"Tolong jaga jarak sama dia, apa bisa?"
"Memangnya kamu udah jaga jarak sama Anin? Belum kan? Nyatanya kamu masih deket sama dia!" Cindy tersulut emosi.
"Maksud kamu apa membawa oranglain ke dalam pembahasan kita?"
"Ohh, jadi ini pembelaan kamu untuk Anin?"
Jinan menghela nafas berat. Sepertinya ini waktu yang tepat untuk mengucapkan kata ini. "Cin, lets break up."
"Apasih Ji?! Kamu pikir itu lucu?!!"
Nada tertinggi yang pernah Jinan dengar dari mulut Cindy.
"Mulai sekarang, berbuat lah sesuka mu. Jangan pernah libatkan aku lagi. Aku bakal bicarain ini sama orangtua kita. Terim–"
"Aku gak mau!"
Jinan terkekeh. "Aku gak tanya kamu mau atau ngga."
"Aku capek, Cin.."
"Ji, tolong–"
Panggilan itu langsung Jinan putuskan sepihak.
"Jinan! Lo gila?!!" lagi, Sisca memekik.
"Ngga, gue masih waras." jawab Jinan santai.
"Bercanda lo gak lucu Jinan!" Sisca memukuli lengan Jinan.
"Its oke, terserah lo mau menganggap itu apa. Tapi gue serius."
"Kalo tau gitu gue gak akan nyuruh lo telepon Cindy! Dasar gila!"
Makian terus Sisca lontarkan untuk Jinan.
"Lo cuma lagi emosi, Nan. Plis pikirin lagi.." mohon Sisca dengan mata berkaca.
"Gak ada yang perlu dipikirin lagi, Sisca. Lagipula kayanya ini emang jalan terbaik buat gue sama Cindy."
"Terbaik di bagian mana nya Jinan?!" sentak Sisca.
"Itu udah keputusan gue, Sis. Ayo pulang." Jinan menarik tangan Sisca menuju mobilnya.
Dalam cekalan Jinan, Sisca memberontak. Ia masih tak terima sahabatnya di putuskan tanpa alasan yang jelas.
"Gue gak mau pulang sama lelaki gila kaya lo!" sarkas Sisca, menghempas lengan kokoh Jinan dan berlari menjauhi Jinan yang hanya terdiam mematung.
"MIAN!!"
"DAMIAN!!"
Cindy meneriaki speaker ponselnya, kemudian ia lempar ponsel tak berguna itu.
Patah hati? Sudah pasti.
Hubungan berakhir sepihak tanpa alasan menjadi hal yang paling mengerikan untuk Cindy.
Air mata yang daritadi Cindy tahan akhirnya lolos juga. Sesak sekali rasanya, seperti ada sesuatu yang menghimpit dadanya. Sakit sekali.
"Jinan.." raungnya menyebutkan nama Jinan.
•waktu•
Cindy bangun dari tidurnya setelah semalaman lelah menangis. Matanya membengkak, hidungnya masih merah. Keadaannya bisa dibilang kacau.
Hatinya kosong.
Ia masih tak percaya bahwa hubungannya dengan Jinan telah berakhir begitu saja. Bahkan Jinan sudah tak bisa ia hubungi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu; Cinan (Selesai)
Fanfiction"Aku berharap mampu memundurkan waktu sehingga aku bisa bertemu denganmu lebih awal dan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu."