Ni-Juu Ni

991 160 8
                                    

"Jinan.." panggil Cindy sambil mengejar langkah Jinan.

Jinan tak menghiraukan panggilan Cindy, pemuda tersebut berjalan begitu saja menuju parkiran meninggalkan Cindy di belakang.

Ya, Jinan tengah marah.

Ini semua karena Arlan yang tiba-tiba saja datang ketika Jinan sedang pergi ke toilet. Pemuda bernama Arlan itu dengan lancang menggenggam tangan Cindy, hingga berakhir kepergok oleh Jinan. Dan berakhir seperti ini.

Jinan sudah berada di dalam mobil, mengatur nafasnya yang memburu. Hatinya tak rela melihat miliknya di sentuh oleh lelaki bajingan macam Arlan.

"Sayang.." Cindy masuk, tatapannya terlihat khawatir.

Jinan hanya diam. Lelaki tersebut bahkan terus terdiam sampai mobil berhenti di basemant bawah Apartemen. Cindy benar-benar menyumpah serapahi Arlan yang sudah mengganggu waktu makan siang nya bersama Jinan.

"Gak kaya yang kamu pikirin loh, by.." Cindy masih berusaha menjelaskan, meski Jinan seperti tak mau mendengarkan.

Saat Jinan hendak berbelok ke unit apartemen nya, Cindy menarik lengan kekar itu untuk masuk ke apartemen miliknya. Semua masalah ini harus di selesaikan hari ini juga.

Jinan hanya bisa pasrah ketika Cindy menarik dirinya ke dalam apartemen milik gadis itu. Hatinya jelas masih merasa dongkol karena kejadian tadi. Sebenarnya dia bukan kesal kepada Cindy, melainkan kepada Arlan. Dan tak seharusnya juga Cindy terkena imbas kemarahannya.

Cindy membiarkan Jinan mengontrol emosinya, dan untuk itu dia memilih untuk masak. Niat mereka tadi ingin makan siang bersama di restoran Jepang, namun datanglah Arlan yang merusak segalanya.

Cindy sedikit terperanjat ketika dua tangan kekar melingkar di perutnya. Siapa lagi kalo bukan Jinan?

"Maafin aku udah diemin kamu.." ucap Jinan sambil membenamkan wajahnya di bahu Cindy.

Cindy mengecilkan kompornya terlebih dahulu, kemudian membalikkan badannya, mengalungkan kedua tangannya di leher Jinan.

Jinan mengambil kedua tangan Cindy, lalu menggenggamnya. "Aku gak mau milik aku di sentuh-sentuh sama orang lain, apalagi sama Arlan. Aku gak rela."

Cindy terkekeh. "Pocecip banget sih pak bos." ejeknya.

"Cindy, aku serius.." rengeknya.

"Iya sayang, maaf ya." satu kecupan jatuh di pipi Jinan.

Kemudian Cindy pun lanjut masak, dengan Jinan yang terus menempel pada tubuhnya. Padahal Cindy sudah berkali-kali minta di lepaskan, namun lelaki itu malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Ini aku mau cuci tomat dulu, kamu bisa lepas dulu gak?" Cindy benar-benar jengah dengan tingkah manja kekasihnya. Ralat, calon suaminya.

"Gak mau.."

"Lepas."

"Gak."

"Lepas Mian!"

"Gak mau, sayang!"

"Lepas!"

"Gak!

"Lepas!"

"Gak!

"Lepas!"

"Gak!"

"Aku bilangin bunda kamu ya?"

"Gak takut."

"Damian Jinantara!"

"Cindy Hapsari!"

"Kalo gak mau lepas aku gak bakal mau ngomong sama kamu lagi."

Waktu; Cinan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang