Juu-Hachi

955 173 25
                                    

Hari ini hari perdana Jinan mendatangi perusahaan ayah nya yang berada di Tanggerang. Tentu saja dengan di dampingi Habibi.

Setelan jas ala kantoran sudah melekat di tubuh jangkung Jinan. Rambut nya sudah tersisir rapi dengan sepatu pentofel yang melekat di kaki nya. Perfect, Jinan sangat tampan.

Jinan berpamitan kepada Vina, sang ibunda. Meminta doa agar pertemuan perdana nya berjalan dengan lancar.

"Kenapa kamu pilih yang di Tanggerang?" tanya Habibi yang menyetir mobil.

"Pengen aja." jawab Jinan singkat. Kemudian setelah itu sibuk dengan ponselnya, membalas chat singkat yang di kirimkan Cindy tadi malam.

Lamunan Cindy buyar ketika ponselnya berbunyi, ternyata notifikasi dari Jinan.

Jangan lupa sarapan cantik.

Seutas senyum hadir di bibir mungil Cindy, sampai lesung pipi nya terlihat. Ternyata tak hanya mulut Jinan saja yang manis, tapi jempolnya juga.

Jinan sampai di pekarangan gedung kantor yang cukup besar milik sang ayah. Dua orang penjaga membukakan pintu untuk Habibi dan Jinan. Astaga, Jinan jadi merasa seperti putra raja.

Kedua orang itu sedikit membungkukkan tubuhnya kepada Jinan dan Habibi sebagai penghormatan.

"Yayah setiap ke kantor di giniin?" tanya Jinan seraya mengejar langkah ayah nya.

"Emang nya kenapa?"

"Gaya banget." cibir nya.

"Kamu juga nanti bakal ada di posisi Yayah. Jadi jangan ngejek."

Jinan menghentikkan langkahnya sejenak. "Aku gak mau di istimewa kan. Lagian aku juga cuma manusia biasa, sama kaya mereka."

"Iya-iya. Yayah cuma bercanda." Habibi merangkul tubuh putranya dan jalan bersama menuju ruangan yang sudah di siapkan.

Habibi memperkenalkan Jinan kepada para rekan kerja, juga kepada para karyawan nya. Ruangan yang cukup besar ini tampak di penuhi oleh manusia yang penasaran pada sosok Jinantara yang selalu Habibi bangga-bangga kan.

"Ini putra bungsu saya, nama nya Damian Jinantara Adijaya. Sebentar lagi, dia yang akan mengambil alih perusahaan ini..." pidato Habibi terus berlanjut.

Setelah 15 menit, Habibi pun menyudahi pidato panjang nya. Tepuk tangan riuh mengiringi salam penutup yang Habibi ucapkan.

Kini giliran Jinan yang akan memberikan pidato singkat nya. Jujur, Jinan begitu gugup, tapi Habibi terus melempar senyum kepadanya, seakan mengatakan bahwa Jinan bisa. Dan akhirnya Jinan pun menghela nafas dan mulai memberi salam pembuka.

"Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri saya. Nama saya Damian Jinantara Adijaya. Seperti yang di katakan Ayah saya tadi, bahwa sebentar lagi saya akan ikut serta dalam memajukan dan mensukseskan perusahaan milik Ayah saya ini. Dan untuk itu, saya mohon bantuannya kepada rekan sekalian, mari kita bersama-sama memajukan perusahaan ini. Saya tidak akan menjanjikan banyak hal, saya akan berusaha sesuai kemampuan saya.."

Pidato di tutup, tepuk tangan mengiringi Jinan. Habibi tersenyum bangga dan memeluk sekilas tubuh jangkung Jinan.

"Proud of you, boy.."

Jinan hanya tersenyum. "Berkat didikan Yayah dan Bunda."

Jinan terpaksa harus meninggalkan ruangan karena ada panggilan dari seseorang.

"Iya Cin, ada apa?"

"Jinan, ini gue Gaby. Cindy di temuin pingsan di Apart nya."

Hati Jinan mencelos mendengar ucapan Gaby.

Waktu; Cinan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang