Sejak hari itu, Jinan selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke Apart Cindy, meskipun hanya sekedar mengantar makanan saja.
"Kalo sibuk gak usah maksain kesini, Ji." ucap Cindy sambil membenarkan kerah kemeja Jinan, katanya hari ini Jinan akan ada rapat di kantor nya.
Jujur saja, kehadiran Jinan memang menambah semangat nya dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan lika-liku ini. Tapi ia juga tak tega jika Jinan harus bolak-balik ke Apart nya setiap hari, apalagi di tengah-tengah kepadatan jadwal anak itu.
"Lo denger gue ngomong gak Ji?"
"Denger." katanya santai sambil mengenakan kembali jas kantornya.
"Wekeend nanti tolong kosongin jadwal lo ya. Gue mau ajak lo ke suatu tempat."
"Kemana?"
"Ada lah.."
"Sok misterius." cibir Cindy.
"Gue berangkat ya." Jinan mengusap puncak kepala Cindy. "Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam. Hati-hati jangan ngebut."
Tak terdengar jawaban karena Jinan sudah menghilang di telan jarak. Apartnya kembali sepi dan sunyi. Diam-diam kedua sudut bibirnya terangkat, perlakuan hangat Jinan semakin membuat hatinya menggila.
Sepulang dari kantor, Jinan kembali melajukan mobilnya ke suatu tempat untuk membeli sesuatu. Dan setelah itu ia memutuskan untuk pulang, karena waktu sudah malam.
Sudah kali kedua bel apart Cindy berbunyi. setelah Cindy keluar, ternyata yang memencet bel Apartnya adalah kurir yang mengantarkan nya makanan. Cindy sudah tau siapa yang mengiriminya makanan, padahal makanan tadi siang belum juga habis. Sekarang lelaki bernama Jinan kembali mengiriminya makanan.
"Terimakasih ya mas."
Cindy menutup kembali pintunya dan masuk ke dalam. Sepertinya Jinan harus di beri siraman rohani sebentar.
Mereka sekarang terhubung dalam panggilan video. Cindy menampakkan wajah tak bersahabat nya.
"Makanan nya udah dateng?"
"Udah. Besok lo gak usah kirimin gue makanan lagi."
"Why? Lo gak suka sama makanan nya? Atau mau gue beliin lagi? Lo mau apa?"
"No, no. Lebih baik pake uang lo buat kebutuhan lo sendiri, Ji."
"Beliin lo setiap hari makanan gak bakal bikin gue bangkrut kali Cin."
"Ya gue tau. Tetep aja itu boros Ji. Gue bisa masak sendiri."
"Gue cuma khawatir lo lupa makan Cin. Gue gak mau lo sakit lagi."
"Gue janji bakal makan dengan teratur. Asal lo stop kirim makanan ke gue setiap hari."
"Janji?"
Cindy mengangguk. "Gue janji."
"Yaudah, gue gak akan kirim makanan lagi."
Jinan hanya bisa menghela nafas berat ketika panggilan di putuskan sepihak oleh Cindy, padahal dia masih ingin mengobrol lebih lama. Jinan ingin sekali menuntut waktu Cindy, tapi Jinan sadar akan posisi nya. Memang nya dia siapa?
Jinan merebahkan tubuhnya di kasur. Memikirkan segalanya tentang Cindy. Sudah banyak yang dia persiapkan untuk nya dan juga Cindy, jatuh cinta kali ini Jinan tak main-main. Dia mempunyai niat yang serius.
Semuanya juga sudah Jinan bicarakan dengan kedua orangtuanya, sudah pasti kedua orangtuanya mendukung niat baik putra nya.
•waktu•
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu; Cinan (Selesai)
Fanfiction"Aku berharap mampu memundurkan waktu sehingga aku bisa bertemu denganmu lebih awal dan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu."