"Anin hamil, Cin.."
Dada Cindy bergemuruh saat itu, entah kenapa rasanya begitu sakit mendengar ungkapan Jinan.
"Hubungannya sama kamu apa? Bukan kamu yang hamilin dia kan? Terus kenapa mesti kamu yang repot?"
"Kamu ngga akan paham Cin."
"Apa yang ngga aku paham Jinan? Kamu mikir ngga sih perasaan aku sekarang? Sehancur apa hati aku saat denger tunanganku sering pergi sama wanita lain tanpa sepengetahuan ku. Kamu ngerasa nyakitin aku gak sih, Ji?! Kamu pikir aku ikhlas harus liat kamu sama wanita lain?" Cindy menggeleng. "Big no. Aku ngga akan pernah ikhlas, karena aku punya hak atas kamu!!" Cindy menambah volume nya satu oktaf.
"Dia gak punya siapa-siapa lagi selain aku. Tolong ngertiin aku sekali ini aja Cin. Ini hanya perasaan kasihan ku aja. Setelah anak itu lahir, aku akan jauhin dia."
"Terserah kamu. Kamu udah gak bisa lagi kan aku larang? Jadi, lakuin aja semuanya sesuka hati kamu. Kamu mau nikahin perempuan itu pun aku gak peduli, Ji."
Rasa sesak benar-benar menghimpit dada Jinan sekarang. Jinan tak bisa menjauhi Anin begitu saja, Jinan tau ini sangat egois. Silahkan keluarkan makian kalian untuk Jinan si manusia egois ini. Jinan terima, karena semua ini memang kesalahannya.
"Jangan nangis sayang.. maafin aku." Jinan hendak menangkup pipi Cindy, namun Cindy menepisnya kasar.
"Aku lagi pengen sendiri, Ji. Tolong pergi." Cindy mengusirnya halus.
Jinan menghela nafas, tak ingin masalah semakin rumit. Jinan keluar dari kamar Cindy dan kembali ke Apartemen miliknya.
Selepas kepergian Jinan, rasa sakit itu semakin menghantam dadanya. Tubuh Cindy meluruh ke lantai, isakan nya terdengar memilukan. Kenapa cinta menyakitinya seperti ini?
Akan seperti apa kelanjutan hubungan mereka? Akankah cukup sampai disini? Atau Jinan akan terus memperjuangkan Cindy di kala rasa sayangnya sudah terbagi dua? Tak ada yang tau, takdir yang menentukan. Manusia memang bisa berencana, tapi Tuhanlah yang berkehendak.
Kini sudah pukul 6 pagi, namun Jinan masih terjaga dari tidurnya. Ia kacau, puntung rokok berserakan dimana-mana, juga dengan beberapa kaleng soda. Keadaan sekitarnya cukup kacau. Lingkaran hitam dibagian kelopak mata terlihat kentara. Jinan benar-benar tengah memikirkan hubungannya dengan Cindy, apalagi Jinan hanya memiliki waktu satu hari untuk memperbaiki hubungannya dengan Cindy. Karena setelah hari ini selesai, Cindy akan pergi dari Indonesia, meninggalkan Jinan dan juga keluarga nya.
Cindy bangun dari tidurnya pukul 10 pagi. Ia bergegas bangun dan mandi. Wajahnya masih sembab, karena gadis itu menangis semalaman usai bertengkar dengan Jinan.
Cindy membasuh wajahnya dengan air mengalir, ia menatap wajahnya di cermin, senyum kecut hadir di bibir wanita tersebut.
Selesai mandi, Cindy melakukan aktivitas seperti biasa. Dan mungkin, hari ini adalah hari terakhirnya ia berada di Indonesia. Karena besok pagi ia akan terbang ke Negara LA sana. Meninggalkan cintanya, Jinan.
Tak bisa di pungkiri, meskipun Cindy kecewa. Namun rasa cinta itu masih sangat besar untuk Jinan. Jadi, Cindy memaafkan Jinan.
"Cindy!"
Itu suara Jinan.
Cindy berjalan menuju pintu utama. Terpampang lah sosok Jinan dengan keadaan kacau nya.
Jinan menubrukkan tubuhnya ke tubuh Cindy. Menangis di dekapan Cindy, Jinan cengeng kalo berurusan dengan Cindy. Padahal, semua ini rumit ya karena ulahnya.
Rasa cinta itu lebih besar daripada rasa kecewa Cindy. Cindy pun menurunkan egonya demi kebaikan hubungan mereka. Biarlah, Cindy mengalah.
"Ngga usah nangis.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu; Cinan (Selesai)
Fanfiction"Aku berharap mampu memundurkan waktu sehingga aku bisa bertemu denganmu lebih awal dan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu."