Jinan mencoba tetap tenang melakukan segala kegiatannya di kampus, meski pikirannya saat ini penuh.
Selesai bimbingan, Jinan melangkah menuju perpustakaan, tempat favorit nya untuk menyendiri. Dia memilih spot paling pojok, yang tak terjangkau oleh siapapun. Mencoba mengambil novel untuk ia baca. Sebenarnya Jinan tak benar-benar membacanya, ia hanya ingin mengalihkan pikirannya barang sejenak.
Jinan tau, jalan yang Jinan ambil ini salah. Tak seharusnya ia merahasiakan semua ini dari Cindy yang notebene nya adalah calon istri Jinan. Tapi, Jinan tak punya pilihan lain.
Sedangkan di lain tempat, Cindy dan Shani bertemu di tempat yang Shani sebutkan tadi.
Mereka duduk berhadapan dengan minuman yang sudah berembun itu.
"Ada apa, Ci? Ada masalah sama Jinan?" tanya Cindy to the point.
"Ini tentang hubungan kalian." jawab Shani dengan nada tersirat kekecewaan.
"Kenapa? Ada apa? Perasaan kami baik-baik aja." Cindy bingung.
"Kalian gak baik-baik aja, Cin. Apa kamu tau kalo Jinan sering jalan sama Anin?"
Cindy menggeleng dengan tatapan bertanya sekaligus bingung.
"Aku tadi liat Jinan anter Anin ke rumah sakit, entah untuk apa. Aku gak bertanya alasan dia kesana, karena aku udah terlanjur emosi liat dia sama Anin sedekat itu."
Mendengar itu Cindy termenung selama beberapa saat.
"Dia izin sama aku mau ke kampus, aku gak tau kalo ternyata Jinan ketemu sama bu Anin."
Bahu Cindy benar-benar melemas. Jinan membohongi nya.
"Aku tau banget siapa Anin, Cin."
"Memang nya siapa dia?"
"Jinan gak pernah cerita ke kamu?"
Cindy menggeleng, Shani benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan mantan kekasihnya tersebut.
"Jinan gak pernah mau cerita apapun tentang dia, dengan beralasan tidak penting aku tau siapa dia."
Asap rokok mengepul ke udara, telinga nya disumbat earphone dengan music yang mengalun indah. Matanya terpejam selama beberapa saat dengan punggung yang bersandar pada kursi.
Dengan gerakan malas, ia mengambil ponsel yang sedari tadi berdering. Nama manusia yang tengah hadir di pikiran tertera di layar.
"Pulang sekarang."
Perintah itu terdengar begitu dingin di telinga Jinan.
"Lagi di kantor." jawab Jinan.
"Kamu harus pertanggungjawabkan semua kesalahan kamu, Jinan."
"Itu bukanlah sebuah kesalahan."
Setelah mengatakan hal tersebut, Jinan kembali berkutat dengan berkas-berkas nya.
Dua hari menjelang keberangkatan Cindy ke LA, namun hubungan kedua nya malah berantakan seperti ini.
Cindy melempar ponselnya ke kasur, dan kembali menangis. Hatinya sakit mendengar Jinan selalu membela wanita lain. Bahkan lelaki tersebut memilih menghindar darinya selama berhari-hari.
Flashback
Jinan pulang dengan keadaan wajah kusut, Cindy hanya diam memperhatikan gerak-gerik calon suaminya itu.
"Abis darimana kamu?" tanya Cindy dingin.
"Udah aku bilang, hari ini aku ada kelas." jawab Jinan seraya menoleh, kemudian ia tutup kembali kulkas yang sebelumnya ia buka untuk mengambil soda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu; Cinan (Selesai)
Fanfiction"Aku berharap mampu memundurkan waktu sehingga aku bisa bertemu denganmu lebih awal dan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu."