Jinan mematung ditempatnya melihat adegan yang baru saja terjadi di depan matanya. Kenapa mimpinya menjadi kenyataan, tapi dalam versi terbalik.
Tubuh Jinan melemas melihat apa yang baru saja terjadi, hatinya tentu saja tergores. Apalagi melihat Cindy menangis karena ulah Arlan.
Kalo saja membunuh tidak dosa, sudah Jinan pastikan Arlan ia bunuh detik ini juga. Jinan sedikit meringis mendengar tamparan cukup nyaring.
Untung parkiran sepi, jadi tak ada yang melihat adegan tadi selain dirinya.
Melihat lelaki gila bernama Arlan pergi, Jinan segera berjalan gontai menghampiri Cindy. Tanpa sepatah kata pun, dia mendekap tubuh Cindy, berusaha memberikannya ketenangan meski dada nya bergemuruh, kesal dengan perbuatan tak terpuji Arlan.
Tangisan Cindy semakin keras terdengar. Jinan pastikan, salah satu anggota tubuh Arlan patah setelah ini. Jinan tak main-main, ini menyangkut wanita yang dia cintai.
Keduanya tak saling bicara. Jinan masih kecewa, dan Cindy dengan perasaan tak karuannya.
Jinan mengendarai mobil Cindy dalam diam. Bahkan sampai di apart pun Jinan masih diam. Cindy mengajak Jinan mampir ke apartnya, dan Jinan menyetujuinya.
"Lo marah?"
Pertanyaan yang terlontar dari Cindy membuat Jinan terkekeh hambar. "Bukan marah sama lo, tapi sama diri gue sendiri karena gak bisa jaga lo dari Arlan. Maaf."
"Hey, lo gak salah Jinan. Sama sekali gak salah. Ini pure masalah gue sama Arlan."
"Mulai sekarang, masalah lo masalah gue juga."
Jinan menatap Cindy dengan lekat, pandangannya jatuh pada bibir ranum Cindy. "Gue mau hilangin bekas bibir Arlan tadi."
Wajah Jinan mulai mendekat, dan bibir mereka pun bertemu. Mata Cindy refleks terpejam, ia tak memiliki alasan untuk menolak. Jinan tersenyum ketika tak ada penolakan dari Cindy, dia menarik tengkuk Cindy dan memperdalam ciumannya. Tangan Cindy refleks mengalung di leher Jinan, dia tak menyangka bahwa Mian-nya sudah dewasa, sudah seberani ini.
Dada Jinan berdebar tak karuan, ini sudah benar-benar gila.
Suara decakan memenuhi ruangan sunyi itu.
Ciuman tersebut terlepas ketika mereka sama-sama kehabisan pasokan oksigen. Jinan tersenyum sambil mengusap pelan bibir Cindy.
•waktu•
Untuk kedua kalinya Jinan datang ke sebuah tempat karena alasan yang sama. Untuk bertemu dengan Arlan, dia ingin memberi sedikit pelajaran untuk lelaki bernama lengkap Karlandra Sanjaya itu.
Dari suara motor milik Jinan sudah memancing beberapa orang keluar dari tempat tersebut.
"Gue mau ketemu Arlan."
"Arlan lagi gak bisa di temuin, Dam." jawab salah satu lelaki berpostur tubuh sedikit gemuk.
Dari kegugupan lelaki itu membuat Jinan curiga, dia berlari masuk ke dalam untuk mencari Arlan. Langkahnya berhenti ketika melihat Arlan tengah mencumbui seorang wanita yang asing baginya.
"Brengsek!!" Jinan menarik kasar kerah belakang Arlan, membuat cumbuan tersebut terlepas.
Jinan memukuli Arlan tanpa ampun. Kemarahan Jinan kembali meluap setelah bertahun-tahun lama nya meredup.
"Gue udah bilang, jangan sentuh Cindy sialan!"
Uhukk..uhukk
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu; Cinan (Selesai)
Fanfiction"Aku berharap mampu memundurkan waktu sehingga aku bisa bertemu denganmu lebih awal dan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu."