Cindy mengulurkan tangannya, menampung air yang turun dari langit dengan tangan sambil mendongakkan kepalanya menatap langit mendung. Ia menghela nafas, sudah beberapa hari ini hujan terus mengguyur kota, mungkin memang sudah memasuki musim penghujan.
Sejenak ia lirik jam tangannya. Sudah setengah jam ia berdiri disini, menunggu Jinan menjemput. Namun lelaki itu sampai saat ini belum juga menampakkan batang hidungnya.
Kakinya merasa sedikit pegal, akhirnya ia memutuskan untuk duduk di kursi yang tersedia.
Dia mengambil ponsel, dan memilih untuk memainkan ponsel guna mengusir rasa jenuh.
Beberapa saat kemudian, sorot lampu mobil membuat Cindy menyipitkan matanya, ia hafal mobil tersebut. Mobil berwarna merah miliknya.
Tak lama, sang pengemudi turun dengan membawa payung dan jaket tebal.
"Nunggu lama ya?"
"30 menit." kata Cindy cuek.
"Hujannya deres banget.. jarak pandangnya minim, jadi gue neduh dulu. Maaf."
"Gapapa."
Jinan menghela nafas, gapapa nya wanita itu terkadang menyesatkan.
"Ayo pulang."
Jinan memakaikan jaket tebal yang ia bawa ke tubuh Cindy. Lalu menarik pergelangan tangan Cindy untuk ikut bersamanya menuju mobil. Mereka harus segera pulang sebelum hujan kembali deras.
Di perjalanan Cindy hanya diam saja. Dan Jinan menyadari itu. Pasti gadis tersebut badmood karena Jinan terlalu lama menjemputnya. Yang Jinan tau wanita paling tidak suka menunggu, makanya Jinan ditinggal nikah.
Mobil yang dikendarai Jinan terus melaju menerobos hujan yang perlahan berhenti. Bintang pun perlahan memunculkan wujudnya tanda langit mulai cerah.
"Mau makan dulu?"
"Terserah."
"O-oke.."
Jinan membelokkan mobilnya pada sebuah tempat makan, ia pun turun lebih dulu dan disusul oleh Cindy.
"Mau pesen apa?"
"Terserah."
"Gue takut lo gak suka sama apa yang gue pesen."
"Ya kalo gitu ngapain ngajak makan?!" sewot Cindy.
"Takut lo laper, di Apartemen gak ada apa-apa." jawab Jinan sabar.
Akhirnya setelah ada beberapa perdebatan. Makanan pun tersaji, mereka segera menyantapnya, terlebih Jinan. Lelaki itu sangat lapar karena tadi melewati makan siangnya.
Beberapa menit kemudian, semua makanan di piring pun sudah habis tak tersisa. Jinan bertanya pada Cindy. "Mau langsung pulang?"
"Hmm.."
"Mau jadi Nisa Sabyan?"
"Apaan sih!" sewotnya.
Jinan hanya menghela nafas berat. Ia segera membayar semua makanan dan bergegas pulang. Tubuhnya sangat lelah seharian beraktivitas diluar. Ditambah dengan sikap Cindy yang lebih sensitif dari biasanya.
25 menit adalah waktu yang mereka tempuh untuk sampai di sebuah gedung tempat tinggal mereka saat ini. Di tengah perjalanan, Cindy tertidur dengan bahu Jinan yang menjadi bantalan.
Setelah mematikan mesin mobilnya, Jinan tidak langsung membangunkan Cindy. Ia mengamati setiap inci wajah Cindy yang sangat manis, melebihi gula.
"Bunda suka cemburu sama kamu tau, Cin.. katanya takut aku gak sayang lagi sama dia. Padahal bunda adalah cinta pertama aku, orang yang paling aku cintai setelah kamu.." Jinan bermonolog, sambil mengusap rambut Cindy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu; Cinan (Selesai)
Fanfiction"Aku berharap mampu memundurkan waktu sehingga aku bisa bertemu denganmu lebih awal dan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu."