"Perasaan gue ada dibawah kendali gue. Gue emang masih cinta sama lo, tapi untuk sama lo lagi kayanya gue gak bisa.."
Jinan membeku, mencerna semua ucapan Cindy. Apakah ini sebuah penolakan?
Hatinya berdenyut nyeri, apakah perjuangannya selama ini masih kurang untuk Cindy?
Apakah semua rencana yang sudah ia rancang akan hancur dalam sekejap mata?
"Tapi boong.." tawa Cindy menggelegar melihat Jinan yang sudah memasang wajah sedih.
Jinan masih cengo.
"Mana mungkin gue sia-siain kesempatan ini? Perjuangan lo buat gue udah hebat banget, Ji.. kita berjuang sama-sama lagi ya? Kita buka lembaran baru lagi sebagai sepasang suami-istri."
Mendengar itu Jinan tersenyum lega. Apalagi ketika Cindy memeluk tubuhnya. Kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya. Akhirnya ia mendapatkan kembali cintanya setelah penantian panjang.
"Semua usaha gue gak sia-sia Cin?" tanya Jinan.
"Ngga sayang.." bisik Cindy membuat Jinan merinding.
"Hah? A-apa tadi?"
"Ngga sayang.." Cindy mengulang kalimatnya.
"Jantung lo cepet banget detaknya?!"
Jinan menyengir. "Itu artinya jantung gue masih nyebutin nama lo."
Semua yang Jinan korbankan akhirnya membuahkan hasil. Jinan percaya bahwasanya semakin sulit sebuah perjuangan, semakin indah saat-saat mencapai kemenangan.
"Kalo kita dulu terus bersama, siapa yang bisa jamin kita akan ada di posisi sekarang?"
__________
Malam itu sudah terlewat cukup lama. Akhirnya hubungan keduanya kembali membaik setelah penantian yang cukup panjang.
"Bang, mabar yuk!" ajak Zeeno begitu Jinan sampai di kediaman Cindy.
"Ngga, Bang Jinan mau pergi sama Kakak." suara lembut menyapa telinga Zeeno.
"Ah elah.. gak asik banget sih Kak!" dengus Zeeno.
"Loh? Jinan kesini emang mau jemput Kakak. Bukan mau mabar sama kamu!"
Jinan menghela nafasnya. Dia memang seringkali menjadi alasan perdebatan antara Kakak dan Adik itu. Cindy tak pernah mau mengalah kepada adiknya, dan adiknya yang terlalu keras kepala. Dan akhirnya, Jinan yang harus turun tangan untuk melerai.
"Sekarang Abang pergi dulu sama Kak Cindy dulu, nanti abis itu baru kita mabar. Oke?"
Dengan mata berbinar Zeeno menjawab. "Bener loh bang? Awas kalo boong!"
"Iya bener.."
"Yaudah, sana-sana pergi" usir Zeeno kepada Kakaknya.
"Kurang ajar kamu dek, awas aja!"
"Gak takut, wle!" Zeeno memeletkan lidahnya.
Sebelum terjadi baku hantam, Jinan segera menarik Cindy untuk segera pergi meninggalkan Zeeno si bocah tengil itu.
Dan mereka pun kini sudah berada didalam mobil. Jinan menyodorkan sebotol air mineral untuk Cindy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu; Cinan (Selesai)
Fanfiction"Aku berharap mampu memundurkan waktu sehingga aku bisa bertemu denganmu lebih awal dan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu."