Yon-Ju Ichi

766 164 23
                                    

Selain Ujian Akhir Semester ternyata Cindy juga harus menjalankan ujian hidup yang tentunya lebih menyeramkan. Setelah melewati banyak hal, drama kehidupan, kehilangan seseorang, bahkan hampir menyerah dengan skripsi. Akhirnya Cindy lulus dengan nilai terbaik, bahkan jauh dari ekspektasi Cindy. Semua lelahnya runtuh seketika melihat nilai yang ia peroleh.

Orangtua Cindy turut hadir di acara kelulusan putrinya. Mereka datang bukan semata-mata untuk acara kelulusan Cindy saja, akan tetapi untuk menjemput Cindy kembali ke Jakarta. Karena tugas gadis itu berada disini telah berakhir. Cindy harus melanjutkan karir di tanah kelahirannya. Itu memang salah satu mimpi Cindy.

"Psikolog Mama keren banget!!" puji Mama nya.

Cindy tertawa, kemudian memeluk ibunya erat. Dia tidak akan menjadi seperti ini tanpa adanya dukungan dan doa dari kedua orangtuanya.

"Aku gak akan bisa ada di titik ini tanpa Mama sama Papa. Makasih ya Ma, Pa." Cindy menangis di pelukan ibunya.

"Selamat Cindy, i'm proud of you!"

Mata Cindy membelalak melihat siapa yang datang. "Kak Gaby! Sisca!"

Cindy berlari menghampiri mereka, lalu memeluk keduanya erat. Bahkan toga nya sampai terlepas.

"Lo keren banget, Hap. Sumpah!" kata Sisca dengan bangga.

"Kok kalian bisa ada disini?" tanya Cindy, melepas pelukannya.

"Ya bisa lah. Iya gak Sis?" Gaby menarik turunkan alisnya kepada Sisca, dan Sisca pun mengangguk sambil tersenyum.

Sisca merentangkan tangannya untuk memeluk tubuh Cindy. Sisca sangat merindukan sahabatnya ini.

"Gue kangen banget, Hap.." tutur Sisca.

"Me too.." Cindy mengeratkan pelukannya.

"Kak Cindy, apa kabar?" suara berat menyapa telinga Cindy.

Cindy mendongak, ia kembali terkejut melihat Deon, Abel, El, Anin, dan.. Jinan!

"Kalian?!"

Sungguh! Kenapa hari ini banyak sekali kejutan untuknya?

Deon memberikan sebuket bunga untuk Cindy, di susul oleh El, dan terakhir Jinan.

"Sesuai janji gue kalo gue akan dateng di hari kelulusan lo. Selamat Cin, lo hebat." Jinan tersenyum, kemudian mundur satu langkah ke belakang.

Rindu? Jelas. Cindy sangat merindukan lelaki di depannya. Ingin rasanya ia memeluk lelaki itu, tapi ia sadar posisinya saat ini. Apalagi melihat Anin yang berdiri di sebelah Jinan.

"Selamat, Cin.." Anin memberikan ucapan selamat.

"Makasih udah repot-repot dateng, Bu.." Cindy berusaha ramah.

"Akhirnya kalian sampai juga.." ujar Papa Cindy.

"Iya Om.."

Mereka pun berbondong-bondong menyalimi kedua orang tua Cindy.

"Kejutan hari ini banyak banget, Pa.." ucap Cindy, dia sudah berada di dalam mobil bersama keluarganya, dan juga.. Jinan.

"Kamu seneng?" tanya Papa nya.

"Banget! Aku kira cuma Mama, Papa sama Zeeno aja yang dateng. Ternyata temen-temen aku juga dateng. Makasih Ma, Pa. Aku bahagia banget hari ini." terpancar sorot mata kebahagiaan di mata Cindy.

"Jangan hari ini aja, kamu harus selalu bahagia setiap harinya." ucap Papa Cindy.

Jinan sedari tadi memilih diam memperhatikan interaksi antara keluarga tersebut. Sesekali ia tersenyum melihat senyum Cindy yang begitu manis.

Waktu; Cinan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang