Ni-Juu Ichi

1K 180 10
                                    

Cindy menatap Jinan keheranan. Tak seperti biasanya lelaki tersebut banyak diam. Dari bangun tidur tadi, Jinan tak banyak bicara. Bahkan hanya diam sambil melamun seperti sekarang ini. Sebenarnya apa yang menganggu pikiran kekasihnya itu.

"Nan."

"Hah? Iya Nin?" Jinan seperti orang linglung.

"Nin?" Cindy mengulang kata terakhir yang terucap dari bibir Jinan.

"M-maksud aku, Cin."

"Are you ok?"

Jinan mengangguk pelan. Kemudian mengambil tangan Cindy untuk ia genggam. "Kamu tau kan aku sayang banget sama kamu?"

Cindy mengangguk, tentu saja dia tau. Tapi kenapa tiba-tiba sekali Jinan seperti ini.

"Lagi buat kesalahan apa, hm?"

Insting seorang perempuan memang kuat.

Sepertinya tak ada guna nya lagi Jinan menyembunyikan semuanya.

Jinan mulai menarik nafas dalam. Lalu menghembuskan perlahan. "Sebenarnya semalem aku bukan ke rumah temen aku. Tapi ke rumah Anin, dosen baru di kampus kita."

"Ngapain?" nada bicara Cindy terdengar dingin.

Jinan pun menceritakan semua tentang kejadian kemarin bersama Anin. Termasuk dengan adegan peluk-pelukan itu. Sepanjang Jinan bercerita wajah Cindy hanya memandang Jinan datar. Jelas, hatinya terbakar api cemburu.

"Kamu bahkan gak pernah cerita siapa Anin." kata Cindy.

Cindy benar, Jinan selama ini seolah tutup mulut tentang siapa Anin.

Bukan tak mau menceritakan siapa Anin sebenarnya, tapi menurut Jinan itu bukanlah hal penting yang harus Cindy ketahui.

"Kamu gak harus tau siapa Anin."

"Kenapa? Kalian ada sesuatu di belakang aku?"

Dahi Jinan mengerut. "Kesimpulan darimana?"

"Dari perhatian kamu ke dia."

"Aku gak ada apa-apa sama dia."

"Gak ada apa-apa, tapi nutupin siapa dia sebenernya." Cindy terkekeh sinis.

"Terus mau nya, aku gimana?" Jinan bertanya.

"Kamu ada kepikiran buat tanggung jawab?"

Lagi dan lagi dahi Jinan mengerut. "Tanggung jawab apa sih?"

"Kan dia udah gak perawan lagi."

Jinan menatap Cindy tak percaya. "Kamu nuduh aku yang ambil keperawanan dia?"

Cindy hanya mengangkat bahunya cuek.

Hati Jinan tentu saja sakit melihat respon tersebut. Seolah, Cindy tak mempercayainya.

"Seenggak percaya itu kamu sama aku, Cin?" Jinan menggeleng, ingin marah. Tapi dia ingat siapa yang di hadapannya saat ini.

"Aku kira selama ini kamu percaya sama aku. Ternyata engga ya?" mata Jinan berkaca.

Cindy hanya diam.

Jinan terkekeh hambar. "Terserah kamu mau nuduh aku apa, yang jelas aku gak pernah lakuin apa yang ada di pikiran kamu itu."

Padahal niat Jinan bercerita adalah untuk meringankan beban di kepalanya. Tapi ternyata semuanya malah seperti ini. Cindy malah menuduh dirinya melakukan hal yang tidak pernah dia lakukan.

Jinan berjalan keluar Apart Cindy. Meninggalkan Cindy yang masih dalam keadaan mematung. Jinan butuh waktu sendiri, setidaknya sampai semua yang bergejolak ditubuhnya mereda. Dia tak ingin sampai lepas kendali di depan Cindy, apalagi sampai membentak Cindy.


Waktu; Cinan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang