San-Ju

776 145 7
                                    

"Jiii?"

Jinan mendongak, menatap layar laptopnya yang menampilkan wajah Cindy. "Iya sayang, kenapa?"

"Temen aku disini diselingkuhin sama pacarnya."

"He'em, terus?" tanya Jinan dengan mata sibuk dengan kertas-kertas ditangannya.

"Aku takut kamu juga selingkuh." pelan, namun masih terdengar di telinga Jinan.

Aktifitas Jinan seketiia terhenti. Ia memusatkan perhatiannya pada Cindy. "Mulai deh." jengah Jinan.

"Ya kan aku cuma takut! Kamu gimana sih?!"

"Aku gak akan selingkuh sayang." kata Jinan.

"Pacarnya temen aku juga sering bilang gitu, tapi nyatanya?"

Jinan menghela nafas berat. "Itu kan pacarnya temen kamu, bukan aku."

"Terserah deh!!"

"Loh, kok kamu marahnya sama aku sih?" Jinan menatap wajah Cindy yang merengut kesal. Harusnya Jinan yang kesal karena di tuduh macam-macam oleh Cindy.

"Abisnya kamu ngeselin, Ji!"

Jinan mengecek tanggal di ponselnya. Seketika ia menghela nafas, pantas saja. Hari ini adalah hari pertama Cindy mendapat tamu bulanan.

"Kamu lagi datang bulan ya?"

"Iya!! Kenapa?!"

Buset, galak bener.

"Aku kan cuma nanya sayang."

"Kamu lagi ngapain sih? Sibuk banget. Cuekin aku terus daritadi."

Jinan segera membereskan kertas-kertas nya, kemudian membawa laptopnya ke kasur. Beginilah ketika Cindy sedang datang bulan, harus dimanja-manja.

"Udah kan? Aku udah gak sibuk lagi. Sekarang mau ngobrol apa, hm?" Jinan memusatkan perhatian sepenuhnya pada Cindy.

Cindy menahan senyumnya ketika wajah Jinan memenuhi layar, menggemaskan sekali Tuhan!!

"Kangenn.." rengek Cindy manja.

"Me too, baby."

Suara beratnya membuat Cindy benar-benar gila.

Dua bulan berjalan mereka menjalani hubungan jarak-jauh. Sejauh ini semuanya baik-baik saja, tak ada laporan apapun tentang Jinan di Indonesia sana. Sebenarnya Cindy posesif, hanya saja tak ingin terlihat kalo ia posesif. Buktinya, gadis itu menyuruh orang untuk mengamati Jinan, agar ia tau Jinan benar-benar tak macam-macam disana.

Akan tetapi, kita tak pernah tau masalah apa yang sedang menunggu kita di depan sana.

Cindy hanya sedang menikmati hubungannya dengan Jinan, meski terpisah oleh jarak dan waktu.

"Kata Bunda kamu sering bergadang, apa bener?"

Sesi interogasi dimulai.

"Aku ngerjain skripsi, sayang. Kerjaan aku juga numpuk. Aku pengen cepet-cepet lulus."

"Iya aku tauu, tapi jangan setiap hari juga. Kasian badan kamu. Nanti drop gimana? Siapa yang mau ngurus kamu nanti?"

"Dokter lah." jawab Jinan enteng.

"Ohh, jadi kamu gak butuh aku, gitu?"

"Bukan gitu. Gimana caranya kamu ngurus aku sedangkan kamu disana, sayang. Lagipula waktu kita juga terpaut jauh banget."

"Ji, Ayah sama Bunda kamu di Jepang. Kakak kamu juga sering keluar kota, bahkan keluar negeri. Aku khawatir kalo kamu nanti sakit, kamu ngga ada yang ngurus."

Waktu; Cinan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang