Sudah dua hari Cindy tak masuk kuliah, tentu itu membuat Arshaka cemas dan bertanya-tanya. Dia sudah bertanya pada Thea, teman kampus Cindy. Namun Thea pun tak mengetahuinya. Karena dua hari ini Cindy juga tidak bisa Thea hubungi.
Selesai kelas, Arshaka bergegas mengemasi barang-barang nya.
"Where are you going?" tanya teman satu kelas Arshaka.
"Meet someone." jawab Arshaka sambil menyandang tas nya.
"Who?"
"I told you, someone." Arshaka menegaskan.
Temannya itu pun mengangguk paham. "Take care, Ar."
Setelah itu, Arshaka pun bergegas pergi meninggalkan kelasnya.
Sedangkan Cindy, gadis itu masih merasa tidak terima dengan semua yang terjadi. Dua hari setelah hari itu, Cindy memutuskan untuk bolos kuliah, demi memulihkan hatinya yang sudah patah berkeping-keping.
Terhitung, sudah dua hari Cindy tak masuk kuliah. Tak memberi kabar kepada siapapun. Padahal dari kemarin ponselnya tak henti-hentinya berdering, namun tak Cindy hiraukan.
Suara bel terdengar dari arah luar Apartment nya. Cindy dengan malas bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu utama.
Saat ia membuka pintu, ternyata Arshaka yang datang. Lelaki itu memasang wajah cemasnya.
"Cindy, are you okay? Aku mencari mu di kampus, tapi tidak ada yang tau keberadaanmu. Kemana kamu beberapa hari ini? Apakah semuanya baik-baik saja? Aku khawatir." cecar Arshaka.
Cindy berusaha menahan tangisnya. Tidak, ia tidak boleh memperlihatkan kelemahannya di hadapan Arshaka.
"Mari masuk dulu, biar aku jelasin semuanya."
Arshaka pun melangkah masuk mengikuti langkah Cindy, hingga mereka duduk bersebelahan disofa ruang tengah.
"I'm just not feeling well. Besok aku masuk kuliah." jelas Cindy, menjawab beberapa pertanyaan dari Arshaka tadi.
Mata Arshaka memicing curiga. "Matamu sembab, seperti orang yang sedang patah hati. Haruskah aku mempercayai ucapanmu itu?"
Cindy terkekeh mendengar ucapan polos Arshaka. "Aku gak minta kamu buat percaya aku."
Arshaka menghela nafas. "Sorry, I am very worried."
"Thanks."
Arshaka mengangkat sebelah alisnya. "For?"
"Karena kamu udah khawatir sama aku."
"May I hug you?" tanya Cindy.
Arshaka tersenyum. "Sure."
Cindy pun menjatuhkan tubuhnya dipelukan Arshaka. Aroma tubuh Arshaka menyeruak masuk ke dalam indera penciuman nya. Cindy merasa nyaman dengan pelukan ini, apalagi ketika Arshaka mengusap lembut surai hitamnya.
"Aku tau kamu sedang tidak baik-baik saja, Cindy."
Air mata yang sedari Cindy tahan semakin memberontak keluar, dan akhirnya pecah juga. Ia menangis di pelukan Arshaka.
Arshaka semakin mengeratkan pelukannya. Entah kenapa rasanya sakit sekali mendengar isakan penuh pilu dari Cindy.
Lima menit mereka berada dalam posisi seperti itu. Akhirnya, Cindy melepaskan pelukannya lebih dulu. Ia usap air mata yang membasahi pipinya.
"Shaka, terimakasih banyak."
Arshaka tersenyum. "Tidak perlu. Aku hanya ingin kamu baik-baik saja. Apa kamu sudah merasa tenang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu; Cinan (Selesai)
Fanfiction"Aku berharap mampu memundurkan waktu sehingga aku bisa bertemu denganmu lebih awal dan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu."