Gadis kelahiran Malaysia ini tersenyum ketika Jinan mengulurkan tangannya. Segera ia menggenggamnya.
Keduanya melangkah riang menyusuri trotoar ibu kota. Menyaksikan matahari yang mulai berpulang ke peraduannya, menggantikan warna biru menjadi warna jingga yang terlihat indah namun sesaat.
"Gimana disana? Bahagia?" genggaman tangan mereka terlepas, Jinan beralih melingkarkan tangannya di bahu Celine.
"Of course! I'm happy. Gimana sama kamu?" Celine bertanya balik.
"Aku juga bahagia."
Talk about Celine. Gadis bermata sipit ini adalah teman masa kecil Jinan. Dulu mereka tetanggaan, dan hubungan keduanya sangat dekat. Hingga pada akhirnya, mereka pun harus berpisah. Karena selepas kelulusan SD, Celine harus pindah ke Malaysia, menetap di negara kelahirannya tersebut. Hanya beberapa kali Celine datang ke Indonesia, katanya hanya untuk bertemu Jinan. Lelaki yang sudah dia anggap sebagai kakak nya.
"Untuk urusan di tinggal nikah itu... Yang sabar ya."
Jinan mendelik malas. "Gak usah di bahas deh."
Tawa Celine pecah. "Abisnya lucu tauu. Padahal kamu belum sempet kenalin CiShani sama aku." Celine cemberut diakhir kalimat.
Jinan terkekeh, mengusap sekilas kepala Celine. "Nanti deh aku kenalin kamu sama pacar baru aku."
Mata Celine seketika berbinar. "Kamu punya pacar?!"
"Belum sih." jawabnya sambil menyengir.
Celine menatap Jinan malas. "Kirain punya."
Sementara Cindy. Gadis tersebut tengah sibuk dengan tugas-tugas nya. Sudah dua jam dia duduk di depan laptop di temani oleh segelas kopi kesukaan nya.
Omong-omong tentang Jinan. Sudah tiga hari ini dia tak bertemu dengan lelaki itu. Di kampus pun, yang dia temui hanya Deon dan El. Kemana lelaki itu?
Cindy mengambil ponselnya, mengalihkan sedikit perhatiannya dari laptop ke ponsel. Mulai menggulir ponselnya, membuka berbagai macam sosial media nya.
Dadanya berdebar melihat tweet Jinan bersama seorang perempuan. Kenapa ada rasa tak suka melihat Jinan bersama perempuan lain? Perasaan apa ini? Cindy tak mengerti.
Tersisa beberapa soal lagi. Lebih baik Cindy segera menyelesaikan nya. Meski dalam benaknya dia bertanya-tanya, siapakah perempuan tersebut? Pacar Jinan kah? Rasa-rasanya tidak mungkin. Apa hanya teman? Tapi, sedekat itu apa masih bisa dikatakan teman? Tubuh mereka di foto tersebut sangat menempel.
Cindy menggeleng. Kenapa dia perlu repot-repot memikirkan Jinan? Memang dia siapanya?
•waktu•
Jinan kembali kuliah setelah beberapa hari ini libur. Dia diantar oleh Celine. Celine tinggal di apartemen nya sampai hari kepulangannya ke Malaysia nanti.
"Hati-hati." kata Jinan mengusap sekilas puncak kepala Celine sebelum keluar dari mobil.
"Iya kak Ji. Semangat kuliahnya. Jangan bolos-bolos."
Jinan pun turun dari mobil dengan menyandang tas nya, tangannya melambai sampai mobil milik Jinan itu tak terlihat lagi. Barulah dia masuk ke dalam gedung fakultas. Dua pemuda menatapnya penuh kecurigaan. Tumben Jinan di antar?
"Dianter siapa lo?" Deon datang merangkul bahu Jinan akrab.
"Kepo." jawab Jinan seraya menepis tangan Deon yang melingkar di bahu nya. "Apasih rangkul-rangkul. Lo pikir gue cowok apaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu; Cinan (Selesai)
Fanfiction"Aku berharap mampu memundurkan waktu sehingga aku bisa bertemu denganmu lebih awal dan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu."