Tidak terasa, waktu begitu cepat berlalu. Cindy sekarang sudah berada di penghujung semesternya. Waktunya berada di negara ini hanya kisaran 2 bulan lagi, setelah hari kelulusannya ia akan langsung pulang ke Jakarta untuk melanjutkan hidupnya disana.
Dia menghabiskan waktu satu setengah tahunnya bersama Jinan disini. Tidak ada yang berubah, semuanya masih seperti biasanya. Tidak ada kemajuan dari mereka, semuanya memilih stuck sebagai mantan kekasih.
"Lo gak ada niatan buat pacaran apa, Cin?" tanya Jinan menumpu tangannya di pembatas balkon. Mereka sedang menikmati angin sore dari atas sini.
"Nggak."
"Why?"
"Gak ada alasan apapun."
"Apa jangan-jangan cinta lo habis di gue?"
"Ngaco lo!" gadis tersebut menyanggah.
"Padahal Arshaka keliatannya tulus sama lo. Kenapa lo tolak?"
"Perasaan gak bisa di paksa kan, Ji? Gue gak suka sama dia. Mau sebaik apapun dia, tapi hati gue bukan buat dia."
"Lagipula, keyakinan kita berbeda." lanjut Cindy.
Jinan mengangguk paham dengan senyum lebar. Diam-diam ia mengamati dengan lekat wajah samping Cindy. Lalu membuang wajahnya lurus ke depan.
"Ji.."
"Hmm?" Jinan menoleh.
"Lo sendiri, gak mau buka hati?"
Jinan terkekeh pelan. "Hati gue udah ada yang ngisi. Ngapain harus buka hati?"
"Siapa? Lo punya pacar?"
"Ngga."
"Terus?"
"Terus apa?"
"Terus siapa yang ngisi hati lo? Setan?"
"Ntar juga lo tau."
Rasanya satu setengah tahun hanyalah sebuah waktu dan angka. Nyatanya, sudah selama itu rasa itu tidak pernah pudar dari hati Cindy. Nama Jinan masih ada di tahta tertinggi hatinya. Apalagi mereka selalu bersama, bagaimana bisa Cindy melupakan Jinan yang jelas-jelas selalu ada bersamanya setiap hari?
"Sebenernya, lo udah siap buat nikah belum sih?" tanya Jinan.
"Kalo ada jodohnya, gue siap."
"Cin.."
"Apaan?"
"Kaya nya waktu gue buat jagain lo disini udah selesai deh."
Cindy membeku.
"Gue harus balik ke Jakarta."
"Lo gak mau nunggu gue lulus? Terus kita balik bareng."
"Gue juga pengennya gitu. Tapi gue gak bisa, gue harus cepet-cepet balik ke Jakarta."
Jinan menggapai kedua tangan Cindy, menggenggamnya erat. "Dua bulan lagi. Lo bisa kan sendiri disini? Gue bakal jagain lo dari jauh."
"Gue gabisa Jinan."
"Gue tau lo pasti bisa."
"Ngga Ji. Jangan tinggalin gue lagi.." lirih sekali.
Jinan memeluk tubuh Cindy. Satu setengah tahun memang bukan waktu yang sebentar.
"Dua bulan Cin. Nanti gue dateng pas hari kelulusan lo."
"Lo harus tetep disini.." Cindy mengeratkan pelukannya.
"Cin, gue harus kerja.."
"Duit lo udah banyak, ngapain kerja." jawab Cindy, menyembunyikan wajahnya di dada bidang Jinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu; Cinan (Selesai)
Fiksi Penggemar"Aku berharap mampu memundurkan waktu sehingga aku bisa bertemu denganmu lebih awal dan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu."