Juu-Nana

1K 155 43
                                    

Jinan menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan. Ia benar-benar tengah pusing menghadapi dunia perkuliahan ini. Ditambah, dengan permintaan sang ayah yang meminta Jinan mulai menggarap salah satu perusahaan nya.

"Permisi, boleh ikut duduk?"

"Hmmm." Jinan hanya berdehem, masih di posisi nya.

"Kamu gak berubah ya Nan. Masih dingin."

Sontak Jinan mengangkat kepalanya, tatapan nya bertemu dengan seorang perempuan yang sekarang duduk di hadapannya.

"Lo?"

"Are you oke?" tanya nya, lalu menggeser segelas es teh ke hadapan Jinan.

Jinan hanya bergeming. Perempuan yang selama ini Jinan hindari sekarang malah duduk tepat di depan nya.

"Nan, are you oke?" perempuan tersebut menyentuh punggung tangan Jinan.

"Oh, oke." jawabnya sedikit gugup.

Tak ada pembicaraan lagi setelahnya. Kedua nya sama-sama terdiam.

"Lagi ngapain disini?" tanya Jinan sambil membuang pandangannya.

Perempuan itu terkekeh melihat Jinan yang masih enggan menatap nya seperti dulu.

"Ngga ngapa-ngapain."

Jinan menaikkan sebelah alisnya. "Terus?"

"Terus apa?"

"Ah ngga."

Dan lagi, keheningan menyelimuti mereka.

Tiba-tiba kedua teman Jinan meminta untuk ikut bergabung.

"Loh? Ibu?"

"Ibu?" beo Jinan menatap Deon dengan tatapan bertanya.

"Dia dosen baru di kampus kita. Lo kemana aja Damian?"

"Oh." 

Perempuan itu hanya terkekeh. Jinan masih sama seperti beberapa tahun lalu. Masih kalem, dan dingin.

"Kalo gitu saya duluan ya."

Jinan hanya mengangguk pelan tanpa mau menatap perempuan itu. Sedangkan kedua temannya tampak segan dan sopan kepada perempuan tersebut.

"Idup lo enak banget ya Dam, di kelilingi bidadari bumi." ucap El sambil memandang kepergian perempuan tadi

"Biasa aja." jawabnya santai sambil menyeruput es teh pemberian perempuan tadi. Eh?!

Jinan terbatuk hebat ketika ingat es teh tersebut pemberian siapa.

"Buset kalem lah bro." Deon menepuk-nepuk punggung Jinan.

Diam-diam Jinan masih memikirkan perempuan tadi. Tatapan nya masih sama seperti beberapa tahun lalu, penuh dengan ketulusan. Tapi kenapa hatinya tak pernah terbuka untuk perempuan tersebut?

"Lagi-lagi lo telat." gumam Jinan.

"Hah? Apa Dam?" El yang duduk disamping Jinan tiba-tiba menyaut.

"Gak." dia berdiri dari posisi duduknya, "Gue duluan, ada urusan."

Jinan melangkah cepat menuju parkiran. Kemudian mengambil motornya dan segera meninggalkan area kampus.

Satu jam waktu yang Jinan tempuh untuk sampai ke tempat tujuan. Dia membuka helm full face nya, kemudian berjalan masuk ke dalam pelataran rumahnya.

"Assalamualaikum.." Jinan masuk ke dalam rumah mewah nya.

"Waalaikumsalam.." bunda menyambut kepulangan Jinan dengan hangat, dia langsung memeluk tubuh jangkung putra bungsu nya, lalu menciumi kedua pipi nya.

"Bunda kangen banget sama adek."

Waktu; Cinan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang