa. Menuju parkiran.

Jika kalian bertanya kemana orang tua Jinan? Jawaban nya, mereka menetap di Jepang beberapa Tahun terakhir ini. Karena alasan pekerjaan. Mereka akan pulang setiap enam bulan untuk menjenguk anak-anaknya.

Jinan sendiri memilih menetap di apartemen karena apartemen ini dekat dengan kampus nya. Sedangkan jika dari rumah, waktu yang harus Jinan tempuh untuk sampai ke kampus bisa mencapai satu jam, belum lagi kalo macet.

Di perjalanan menuju parkiran, Jinan bertemu dengan Cindy. Eve menyapa Cindy dengan semangat. Kalian tau? Unit apartemen mereka ternyata bersebalahan, hanya terhalang oleh dua unit apartemen.

"Mau kemana?" tanya Jinan to the point. Jinan memang bukan tipe orang yang suka berbasa-basi.

"Cari makan." jawabnya cuek.

"Jutek banget. Awas naksir."

"Najis."

Melihat pakaian Jinan dan Eve yang begitu formal. Cindy memberanikan diri untuk bertanya kepada Eve.

"Eve udah cantik. Mau kemana?"

"Mau ketemu cici!" jawab nya semangat.

"Kalo gitu gue duluan ya Cin." pamit Jinan kembali menuntun Eve.

Cindy menatap punggung keduanya. Ada yang berbeda dengan Jinan hari ini, tatapan matanya begitu redup. Wajah yang biasa nya tengil pun hari ini terlihat begitu kalem.

Cindy menggeleng cepat. Kenapa jadi memikirkan pemuda menyebalkan seperti Jinan?

Mobil Jinan melaju membelah jalanan kota di pagi hari. Berkali-kali Jinan menghela nafas. jantung nya berdebar kencang ketika mobil Jinan memasuki area parkir gedung tempat acara tersebut di gelar.

"Bang Ji gelisah banget, kenapa?" tanya Eve.

Jinan menggeleng seraya tersenyum tipis. "Nggak. Yuk keluar." Jinan menggendong Eve keluar dari mobilnya.

Sekali lagi, Jinan membuang nafas sebelum benar-benar masuk ke dalam gedung tersebut.

"Bang, Cici cantik banget!" pekik Eve di gendongan Jinan.

Jinan mengangguk. Shani sangat terlihat begitu cantik dengan dress putih selutut nya apalagi dengan senyum manis yang terpatri di bibir nya.

Satu persatu susunan acara telah terlaksanakan. Kini berganti ke acara pertukaran cincin.

Jinan membuang pandangannya ke segala arah melihat Shani menyematkan cincin di jari manis pasangan nya. Kenapa rasanya sesakit ini? Padahal, sudah banyak yang Jinan persiapkan untuk menyambut hari ini.

Dengan langkah gontai, Jinan menghampiri Shani yang bersanding dengan pasangan nya dengan sebuket bunga kesukaan Shani di tangannya.

"Ci, selamat ya."

Tubuh Shani membeku di tempat. Tak menyangka dengan kehadiran Jinan yang tiba-tiba ini.

"Nan?"

Jinan tersenyum manis, menyerahkan sebuket bunga kepada Shani. "Langgeng ya ci."

Waktu; Cinan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang