Roku

1.1K 167 23
                                    

Jam istirahat nya Jinan gunakan untuk makan di kantin. Dengan Deon dan juga Eligio. Sedangkan Eve? Ahh, gadis kecil itu tengah bergabung dengan Cindy dan para teman-teman lainnya. Eve semakin hari semakin lengket dengan Cindy.

"Kayak nya sebentar lagi bakal ada yang gantiin posisi ci Shani nih." goda Eligio, seraya melirik kearah meja tengah, dimana ada Cindy, Eve dan kedua temannya.

"Yakin ada yang bakal gantiin posisi Ci Shani di hati Jinan?" sahut Deon sambil memakan mie yang di pesannya.

"Kenapa pada bahas ci Shani sih?" ucap Jinan dengan nada kesal nya.

"Eve mau makan apa?" tanya Cindy.

"Aku mau bakso! Jangan pake toge ya kak. Aku gak suka toge."

Cindy mengangguk. "Eve tunggu, kakak pesenin ya."

Kedua teman Cindy sudah memandang Cindy curiga.

Sekembalinya Cindy memesan makanan. Cindy menatap kedua temannya dengan dahi berkerut.

"Apasih?" tanya nya pada kedua temannya.

"Cowok yang tadi nganter nih anak. Siapa lo? Pacar lo?" tanya Sisca penuh selidik.

"Tetangga di apart gue. Kenapa?"

"Gak percaya gue. Pasti lo rahasiain sesuatu kan?"

"Sesuatu apa sih?" Cindy jengah.

Jinan memang bukan orang yang populer di kampus nya. Jinan hanya terkenal sebagai Damian Jinantara yang mempunyai sikap cuek dan tertutup. Jadi tak heran jika kedua temannya tak mengenal Jinan.

Gaby menyeruput es nya. Kemudian berkata. "Udah cukup lo rahasiain Arlan dari kita. Sekarang mau rahasiain hubungan lo sama cowok itu juga?"

"Apa sih kak. Gue gak ada apa-apa sama Jinan." Cindy mengelak.

"Ohh namanya Jinan." Gaby manggut-manggut.

Bertepatan dengan itu pesanan Cindy dan Eve tiba. Cindy lebih memilih fokus pada makanannya daripada mendengarkan asumsi-asumsi gak jelas dari kedua temannya.

"Kak, minta tolong potongin bakso besar nya. Aku gak bisa." kata Eve.

"Yaudah, sini." Cindy dengan telaten memotong bakso besar milik Eve dengan sendok dan garpu.

"Gue gak yakin mereka gak ada apa-apa." bisik Sisca pada Gaby.

"Sama gue juga." sahut Gaby.

Bagi Cindy, itu bukanlah sebuah bisikan. Karena Cindy masih bisa mendengar dengan jelas omongan mereka.

"Jangan gosip lo pada."

Dari kejauhan, Jinan memperhatikan bagaimana Cindy memperlakukan Eve. Begitu sabar dan baik. Bak ibu mengurusi anak nya. Diam-diam Jinan menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. Iya, Jinan tersenyum. Kalo di pikir-pikir Cindy tidak sejutek dan segalak yang dia pikirkan. Lihatlah, gadis itu sekarang tengah mengusap bibir Eve tanpa jijik.

"Lo tertarik?" celetuk Deon.

Kesadaran Jinan kembali, dia melempar tatapan nya ke sembarang arah. Salah tingkah karena tertangkap basah tengah memperhatikan Cindy.

"Ngga."

"Bukan ngga, tapi belum." ejek Eligio.

"Ngga akan lebih tepatnya." ralat Jinan.

"Paling nelen ludah sendiri." cibir El lagi.
















waktu•















Waktu; Cinan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang