Kyuu

1.1K 168 17
                                    

Semakin hari perasaan Cindy terhadap Jinan semakin aneh. Apakah mungkin ini cinta? Sesingkat ini? Bersama Arlan, butuh waktu lima bulan lamanya dia luluh.

Pemuda bernama Jinan tengah tertidur di pangkuannya. Beberapa hari ini Jinan tengah diserang batuk dan flu. Cindy sudah menyuruhnya untuk ke dokter, tapi Jinan tak mengindahkannya.

Tangan Cindy terulur mengusap poni milik pemuda yang berhasil memporak-porandakan hatinya. Pemuda yang berhasil membuat hatinya bergetar. Jinan terlihat begitu lelap dalam tidurnya.

Dalam diam Cindy berpikir. Apakah perasaannya akan terbalas? Apakah Jinan akan memiliki perasaan yang sama dengannya? Atau... Ini hanya cinta satu arah? Kalo memang iya, menyedihkan sekali.

Tentang perempuan yang bernama Celine. Cindy sudah tau bahwa dia adalah sahabat kecil Jinan. Jinan yang bercerita ketika mereka kepergok jalan berdua. Kepergok? Haha lucu sekali. Memangnya dia siapa? Jinan menjelaskan secara detail, seolah takut Cindy salah paham. Heii, kita ini apa sebenarnya?

Waktu semakin berputar. Keheningan menyelimuti kamar gadis manis ini. Sang pemiliknya tengah sibuk memikirkan segala hal, terutama tentang perasaan anehnya.

Sepuluh menit berselang. Jinan bangun dari tidur nya. Senyumnya langsung mengembang melihat wajah Cindy dari bawah.

"Kenapa melamun?" suara serak khas bangun tidur ditambah dengan efek dari flu memenuhi gendang telinga Cindy. Menyadarkan Cindy dari lamunannya.

"Gimana badannya, udah enakan?" Cindy mengalihkan pembicaraan. Mana mungkin dia bilang bahwa dia sedang melamunkan Jinan? Mau di taruh dimana nanti muka nya?

"Lemes." jawabnya, menyandarkan kepalanya di bahu Cindy. Tubuhnya dari kemarin terasa begitu lemas, seperti tak bertenaga. Kepala nya juga terasa pusing.

Dahi Jinan menyentuh kulit leher Cindy, dan terasa hangat. "Lo demam Ji." Cindy mengecek suhu tubuh Jinan.

"Bentar." Cindy menyuruh Jinan untuk berbaring dikasur, dia mulai beranjak ke dapur.

Sekembalinya Cindy dari dapur, ternyata Jinan sudah kembali terlelap. Sepertinya anak itu memang benar-benar sakit.

Buru-buru Cindy menempelkan Bye-bye Fiver di dahi Jinan. Setelah itu dia usap kepala Jinan dengan pelan, Jinan sangat lucu ketika sedang tenang seperti ini.

Kemudian Cindy menaikkan selimut sampai sebatas dada Jinan. Biarkan Jinan istirahat di kamarnya sampai tubuhnya membaik.

Cindy beranjak keluar kamar ketika mendengar bel berbunyi.

Senyuman seseorang menyambut Cindy ketika dia membuka pintu. Saat melihat seseorang tersebut, Cindy langsung menutup pintu kembali, namun di tahan oleh tangan orang itu.

"Tunggu."

"Aku mohon tunggu." kata orang itu, lagi.

"Apalagi, Arlan?" tanya Cindy dengan wajah datar.

"Ikut aku." Arlan mencekal lengan Cindy.

"Gue gak mau."

"Ikut aku, sebentar aja." Arlan menarik Cindy, tapi Cindy memaku tubuhnya ditempat. Dia sudah tak ingin berurusan lagi dengan Arlan.

"Gue gak mau. Kalo pun ada yang harus lo bicarakan, gue gak peduli. Karena kita udah selesai. Gue gak mau lagi berurusan sama lo, Arlan."

"Aku mohon Cin." Arlan semakin mengeratkan cekalannya.

"Sakit Arlan!"

"Lepasin tangan kotor lo dari tangan cewek gue!"

Suara berat nan serak memenuhi gendang telinga mereka.

Waktu; Cinan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang