"Jinan?!"
"Pa, Ma.. apa kabar?" Jinan lebih dulu menyalimi kedua orangtua Cindy, tanpa menghiraukan pekikan terkejut dari gadis yang ia lewati begitu saja.
Sambil tersenyum, orangtua Cindy menjawab. "Kami baik. Silahkan duduk Jin.."
Jinan pun duduk di sebelah keluarganya. Ia menahan tawanya melihat wajah kesal Cindy.
"Nah sekarang kan udah kumpul–"
"Langsung nikahin aja!!" seru Zeeno menggebu.
"Zeeno.." tegur mama nya. Lelaki itu menyengir kuda.
"Gimana? Setelah lihat calon nya, kamu setuju? Mama sama Papa gak maksa kamu."
Bagaimana ia bisa menolak kalo calonnya adalah manusia yang ia cintai dimuka bumi ini?!
"Aku pikir-pikir dulu–"
"Ngga bisa, jawaban itu harus gue dapetin malam ini juga. Kalo lo nolak biar gue gampang cari lagi." sela Jinan.
Cindy menatap Jinan sinis, dasar lelaki gila!
"Aku mau bicara sama Jinan nya dulu ya?" Cindy melotot pada Jinan, seolah menyuruh lelaki itu untuk mengikutinya.
"Doain aku yaa.." Jinan meminta doa kepada keluarganya.
Dan mereka pun sampai di taman belakang rumah Cindy.
"Duduk!" titah Cindy. Dan dengan mudahnya Jinan menurut.
Mereka pun duduk bersebelahan di kursi panjang berbahan rotan. Namun tiba-tiba Cindy bangkit, dan berdiri tepat di depan Jinan.
PLAKK!!
Satu tamparan mendarat di pipi kanan Jinan.
"Cin–"
"Apa? Lo mau marah?" tantang Cindy sambil kembali mengangkat tangannya, seolah siap kembali melayang ke pipi Jinan.
"Gue kesel sama lo Jinan!" Cindy memukuli dada Jinan. Dan Jinan tetap tenang meski dadanya sudah berdenyut nyeri.
Beberapa saat kemudian, tubuh Cindy melemas dan jatuh di pelukan Jinan. Dia menangis tersedu-sedu.
"Masih mau pukul, tampar? Ayo pukul lagi, tampar gue lagi.. tapi setelah itu dengerin penjelasan gue, bisa?" bisik Jinan.
Cindy menggeleng lemah, tetap menangis di pelukan Jinan.
"Nangis sepuasnya, Cindy." Jinan mengusap punggung Cindy dengan sayang.
Beberapa menit kemudian, kondisi Cindy pun berangsur tenang. Ia mulai menarik dirinya dari pelukan Jinan.
"Udah mau dengerin penjelasan gue?"
Cindy mengangguk pelan, ia pun memusatkan perhatiannya kepada Jinan.
Flashback..
Tiga hari setelah Jinan memutuskan hubungannya dengan Cindy. Dia datang ke hadapan orangtua Cindy untuk meminta maaf karena telah menyakiti putri mereka.
"Maafin aku Ma, Pa. Aku udah ngecewain Cindy" Jinan bersimpuh di hadapan orangtua Cindy.
"Jin, apaan sih? Ayo bangun nak.. jangan gini." ibu dari Cindy menarik bahu Jinan agar bangkit.
Jinan berdiri kembali dengan kepala tertunduk dalam.
"Kita duduk dulu.." Mama Cindy menuntun Jinan untuk duduk di sofa.
"Mau minum?"
Jinan menggeleng, masih dengan kepala tertunduk.
Mama Cindy mengusap rambut Jinan pelan. Entah apa yang terjadi di hubungan keduanya, tapi yang jelas ia tau bahwa Cindy dan Jinan sudah putus tiga hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu; Cinan (Selesai)
Fiksi Penggemar"Aku berharap mampu memundurkan waktu sehingga aku bisa bertemu denganmu lebih awal dan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu."