"Ngapain lo kesini? Atau jangan-jangan lo ngikutin gue?"
Pemuda di depannya memutar bola mata malas. Ge-er sekali.
"Ngapain amat gue ngikutin lo. Gak ada kerjaan."
"Bukan nya lo emang gak punya kerjaan?" ucapan Cindy terdengar seperti menyindir.
"Enak aja!"
Cindy meringis. Selalu aja ada orang yang menganggu ketenangan nya.
"Balikan yuk." ajak pemuda yang duduk di seberang Cindy.
"Gak!"
"Gue gak selingkuh, Cin. Sumpah."
"Mata lo gak selingkuh. Cewek lo banyak. Udah ah gak usah di bahas, malesin banget. Gue kesini tuh pengen tenang. Dan lo bener-bener ganggu ketenangan gue."
"Mati sono kalo pengen tenang."
"Mulut lo!"
Cindy benar-benar ingin kabur sekarang juga. Kenapa dia harus di pertemukan dengan mantan kekasihnya. Sungguh, untuk melihat wajah nya saja Cindy sangat malas.
"Cin, jangan ngehindar terus. Kita kan bisa jadi temen."
"Ar, plis. Gue udah gak mau bahas tentang itu. Gue bukan ngehindar. Tapi, gue perlu waktu buat sembuh." jelas Cindy, mulai serius.
Arlan menghela nafas seraya mengaduk kopi nya tak berselera. "Gue gak bisa lupain lo, Cin."
"Karma." jawab Cindy cuek.
"Jahat banget mulut lo."
"Lebih jahat lo yang main sama cewek lain di belakang gue."
Arlan meringis mendengar kalimat Cindy yang begitu menyentil ulu hati nya.
"Itu kan khilaf."
Cindy menghembuskan nafas nya, mendorong gelas kopi nya pelan. Sudah kehilangan selera. "Gue gak peduli apapun alasan lo. Karena gue gak pernah membenarkan perselingkuhan. Gue harap, di masa depan lo gak ngerasain apa yang gue rasain ya Ar. Gue permisi." Cindy menyampirkan tas nya ke bahu dan melangkah keluar kafe meninggalkan Arlan, sang mantan kekasih.
Jinan menurunkan Eve di sofa. "Sepatu nya taruh lagi di tempat nya. Abang mau taruh belanjaan ini dulu." ucap Jinan.
Eve menganggukkan kepalanya dan mulai melakukan apa yang Jinan perintahkan.
Setelah menaruh barang belanjaan, Jinan menyiapkan perlengkapan Eve untuk mandi.
"Handuk nya udah abang gantungin di kamar mandi, kamu boleh mandi sekarang. Habis mandi kita makan malam."
Eve mulai melangkah menuju kamar mandi, dan mulai membersihkan diri nya. Orang tua Eve sudah mengajarkan Eve untuk mandiri dari dia berumur dua tahun. Itu lah kenapa, Jinan tak terlalu keberatan Eve tinggal bersama nya.
Setelah menyiapkan pakaian Eve, Jinan ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Jika di lihat-lihat, Jinan seperti bapak beranak satu.
"Bang, sebelum tidur aku mau vidcall mami ya. Aku kangen." ujar Eve yang sudah selesai dengan urusan mandi nya.
"Iya, tapi belajar dulu ya sebentar."
Eve selalu di biasakan untuk belajar terlebih dahulu sebelum tidur, minimal 20 menit. Dan Jinan juga ingin menerapkan kebiasaan itu kepada Eve.
"Gak mami, gak abang. Selalu nyuruh aku belajar. Aku kan masih kecil bang." ucap Eve sambil mencebikkan bibir nya.
"Justru harus di biasakan dari kecil, Eve."
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu; Cinan (Selesai)
Fanfic"Aku berharap mampu memundurkan waktu sehingga aku bisa bertemu denganmu lebih awal dan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu."