Juu-Ni

1K 170 8
                                    

Terinspirasi dari lagu Joji😌☝️



Pagi-pagi sekali apartemen Jinan sudah kedatangan tamu. Yaitu Joshua Vino, sepupunya.

Tentu hal tersebut membuat Jinan terheran-heran, tak biasanya kakak sepupunya tersebut mampir ke apartemen. Biasanya selalu mampir langsung ke rumah.

"Ada apa Mas?" seperti biasa, Jinan to the point. Dia bertanya seperti itu setelah menghidangkan segelas kopi serta cemilan.

"Kamu bisa bantuin Mas gak Dam?"

"Bantuin apa?" tanya Jinan dengan dahi sedikit mengerut.

"Jadi gini. Selama tiga hari kedepan Mas mau ada tugas diluar kota. Mas gak bisa ajak Shani. Kamu mau gak nginep di rumah Mas? Maksud Mas, biar Shani ada yang mantau. She is Pregnant. Mas kurang tenang kalo Shani gak ada yang jaga. Tenang aja, kalian gak berdua kok. Di rumah juga banyak para pekerja."

Kalimat Joshua berhasil membuat Jinan tersedak ludahnya sendiri. "H-hamil?"

Rasa sakit seketika menjalar ke hati Jinan ketika mendengar Shani hamil anak Joshua. Oh ayolah Ji! Harusnya itu adalah kabar membahagiakan.

"Dam?" Joshua mengibaskan tangannya di depan wajah Jinan. Membuat lamunan Jinan buyar.

"Mas, aku bukan sekedar sepupu ipar nya Shani. Tapi juga mantannya. Aku gak mau ada kesalahpahaman disini. Apalagi sampai merusak rumah tangga Mas nanti nya." Jinan berusaha menolak dengan halus permintaan Joshua.

Joshua tersenyum simpul. "Justru itu. Mas percaya sama kamu Dam. Mau ya bantuin mas? Mas gak tau mau minta tolong ke siapa lagi. Orangtua kita sama-sama lagi sibuk sama pekerjaannya. Hanya tiga hari."

Rasa gelisah serta bimbang memenuhi hati Jinan. Dia ingin menolak, tapi ia juga khawatir jika Shani di tinggal oleh Joshua. Tapi ini tentang hatinya, haruskah dia kembali merelakan hatinya untuk sakit kembali? Karena nama Shani masih ada di hatinya saat ini, meski sebagiannya sudah terisi oleh wanita lain.

"Yaudah, aku mau Mas."

Jawaban Jinan berhasil membuat Joshua tersenyum lebar. Kekhawatiran nya berangsur hilang. Dia sedikit tenang meninggalkan Shani sekarang. Karena ada Jinan yang pastinya akan mengurus Shani dengan baik. Jinan lebih tau Shani di banding dirinya.

Dan disinilah Jinan sekarang. Di rumah besar milik Joshua dan Shani. Mereka baru saja pulang setelah mengantar Joshua ke bandara. Kecanggungan memenuhi mereka, tepatnya Jinan. Jinan tersenyum canggung pada Shani yang kini terlihat lebih dewasa.

"Hari ini kamu ada kelas?" tanya Shani terlihat lebih santai.

Jinan menggeleng. "Gak ada." Tiba-tiba ponsel Jinan berbunyi, senyum Jinan mengembang melihat nama Cindy tertera di layar. Buru-buru Jinan menjawabnya.

"Bentar ya Ci." Jinan sedikit mengambil jarak dari Shani.

"Kenapa nelepon? Kangen ya?"

"Najis. Buku gue yang lo pinjem mana?"

"Buku yang mana?"

"Yang warna biru itu loh.."

"Ada di apart. Gue lagi gak di apart. Nanti ya, tiga hari ini gue di rumah sodara gue."

"Orang lagi butuh juga. Besok-besok gue gak mau minjemin buku ke lo lagi!"

"Gue sih oh aja."

"Dasar nyebelin."

Panggilan diputuskan sepihak oleh Cindy. Jinan hanya terkikik geli, Cindy pasti bete sekarang.

Waktu; Cinan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang